Menginginkannya yang tidak menginginkanmu adalah bentuk menyiksa diri - andihiyat
Pagi dengan semburat matahari, membuat hari Adel terasa begitu pedih.
Sudah seminggu ia tidak sekamar lagi dengan Alif, ia memilih untuk mengalah.
Ia juga mulai menyibukkan diri dengan aktivitas yang sempat tertunda.
Seperti nglamar kerja di berbagai instansi, atau tempat yang menyediakan loker untuk freelancer.Karena awal-awal nikah, ia harus ikut ke Jerman.
Alif sedang merapikan setelan kemejanya dan menggulung lengan baju hingga ke siku.
Ia menatap Adel yang sudah rapi dan memasukkan setangkup roti ke mulut, lalu berjalan melaluinya, tanpa melirik sedikitpun.
Semenjak kata-kata "kamu bisa hamil nggak sih, del?"muncul.
Adelia berubah total, ia mulai cuek dan tak memperdulikan manusia yang satu rumah dengannya.
Dan Alif merasa putus asa karena sikapnya.
Pulang malam pun tak diindahkan, bahkan kini mereka memiliki kunci pintu masing-masing.
Tak ada saling tunggu atau khawatir bila salah satu dari mereka terlambat pulang.
Tak ada notifikasi di ponsel yang menanyakan kabar masing-masing, atau titip pesan pengen makan apa.
Semua perlahan mulai hilang.
Hingga minggu pagi, sebuah mobil yang Alif kenal datang, memperlihatkan siapa sosoknya.
"Bang willy?" Alif terkaget-kaget. "Ada apa bang?"
Laki-laki itu tampak maskulin dengan jambang dan kumis yang tumbuh di sekitar area wajahnya.
Namun mata itu menjelaskan amarah di dalam hatinya.
"Mau jemput Adel, lif. Dia ada?" Bahkan tanpa basa-basi willy menyampaikan maksudnya.
Alif bingung dengan situasi yang terjadi.
Semalam tak ada pembicaraan atau diskusi apapun.
Hanya saja ia merasa ada yang aneh.
Adelia sudah bersiap membawa keluar beberapa barang, dan 2 tas trolley kopernya.
"Del?" Ucap Alif.
"Aku butuh waktu mas buat sendiri. Maaf nggak sempet diskusi atau ngobrol. Karena sepertinya semalam kamu udah kecapean pergi sama Daniella." Kata Adel seraya menyerahkan barang ke tangan Bang willy.
Semalam ia memang pulang dengan mobil Daniella, karena kendaraanya sendiri mogok, dan masuk ke bengkel.
"Aku rapat, del."
Adel melirik pelan ke arah Alif, "rapat apa yang berangkat jam 6 pagi pulang jam 12 malam."
Alif kembali terdiam, dan tak berani membalas. Karena ia merasa malu.
Tentu saja malu, pada bang willy, pada keluarga Adel dan pada dirinya sendiri.
Berulang kali, ia mencoba membesarkan hati bahwa anggapan orang tentang keluarganya yang belum punya momongan, tapi lama-lama setan juga berbisik makin kencang.
Dan ia tergoda, hatinya sedikit membelok.
Istrinya tahu, tapi Adel diam.
Karena alif masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.
"Mungkin seminggu atau 2 minggu. Selebihnya biar abang yang bicara ke kamu." Langkah Adelia mulai berjalan keluar dan masuk ke mobil Bang willy.
Jangan pergi, Del.
Tolong.