Kinar

268 15 0
                                    

***
Kelima gadis cantik yang tak lain adalah vania, Adela, Dinda, Puput dan fira, turun dari mobilnya masing-masing tepatnya pada fakultas masing-masing.

Adela dan puput berdiri di depan gedung fakultas ekonomi dan bisnis dengan gaya angkuhnya begitupun vania pada fakultas kedokteran, fira dan dinda yang berada di depan fakultasnya, fakultas hukum.

"Gak ada yang menarik" gumam adela di angguki puput sesaat setelah menatap sekitar fakultas.

Beda halnya dengan fira dan dinda yang kini sedang berhadapan dengan senior menor akibat ulah si gadis polos, lalod dan nyebelin, siapa? Benar pelakunya adalah sikecil Safira.

"Lo kalo jalan pake mata" bentak senior itu

"Kak bukannya jalan pake kaki?" tanya dinda polos tepatnya sok polos

"Lo tu ya" kesalnya

"Kenapa kak?kakak jalan pake mata yah, ihh kok ngeri, gak bisa ngebayangin aku tuh kak" balas fira

"LO GAK LIAT KAKI GUE NAPAK HAH? Arggg awas kalian" kesal senior itu melangkah menjauh, melihat kedua wajah sok polos junior tengilnya itu membuatnya ingin mencakar-cakar dan menjambak keduanya, namun melihat semua mata tertuju pada mereka membuat senior itu hanya bisa menggeram kesal dan pergi.

Melihat seniornya yang sudah menjauh, tatapan dinda dan fira saling bertemu hingga tawa yang sedari tadi ditahannya pecah, Dinda bahkan sudah memegangi perutnya karena tak bisa berhenti tertawa.

Emang bisa orang jalan pake mata? Ada-ada saja senior lagendnya itu, pantas tidak lulus-lulus.

"Emang bener kok jalan pake kaki, itu pasti tadi mahasiswa lagend gak lulus-lulus" tebak dinda

Beda lagi dengan vania yang menatap lesu gedung fakultasnya

"Nasib-nasib" gumam vania hanya bisa mengelus dada, meratapi nasibnya yang terkesan jomblo

Bagaimana tidak, puput bersama adela, fira juga bersama dinda, dan dirinya?

Usai meratapi nasibnya, vania melangkahkan kakinya menuju kelas namun lift yang ia tunggu sudah terbuka, pemandangan menyesakkan malah menyambut paginya.

Gara berdiri dengan seorang gadis yang memeluk lengan pria itu, vania pernah melihat gadis itu saat diperkemahan. Gadis yang memberikan minuman pada gara.

Vania tak menampilkan ekspresi apapun, Meski terasa menyesakkan namun vania tak akan membiarkan gara kembali tertawa bahagia diatas penderitaannya, tanpa memperdulikan tatapan mantan kekasihnya itu, vania melangkah masuk kedalam lift saat pasangan itu keluar.

"Sayang aku laper" ucap cewek itu manja pada gara

Gara tetap diam menatap vania hingga pintu lift mulai perlahan tertutup bersama dengan tatapan keduanya yang saling beradu.

"Sayang" seru perempuan yang membuat gara tersadar dan beralih menatap tajam perempuan disampingnya itu.

"berhenti ganggu gue bitch" tekan gara begitu tajam sebelum berlalu meninggalkan gadis yang mengepal erat tangannya menatap kepergian pria yang dikaguminya.

Disisi lain, vania menatap kosong gedung-gedung tinggi hingga tanpa gadis itu sadari setetes air mata mulai membasahi pipinya, kini gadis itu berada di atas rooftop fakultasnya padahal beberapa menit lagi kelasnya akan dimulai

Menangis dalam diam seperti ini sangat menyesakkan bagi vania, tapi mengingat kebersamaannya dan penghianatan gara membuatnya tak dapat menahan air matanya lebih lama lagi.

Vania berjanji setelah ini tak ada lagi air mata untuk pria brengsek seperti gara, cukup hari ini vania melampiaskan apa yang dirasanya lewat air mata.

Vania [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang