***
Nathan menatap mama dan kekasihnya yang sedang asik membuat kue untuk bunda vania sesuai ucapan karin semalamPria itu terus tersenyum melihat betapa ceria dan bahagianya vania saat menghias kuenya tanpa peduli wajahnya yang sedikit kotor karena adonan kue
"Cantik banget" puji vania pada kue yang dihiasnya sendiri dan menatap kue yang dihias oleh karin
"Cantikan punya vania dong mah" ucap vania bangga membandingkan kue mereka
"Cantikan punya mama lah" balas karin tak mau kalah
"Punya mama gak ada stroberinya aku ada"
"Punya kamu gak ada coklatnya"
"Adalah mah kan kuenya rasa coklat"
"Oh iya ya" vania tersenyum penuh kemenangan membuat karin mendengus dan mencubit hidung vania gemas membuat wajah itu semakin cemong karena adonan kue
"Mama" rengek vania menghapus adonan kue diwajahnya yang malah semakin membuat wajahnya kotor
Karin tertawa meledek vania karena gadis itu sungguh menggemaskan untuk diusili
Nathan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang mama yang menjahili gadisnya lalu dengan perlahan mendekat kearah vania tak lupa mengambil tissu diatas meja
"Nathan gak asik ah" sebal karin saat nathan dengan perhatiannya membersihkan wajah vania yang masih menekuk wajahnya
"Mending kamu mandi udah jam 9 kita ada kelas loh jam 10" ucap nathan membuat karin dan vania menepuk jidatnya karena saking serunya membuat kue sampai lupa kalau anak bandelnya ini ada jadwal kuliah
"Udah vania mandi sana biar mereka aja yang beresin" ucap karin diangguki vania
Para pembantu yang berjejer rapih pun mulai membereskan kekacauan yang dibuat nyonya besarnya bersama calon menantu
"Nathan mama mau bicara" ucap karin serius lalu berjalan menuju ruangannya diikuti nathan dibelakangnya
Wanita paruh baya itu duduk di kursi kerjanya menatap nathan yang berdiri tegap dihadapannya
"Siapa selena?" tanya karin dengan nada datarnya
"Nathan gak tau mah" jawab nathan jujur
Nathan benar-benar tak ingat dengan seseorang yang bernama selena itu yang mengaku mantan kekasihnya yang nathan tau kekasih pertama dan terakhirnya adalah vania alexandra
Karin tau anaknya berkata jujur karena ia selalu memperhatikan dengan siapa anaknya bergaul dan dengan siapa anaknya dekat
"Jaga vania dan jangan kecewain mama apa lagi orang tua vania"
"Nathan bakal jagain vania tanpa mama suruh" balas nathan tegas tanpa keraguan dalam ucapannya
Setelah berbicara dengan sang mama nathan keluar dari ruangan karin dan menghampiri vania yang mungkin sudah menunggunya dilantai dasar
"Dari mana?" tanya vania saat nathan sudah berada di hadapannya
"Ruangan mama" Vania mengangguk mengerti lalu mengikuti nathan yang menganggam tangannya keluar dari rumah
Tak butuh waktu lama bagi nathan dan vania untuk sampai dikampus karena jalan yang cukup lenggang
"Kamu kekelas duluan aku mau keruang dosen dulu" ucap vania membuat nathan menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya
"Nggak tau aku cuma disuruh menghadap sama bu neni" nathan mengangguk lalu mengelus rambut vania sebelum berbelok menuju kelasnya sedangkan vania berjalan lurus menuju ruang dosen
Sebelum masuk keruang dosen vania menghela napas lalu masuk dan berjalan menuju meja bu neni
"Permisi bu" bu neni yang awalnya memeriksa berkasnya mendonga menatap vania
"Ah kamu sudah datang duduk dulu vania" ucap bu neni setelah menutup berkasnya
Vania duduk dihadapan bu neni setelah dipersilahkan lalu menatap wanita paruh baya yang menjadi dosen sekaligus pembimbing akademiknya
"Saya mau menawarkan kamu sebagai asisten saya dalam proyek penelitian apa kamu berminat?" Tanya bu neni membuat vania terdiam mencerna apa yang baru saja didengarnya penawaran yang sangat menarik namun akan lebih menguras waktunya
