Tubuh Adel masih tertutup selimut.
Dua orang suster mendorong ranjangnya menuju kamar rawat.Salah satu dokter residen, asisten dr. Anindra yang menangani Adel melepas masker dan berbicara pada walinya.
"Operasinya berjalan lancar, kami akan membawa ke Ruang Perawatan Intensif." Ujar Dr. Nina. "Saya permisi."
"Terimakasih Dok." Mata Alif menatap punggung para suster hingga ia menghilang di ujung koridor Rumah sakit.
Adelia belum juga sadar, setelah 1 jam dipindahkan dari ruang operasi, matanya yang terpejam dan bibirnya yang kering.
Kenapa harus nunggu 2 jam sih!
Del sadar dong. Jemari besar Alif merapikan rambut mayang istrinya yang muncul dari sela-sela jilbab.
Matanya menatap wajah itu tak bosan-bosan.
Di ruang tunggu pasien, ada Bima yang tengah tertidur, dan Danias yang meringkuk disampingnya.
Tiga manusia itu bergantian datang, sekedar menjadi penjaga kamar dan juga stok buat nghabis-habisin buah tangan dari para sodara/temen Adel yang ngejenguk.
Kampret memang.
Tapi itu gunanya temen, daripada mubazir.
Sore harinya, Adel sudah mulai mendapat asupan makanan, setelah sehari sebelumnya disuruh puasa.
"Mau makan apa?" Tanya Alif.
Namun pandangan istrinya tertuju pada Danias dan Bima.
Bibir Adel mendekat pada telinga Alif, "sejak kapan mereka akur?"
Alif menggeleng. "Nggak tahu, tapi aku perhatiin. Kemana-mana berdua terus.
Cieeeeeee
4 hari setelahnya Adel diperbolehkan pulang, dan kontrol untuk program hamil 3 bulan kemudian, dengan Dr. Anindra.
Dan tanpa disadari, Bima dan Danias juga makin intens, Adel yakin. Mereka berdua bukan lagi sekedar teman.
"Kalian nggak lagi pacaran kan?" Ujar Adel menginterogasi, saat keduanya berkunjung untuk makan malam.
Sengaja memang, dengan tema candle light dinner, Adel mempersiapkan segala macam untuk mendapatkan jawaban. Termasuk mengajak sepupunya, Yovan untuk memainkan piano nan romantis.
"Ngok, lo belum jawab pertanyaan gue." Adel mengingatkan sekali lagi.
Danias dan Bima terdiam, tapi keduanya memperlihatkan jari jemari yang bertaut dengan sepasang cincin melingkar di jari manis mereka masing-masing.
"Seriously?"