Hidup 5 - Wacana Bulan Madu

1.7K 72 0
                                    

udara yang masih dingin dan menyegarkan tanpa polusi mencoba masuk satu persatu melalui jendela mobil

jari jemari keduanya tertangkup kencang, mengusir rasa dingin yang mulai menjalar

sebotol tremos mini dan cangkir dari tutupnya sudah terhidang memberi kehangatan melalui kopi panas

"acaranya nanti. mau jalan-jalan dulu nggak?" tawar Alif.

"Boleh."

Adel dan Alif memutuskan pergi sebelum subuh.

saat keduanya berpamitan mas Willy otomatis iri.

"jangan kelamaan piknik berduanya. Keken udah dibikin adek sama aku. kamu ngasih cucu buat Bunda nanti aja."

wegelaseh. gercep banget si abang

"Yang mau bikin bayik di Dieng tuh sapa? kita kesana mau nonton lampion." bales Adel sewot

"kena ghibah bu RT lagi tau rasa ntar."

"bodo!"

"ntar beli kecambah 2 kilo lagi ya del."

"bawel!!"

alif ngikik dibelakang, adel jadi tambah jengkel.

***

Selamat Datang di Kawasan Dieng Plateau

gapura yang disusun dari batu hitam itu menyapa saat adzan subuh terdengar.

Alif segera menepikan mobil begitu melihat masjid di pinggir jalan.

"Mas sholat dulu. jangan lupa murrotal an. dimobil" pesan Alif. "mas bilang juga apa. kalau  mau udzur tuh kamu bawaannya marah-marah mulu."

Adel hanya tersenyum malu. "hehehe..."

begitu Alif turun dan menutup pintu mobil, sebuah sepeda motor plat AA-F menyusul dari belakang.

sepasang muda-mudi sedang asyik berboncengan menepikan kendaraannya persis disebelah mobil Adel.

posisi nunggingnya juga nggak kalah tajem dari boncengan sama Lorenzo.

"Dee lungguh kene wae. aku tak neng kamar mandi sedilit."
logat khas wonosobo terdengar hingga ke telinga Adel. ia dan Alif tidak bisa berkomunikasi dengan logat yang sudah mendarah daging itu.

karena si Alif akan masang muka bloon, nggak mudeng, tampang bodoh lain.

suaminya lebih nrimo  kalau Adel ngobrol pake bahasa tubuh.

tapi kok suaranya kaya nggak asing.

Adel sedikit mengintip di jendela.
pada saat bersamaan, betapa terkejutnya. saat mengetahui laki-laki yang baru saja berbicara itu.

Bima?
kok yang diboncengin bukan Okti? lha trus itu siapa?
bukannya mereka udah nikah ya?

"Mas Abim ojo sui-sui."

"haah bawel."

lalu laki-laki yang dikira Adel itu Bima, masuk ke kamar mandi masjid.

dan si perempuan yang diboncengin duduk di teras, memainkan ponsel.
layar ponsel itu menerangi dengan jelas wajahnya.

dan Adel tambah shock bahwa ia memastikan dengan kedua matanya bahwa perempuan itu jelas bukan OKTI.

lha terus kemana bininya?
katanya udah hamil duluan?

trusss itu siapaaaa??? 

Menikah -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang