***
Sebuah tangan mengusap kepalanya dengan begitu lembut, gadis itu menggeleng tak ingin jika harus pergi dari sisi nathan saat ini"Gue masih mau disini, gue gak mau nathan sendirian" ucapnya pelan dan semakin mengeratkan pegangannya pada tangan nathan yang sedikit basah karena air matanya.
"Sayang" panggil seseorang dengan suara seraknya
Tangisan ini seketika terhenti, tubuhnya mendongak dengan kaku. Apa ini sebuah mimpi? Nathan tersenyum padanya, mata indah itu kembali terbuka untuknya.
Tanpa kata vania menerjang nathan dengan pelukannya, tangisannya kembali terdengar namun kali ini berbeda, tangisan itu adalah tangisan bahagia.
"Jangan nangis" pinta nathan melepas pelukannya dan menghapus air mata dipipi kekasihnya
"Aku gak mimpi kan?" tanyanya tak percaya
"Kamu gak mimpi"balasnya mengecup jemari vania yang berada dipipinya
Senyum diwajah vania kembali terpatri dengan indah. Nathannya kembali.
Nathan menarik vania dalam dekapannya. Mata gadisnya begitu sembab dan hitam bahkan vania terlihat lebih kurus dari yang terakhir ia lihat.
"Bagas bilang kamu drop lagi, aku takut" ungkapnya jujur
"Maaf buat kamu khawatir" sesal nathan mengeratkan pelukannya
"Anjay, pantes si vania kaga keluar" kaget adela saat membuka pintu dan melihat vania sudah berada dalam dekapan sang kekasih yang baru saja sadar dari komanya.
"Natnan" kaget karin dengan mata yang berkaca kaca
Vania melangkah mundur memberikan ruang untuk papa dan mama nathan memeluk anak semata wayangnya.
Daniel dan bagas saling menatap dengan senyum diwajah mereka, nathan sudah sadar, itu artinya tak ada perpisahan diantara mereka.
"Durhaka banget kamu, bukannya nyari orang tua malah nyari vania" semprot kinar
Nathan hanya tersenyum tipis, yang ada dibenaknya saat matanya terpejam dan terbuka adalah vania. Dan mungkin nathan akan membuat hubungannya dan vania lebih dari sekedar tunangan.
"Pah" Panggil nathan
"Kenapa? ada yang sakit?" nathan menggeleng ia menatap papahnya dengan wajah datarnya.
"Lamar vania untuk nathan" Ucapnya
Kaget, tentu saja, nathan memang sangat misterius dan susah untuk ditebak, Rasanya sekarang begitu campur aduk hingga vania ingin menenggelamkan dirinya saja begitu melihat semua tatapan tertuju padanya seolah meminta pendapatnya.
Astaga, kepala nathan benar benar terbentur keras, dan yang kena dampaknya vania juga, kan bisa lamarannya secara kekeluargaan kalo gini caranya habis dia sama sahabatnya diciee cieein tiap hari.
"Gimana vania?" tanya papah ano
Vania menggaruk tengkuknya salah tingkah, bisa bisanya nathan melah tersenyum geli melihatnya, tidak taukah pria itu kalau sekarang jantungnya berdetak tidak normal.
"Untuk itu vania harus minta persetujuan keluarga pah" ucap vania
"Baiklah, setelah nathan keluar dari rumah sakit kita akan membicarakannya dengan orang tua kamu juga" putusnya
"Kalian pada laper kan, ayo mama traktir" ajak kinar sengaja agar nathan dan vania menyelesaikan masalah ini
Empat gadis yang memang doyan makan tentu berseru semangat, sedangkan gara,alif serta daniel dan bagas hanya mengikut saja. IQ mereka gak serendah empat gadis yang hanya memikirkan makanan langsung mau, mereka tau tujuan kinar agar nathan dan vania ada ruang untuk berbicara
"Nathaaan" panggil vania sebal
"Apa sayang" jawab nathan sok polos
"Ngapain coba ngomong gitu didepan temen temen" tanyanya sebal
"Kenapa? emang gak mau nikah sama aku?"
