Manusia itu emang nggak ada yang sempurna.
Manusia itu pasti punya masa lalu.
Dan begitu juga Alif.
The perfect husband.
Kalau selama ini kita tahu bahwa Adelia selalu dibayang-bayangi dengan Bima.
Lalu bagaimana dengan Alif?
Dia memang pernah memilikinya, dan pernah juga bikin Adel kebakaran sampai urat mata.
Dan iman laki-laki tidak selalu onfire. Kadang mereka juga lelah dengan pekerjaan, lelah dengan masalah dirumah dan akhirnya, nyari jajan di luar.
Eitsss tapi Alif masih bisa mengontrolnya, ia belum sejauh itu untuk membuat api di dalam rumah tangganya.
Dan Daniella hadir kedua kalinya dalam posisi yang nyata didepan Alif saat ini.
Ia menjadi investor yang mewakili ayahnya sebagai petinggi Gudang Garam.
"Hai Lif, lama nggak jumpa." Tangan itu menyambut Alif.
Alif tersenyum pelan."Lama nggak jumpa juga Dan, gimana kabar?" Dan uluran itu tersambut.
"Baik." Daniella makin kagum dengan sosok didepannya ini. Alif makin tua, makin kece.
"Kita rapat nanti jam 3 sore. Kamu udah tau ruangannya kan?"
Para cecunguk kantor Alif, auto ngintip dibalik tembok. Membayangkan betapa beruntungnya si Alif.
Welah, si boss menang banyak. Dirumah istrinya ayem. Dikantor disuguhin beginian. Mau aku kaya si boss.
Haah, tiap hari liet pemandangan gini, betah gue dikantor.
Sama. Mbak Daniella pake minyak apa ya?bisa mulus gitu.
Usai rapat, Daniella makin mendekatkan diri dengan karyawannya Alif. Alibi yang pas buat menunda atasan mereka pulang.
"Mau makan apa, Lif?" Tawar Daniella seraya mendekatkan tubuhnya ke lengan Alif.
Cowok itu menimbang sebentar. "Apa aja okke deh."
"Ya udah, kita pilih all you can eat aja. Biar semuanya juga bisa nyobain." Daniella melirik ke barisan cowok-cowok yang antri di belakang mereka.
Tanpa barisan cewek-cewek satupun.
Yap Daniella, just only one on there.
Dan makan siang pun di mulai dengan posisi duduk Daniella yang sedekat. mungkin dengan Alif.
Membuat Slamet, bawahan Alif jadi makin nggak karuan jantungnya.
Masyaallah aku bingung, kudu ucap istighfar apa alhamdulillah. Batinnya pelan.
Sementara Adelia dirumah sudah bersiap memasak untuk buka puasa.
"Sekali-kali masakkin cuami, cumi asam manis kan enaq." Ia memainkan spatulla dengan riang.