***
Seorang gadis dengan senyum tipis yang terbit diwajah cantiknya tengah berbincang dengan sahabatnya via whatsapp"Gue kangen kalian tau nggak" Ucap vania dengan wajah cemberutnya
"Jadi dewasa gak enak ya" ucap adela
"Emang lo udah dewasa?" tanya dinda
"Van lo ketemu dia?" tanya puput sebelum adela dan dinda mulai berdebat
Vania diam menatap sahabatnya yang juga diam menunggu jawabannya
"Gue harus gimana?" tanya vania lirih
"Dia ngapain lo hah biar gue hajar tu cowok" Galak dinda
"Vania" baru saja vania akan membalas seseorang memanggilnya membuat vania mengalihkan atensinya
Disana ada nathan yang berdiri menatapnya
"Udah dulu ya manu rios manggil" Mereka yang mendengar pun mendengus kesal dan mengumpati vania membuat gadis itu terkekeh geli dan memutuskan sambungan
"Ngapain?" tanya vania datar
"Lo gak ikut acara api unggun?" tanya nathan sembari duduk diatas batu samping gadis yang terus saja menatapnya datar.
"Males, lo ngapain disini?" Nathan yang ditanya seperti itu lantas hanya mengangkat bahunya acuh, ia sendiri tak tau kenapa malah memisahkan diri dari teman-temannya dan mencari gadis dingin ini.
"Bisa nggak lo nggak dingin sama gue"
"Emang lo siapa?" Nathan mendengus mendengar jawaban yang tak sesuai dengan ekspektasinya
"Manu rios" jawab nathan polos, bukannya vania yang bilang kan?
"Manu rios ganteng, gak kaya lo" jawabnya sinis
"Gue ganteng kok" celetuk nathan dengan percaya dirinya
Vania menatap dalam nathan yang juga menatapnya, jika diliat-liat nathan memang tampan, bahkan sangat tampan!. Tapi entah mengapa hati vania biasa saja melihatnya? Kenapa malah wajah menyebalkan masa lalunya yang selalu muncul memenuhi fikirannya?
Begitupun yang nathan rasakan saat ini, pria itu merasa vania begitu membentengi dirinya agar nathan sulit untuk meraih gadis itu, dan nathan mengakuinya. Sangat sulit meraih vania. Meski gadis itu sedikit mulai berbicara padanya namun ada jarak yang vania ciptakan menurut nathan.
"Balik yuk disini dingin nanti lo sakit"
"Gak usah peduli nath, kita gak sedeket itu" ujar vania sarkas lalu berjalan mendahului nathan
Nathan mengikuti langkah vania hingga mereka sampai diarea perkemahan dimana semua temannya duduk dengan api unggun besar ditengah mereka.
"Gue bakal deketin lo kalau cuma itu cara biar gue bisa peduli, jadi jangan menjauh dari gue" bisik nathan saat pria itu sudah duduk disebelah vania.
"Dingin?" tanya nathan, karena tak mendapat jawaban apapun, pada akhirnya nathan membuka jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya pada bahu vania.
"Jangan dilepas" Vania menghembuskan napasnya pelan, nathan begitu keras kepala menurutnya.
Tanpa keduanya sadari diseberang mereka seseorang menatap mereka dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Rasa penyesalan, cemburu dan rasa bersalahnya seakan bercampur jadi satu hingga membuat dadanya terasa begitu sesak namun tak bisa berbuat apa-apa.
"Ada yang mau nyumbangin bakat nggak?" tanya senior yang berdiri di tengah peserta
Tanpa ragu nathan mengangkat tangannya dan menarik vania untuk ikut bersamanya. Tentu saja gadis itu terkejut, bahkan otaknya terasa berproses lebih lama mencari alasan mengapa ia berdiri ditengah teman temannya yang kini bertepuk tangan dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vania [Completed]
Teen FictionDikhianati oleh orang yang kita cintai? Tak pernah ada di benak vania bahwa ia akan ada diposisi itu. Dikhianati oleh pria yang begitu dicintainya meninggalkan kesan trauma mendalam bagi vania. Butuh waktu untuk menyembuhkan semua luka, namun siapa...