Penantian panjang Adel dan Alif membuahkan hasil, pagi ini sebelum check up. Adel membawa testpack, dan dua garis biru terlihat saat ia² menggoyang-goyangkan benda itu.
Selamat Del!!
Namun dr. Anindra tetap memberikan warning. Adel harus bed rest selama kehamilan untuk mengurangi potensi keguguran.
Tanpa pikir panjang pasutri itu langsung meng iyakan, Alif juga memperpendek jam kerjanya dan jarang ngambil jatah lembur kalau nggak urgent banget.
Alif jadi sosok yang paling bersemangat pagi ini. Mandi paling kilat dan membantu istrinya mempersiapkan segala sesuatu untuk ke Rumah Sakit.
Ini adalah minggu pertama bulan Juli, pasien kontrol Dr. Anindra cukup banyak. Hingga barisan bangku berjejer tidak ada celah, mereka berbagi posisi duduk dengan lainnya.
4 orang suster berjaga di masing-masing ruang periksa. Adel dan Alif mendapatkan antrian nomor tengah, 23.
Setelah menunggu hampir 1 jam, akhirnya antrian nomor 22 masuk.
Kabar bahagia ini rasanya ingin cepat-cepat disampaikannya pada dokter spesialis ginekologi itu. Betapa pasangan ini sangat berterimakasih, dan bersyukur. Penantian mereka akhirnya teralisasi juga.
.
.
.Dr. Anindra menyapa dengan ramah seperti biasa, "bagaimana kabarnya? Kita bertemu 2 minggu yang lalu kan?"
Seorang pasien datang sendiri, usia kandungnnya juga sudah memasuki trimester akhir, perutnya makin membuncit. Ia mengenakan dress selutut warna darkblue, dengan rambut tergerai ke belakang.
"Iya dok."
"Gerakan bayimu apakah aktif?"
Sambil memegang perutnya, pasien itu menjelaskan " rasanya tidak bergerak dok. Udah dua hari ini. Apa saya yang kurang perasa, atau gimana dok."
Wajah dr anindra berubah sedikit khawatir, "mari kita cek USG, untuk memastikan herakan bayinya ya."
Sebuah alat mencoba meraba kulit luar bagian perut, tangan dr anindra begitu luwes menggerakannya. Sambil mengamati gerakan di layar.
Dan perasaan kurang enak mulai terasa jelas.
Tangan dr anindra merapatkan jari-jarinya, "bu, saya sudah memeriksa berulang kali, sepertinya jantung bayinya tidak berdegup."
Ekspressi kalut dan sedih pun mulai menjalar ke wajah pasien itu. "Maksudmu, bayiku meninggal di dalam perut?"
Dr. Anindra agak berat mengiyakan fakta yang ia hadapi saat ini., "iya bu. Saya rasa jsntungnya berhenti di dalam rahim. Kami belum bisa mengetahui penyebabnya, kami bisa mengetahuinya kalau bayi sudah dikeluarkan."
Air mata mulai memenuhi wajah pasien itu, percaya dan tidak. Ia dihadapkan pada kepahitan yang nyata. Anak yang sudah ia nantikan selama ini, belum siap untuk ia asuh.
"Dok... tidak boleh dok!!" Pasien itu menjerit dengan tangisan yang menyedihkan.
Suaranya menggema hingga keluar, Adel dan Alif secara tidak langsung ikut merasakan.
Adel menggenggam tangan suaminya lebih erat, dan matanya terpejam cukup lama.
Semoga ibun sama ayah dikasih kesempatan ya, buat melihat kamu di dunia.
Batin adel seraya memegang perutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/193244278-288-k516879.jpg)