"Nggak gitu, nathan mah gak peka"
"Jadi masalahnya apa" gemas nathan melihat vania menekuk wajahnya
"Maluuu" rengeknya dengan wajah yang memerah
Ya tuhan, ingin sekali nathan mengarungi vania dan mengurungnya untuk dirinya saja, gimana nathan bisa tahan coba kalau vania bertingkah seperti ini, Lebih baik cepat dihalalkan dari pada ditikung disepertiga malam sama pria lain.
"Duduk sini" panggil nathan menyuruh vania untuk duduk disampingnya.
"Tau nggak kenapa aku pengen kita cepet nikah" tanya nathan
"Kamu itu kaya takdir, gak bisa ditebak" ucap vania dengan suara yang sangat pelan
"Takdir siapa lagi"gumamnya
"tukang parkir depan, masa gak tau"
"Jadi selama aku koma kamu kenalan sama tukang parkir depan" semprot nathan dengan mata melotot
"Awwww, sakit sayang, hobi benget gigitin aku" sebal nathan mengelus lengannya
"Abis kamu ngeselin" Nathan tertawa geli melihat vania memasang wajah cemberutnya
"Aku takut kehilangan kamu, Aku mau saat kita berpisah nanti, kita udah dalam hubungan yang suci dan dipertemukan kembali dalam hubungan abadi disurga nanti" Ucap nathan dan kali ini dengan raut wajah yang serius
"Kok ngomong pisah pisahan sih gak jelas banget"
"Kematian gak ada yang tau , Aku cuma bisa terus berdoa supaya kita disatukan sampai kita tua nanti"
Nathan pernah hampir kehilangannya dan vania pun sama, Apa karena ini nathan ingin segera meresmikan hubungan mereka dalam jenjang pernikahan?.
"Aku boleh nanya gak? " tanya vania
Pertanyaan ini sudah sangat ingin ia utarakan tapi ia belum pernah dapat waktu yang tepat untuk itu.
"tanya aja"
"Waktu itu hari pertama kita ngampus, aku lihat kamu ditengah kerumunan cewek cewek, dan saat kamu bilang suka ke aku, aku nanya sama diri aku sendiri apa yang kamu lihat dari aku yang bahkan nggak pernah nampakin diri dihadapan kamu"
"Cukup aku udah ngerti" ujar nathan saat vania ingin kembali berbicara
"Kamu inget nggak waktu kita selesai tes wawancara, kamu nyanyi di cafe, aku jatuh cinta saat itu juga dan kalau kamu tanya alasan aku mencintai kamu, aku gak punya jawaban untuk itu karena aku cinta kamu tanpa alasan" Jelasnya
"Nathan, dada aku sesak banget" rintih vania memegangi dadanya
"Kok bisa sih kan tadi baik baik aja, aku panggilin dokter ya" ucap nathan khawatir
"iya abis aku nggak tahan, kata kata kamu manis banget" ucapnya tanpa rasa bersalah
"Nggak lucu" Ujar nathan sebal
"Bodo amat yang penting, aku cinta kamu" balasnya lalu tertawa karena berhasil mengusili nathan
Nathan akan selalu berusaha untuk menciptakan tawa dan kebahagiaan untuk gadisnya, vania adalah segalanya baginya dan nathan tak akan gagal untuk ketiga kalinya dalam menjaga vania.
"Love u more" balas nathan tulus
Keduanya saling menatap hingga nathan mengecup kening vania dan memeluknya begitu lembut.
***END***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vania [Completed]
Teen FictionDikhianati oleh orang yang kita cintai? Tak pernah ada di benak vania bahwa ia akan ada diposisi itu. Dikhianati oleh pria yang begitu dicintainya meninggalkan kesan trauma mendalam bagi vania. Butuh waktu untuk menyembuhkan semua luka, namun siapa...