Pulang disambut dengam celemek dan piring yang masih mengepulkan asap, bau cumi menggoda lidah. Adel menyunggingkan senyum.
"Mas, aku masakin cumi." Ia menyodorkan piring itu.
Tapi dibalik tas kerja, Alif menenteng bebek goreng yang ia beli waktu makan tadi.
"Wah, kebetulan. Aku juga laper." Alif mengikuti Adel menuju meja makan.
Konsep menikah, meski si suami udah njajan di luar, alangkah baiknya ia juga menghargai istri yang udah masakin.
Apapun rasanya, itu soal belakang.
Sama seperti menghargai suami yang kurang ahli betulin sinyal TV padahal bisa panggil tukang service.
Soalnya Alif pernah kejadian itu, dan zonk! TV seharga 2 juta itu rusak.
Malamnya, saat Adel bersiap menonton film kesukaanya, ia mencoba mengambil remote di atas meja, ponsel Alif bergetar tepat didepan ia berdiri.
Nama DANIELLA, terpampang jelas.
Daniella calling...
Adel was was, antara mau angkat dan kepo, atau membiarkan urusan kerja suaminya.
Tapi begitu ia mau menyentuh ponsel itu, dering teleponnya berhenti.
Dan kemudian datang lagi.
Daniella calling...
"Halo?" Sapa Adel.
Alif memergoki istrinya tengah mengangkat panggilan dari ponselnya.
"Siapa?" Tanya Alif.
"Mantan kamu." Jawab Adel menohok. "Mohon maaf, jam kerja udah selesai."
Seketika Adel mematikan ponsel itu, dan masuk ke kamar.
Ada sedikit gebrakan pintu.
Brak!!!