"Tapi bu saya masih maba dan gak ikut seleksi juga" balas vania merasa tak enak
"Ibu tau tapi ibu tau kemampuan kamu dan proyek ini juga bisa bantu kamu untuk nggak ikut skiripsi kalau jurnal kamu jadi" ucap bu nani lagi
"Saya kasih kamu waktu buat berfikir tapi jangan terlalu lama karena banyak yang mengincar posisi ini" tambah bu nani
"Iya bu terima kasih kalau begitu saya permisi"
Setelah keluar dari ruangan bu nani vania melangkahkan kakinya menuju taman belakang dan mendudukan dirinya disana
Ini pilihan yang sulit baginya karena jika ia mengambil proyek ini maka waktu bersama orang terdekatnya akan semakin menipis dan nathan yang rela merubah jadwal demi dirinya yang juga menjadi pertimbangan vania saat ini
"Gue pengen banget tapi gue harus gimana" desah vania bimbang dan meraup wajahnya frustasi
Siapa yang tidak ingin menjadi asisten dosen dalam sebuah proyek penelitian yang memudahkannya untuk lulus? Inilah yang vania inginkan tapi ia harus menjaga perasaan seseorang yang rela berkorban untuknya
"Vania" panggil seseorang yang membuat lamunan vania buyar dan menoleh kearah sumber suara
Vania yang awalnya memasang wajah fruatasinya kini merubahnya menjadi datar saat seorang pria yang dulu memenuhi hatinya kini berjalan mendekat kearahnya
"Gue mau ngomong" ucap gara yang kini sudah berdiri dihadapan vania
"Ngomong aja"
"Gue minta maaf buat kesalahan gue dulu, gue gak minta lo buat kita kembali kaya dulu karena gue tau hati lo udah buat nathan tapi apa gak bisa kita jadi teman?" tanya gara sendu menatap vania yang menunduk menatap sepatunya
"Gue rasa mantan jadi teman juga gak buruk" balas vania membuat senyum terbit diwajah anggara
"Thanks kalau gitu gue cabut takut tunangan lo ngamuk" canda gara yang membuat vania terkekeh pelan
Setelah gara pergi vania menghela napas lalu menghembuskannya dengan pelan, gadis itu hanya mencoba untuk berdamai dengan masa lalu dan membuat cinta baru bersama nathan seperti saran dari sad boy daniel
"Aku cariin dari tadi ternyata disini" sebal nathan dan duduk disebelah vania
"Kamu bolos?" tanya vania kaget dibalas anggukan santai dari nathan
"Kamu kenapa gak kekelas aku tungguin dari tadi nggak muncul-muncul"
"Nath"
"hm"
"Aku dapat tawaran jadi asisten bu neni di proyek penelitian"
Vania menatap khawatir karena keterdiaman nathan setelah mendengar kejujurannya
"Proyeknya dimana?" tanya nathan datar
Penawaran itu sangat menarik bagi nathan tapi ia khawatir jika vania harus jauh dari jangkauannya sedangkan seseorang mengincar keselamatan kekasihnya ini
"Bali" balas vania ragu
"Kamu terima aja aku bakal usaha biar bisa jadi asisten pak mahmud" balas nathan pasrah karena dirinya pun tak ingin egois karena jalan ini memudahkan kekasihnya untuk meraih cita citanya menjadi seorang dokter
"Kamu bakal ikut tes?" tanya vania merasa bersalah dan diangguki nathan
"Lawan kamu senior kita loh nath"
"Apapun demi kamu"
Entah vania harus bersyukur atau sebaliknya namun ia merasa membebani nathan karena tes yang akan diikuti nathan terbilang cukup sulit dan entah kebaikan apa yang sudah dilakukan vania hingga mendapat penawaran dan kekasih seluarbiasa ini
"Ayo kita ada kelas lagi kan" vania mengangguk mengikuti nathan yang menganggam lembut tangannya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vania [Completed]
Teen FictionDikhianati oleh orang yang kita cintai? Tak pernah ada di benak vania bahwa ia akan ada diposisi itu. Dikhianati oleh pria yang begitu dicintainya meninggalkan kesan trauma mendalam bagi vania. Butuh waktu untuk menyembuhkan semua luka, namun siapa...