hidup 26 - kejutan

1.2K 50 0
                                    

Dr. Anindra melihat wajah suami Adel untuk pertama kali.

Dia cukup terkesan.

Selesai check-up, dokter meminta Adel untuk ikut tinggal di Rumah sakit. Karena jadwal operasinya sudah ada.

Alif hanya menduga kalau istrinya itu periksa biasa.

"Kondisi rahim Adel itu memang ada sedikit masalah. Karena mulut rahim yang tidak normal, jadi ada penyumbatan saat kalian berhubungan." Dr. Anindra meletakkan pena. "Jadi."

Alif meremas tangannya. "Jadi. Adel harus operasi?"

"Iya. Karena berkaitan dengan bentuk mulut rahim yang memang sudah tidak sempurna maka harus dilakukan pembedahan agar mulut rahim dapat berfungsi normal sebagai jalur sperma menuju rahim."

Dada alif terasa bergetar mendengar Adel mengalami masa-masa sulit sendirian. Sementara ia sibuk bekerja dan bayangan soal Bima sampai Daniella memenuhi pikirannya.

"Kamu nangis lif?" Adel melirik pelan.

Air matanya jatuh, dan ia tertunduk cukup lama. Dr Anindra menyodorkan kotak tissue.

Dan Adel tertawa sembari memeluk punggung Alif.

"Nangisnya diterusin diluar sambil sarapan gimana? Dok, aku boleh siang aja kan jadi pasiennya?"

Dr anindra menyetujui, dan membiarkan keduanya sama-sama menenangkan diri dulu.

Sorenya Adel sudah berganti jadi pasien, seorang suster baru saja menyelesaikan tugasnya memasang selang infus, sementara alif pulang kerumah.

Mengambil beberapa baju,alat mandi dan pernak pernik lain.

Ketika Adel duduk di atas ranjang, ada sosok yang mengintip di balik pintu.

"Bima?"

"Halo, del."

Adel sedikit terkejut dengan kejutan ini. "Kok kamu tau aku disini?"

Bima tersenyum, "i know you so well." Ia melangkahkan kaki masuk, meletakkan bingkisan yang sedari tadi ia tenteng.

"Duduk dulu Bim." Ujar Adel mempersilahkan.

"Boleh aku bicara Del?" Suara Bima tiba-tiba berubah.

Suasananya juga sedikit tegang.

"Aku bener-bener apa ya del, jujur menyesal. Dalam arti kalau seandainya aku bisa menemani kamu dalam kondisi apapun." Suara Bima seakan tercekat, "aku menyesal pernah menjadi sosok yang membuatmu sia-sia."

Kepala Bima tertundum sangat dalam.

"Kamu nggak nangis kan?" Tanya Adel tiba-tiba.

Bima menggeleng, "aku ingin kita bersama, tapi sepertinya usahaku sudah keterlaluan."

Alif yang mendengar dibalik pintu, merasa hatinya runtuh.
Tangan kanannya yang menggengam tas jinjing berisikan pakaian istrinya mulai meregangkan pegangan ujung tali tas.

Menikah -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang