menikah itu mengalah

784 37 3
                                    

Malam harinya, ketika Alif selesai pulang kantor. Ia mendapati rumahnya gelap gulita.

Motor menghilang, tapi mobil masih ada, dan gerbang dengan posisi terbuka.

"Astagfirullah, kemana ini si Adel?" Batin Alif dalam hati.

Barulah ia membuka ponsel, dan banyak notifikasi dari istrinya tapi belum ia buka satupun.

10missed call
2 unread message
3 chat whatsapp

Pikiran yang aneh-aneh mulai bermunculan dikepalanya.

Terlebih istrinya kan pernah kabur sehari sebelum mereka menikah.

Was was dan kalut. Alif menelepon balik Adel.

Tapi mailbox

Nelepon mertua, dikira ada apa-apa. Akhirnya nelepon Willy. Kakak Adel.

"Mas Wil, Adel disitu?"

Enggak Lif, kenapa emang?

Masa iya mau bilang, mas biniku ngilang?

30 menit Alif menunggu diluar sampai kesemutan. Akhirnya ia memutuskan masuk ke dalam.

Soal Adel ngambek, itu urusan nanti.

Sebuah motor matic terhenti didepan rumah Alif. Di tengok dengan membuka jendela sedikit, seorang gadis.

Eh bukan gadis, kan dia udah nikah.

Memakai daster dan jilbab, berusaha menurunkan tabung  gas 3 kilo. 

"Masyaallah, dari mana sih Del? Pergi kok nggak dikunci pintunya." Alif mengampiri istrinya dengan wajah sumringah.

Tapi dibalas dengan jutek. "Dari monas. Ambil gas."

Adel berlalu meninggalkan Alif di depan rumah.

Nggak tau aja dia perjuangan emak emak muda nyari seceklekan api buat kebul-kebul di dapur.

Mana stok gas lagi langka banget. Dah gitu penjualnya galak pisan.

"Mas bantu?" Tawar Alif.

"Bisa sendiri." Tolak Adel jengkel.

"Mas minta maaf, tadi ada rapat penting, jadi nggak tau kalau istri mas tersayang berusaha ngabarin sampe banyak kali gini." Alif memohon seperti kucing.

Wah ini. Ini kalau dilihat kesannya aku yang jahat.
Padahal si doi nggak tau aja. Kalau bininya lagi jealousy tingkat dewa.

"Iya aku maafin mas. Tapi beneran deh. Mood aku lagi jelek, jadi jangan dibikin baper." Celetuk Adel.

Ia meninggalkan Alif yang berdiri didepan pintu rumah, karena sejak tadi mereka berdua rebutan bawa tabung gas.

Alif menghela nafas panjang, fisiknya capek. Memang capek, tapi kalau dia tambah ngeluh gini, yang ada bablas sudah.

Ego istrinya luar biasa tinggi kalau sudah bad mood, dan menikah nggak sekedar ena ena aja. Harus ada yang bisa ngalah.
Dan tiba-tiba pandangan Alif tertuju pada ban motor yang kempes banyak dibagian belakang.

"Del, mas mandi dulu. Nanti kalau udah mas masakin makan malam ya. Kamu musti cape ndorong motor."

Nyesss.
Ini
Ini yang bikin Adel tuh luluh lantah, Alif bukan tipe suami yang susah. Dia mau masak, nyuci bahkan beres-beres rumah.

Meski keduanya belum memiliki momongan. Tapi Alif tetap mencintai dan memperlakukannya seperti awal ketika mereka pertama menikah.

Tapi ya itu, dia kurang peka buat lebih awareness soal hubungan, masa laki orang dikira masih bujangan

Kan kampret

Menikah -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang