Chapter 14

1.5K 72 0
                                    

Hallo teman-teman hari ini update lagi nih
Yang kepo dan penasaran sama Chapter nya langsung baca aja ya





Hallo teman-teman hari ini update lagi nihYang kepo dan penasaran sama Chapter nya langsung baca aja ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Plakk

Sebuah tamparan tepat mendarat di pipi Upi. Baru pertama kalinya Upi mendapat tamparan dari Papa nya yang sangat sakit membuat pipi Upi menjadi memerah.

"Papa jahat hisk.. Papa tega nampar Upi hisk... Papa gak sayang sama Upi lagi." Lirih Upi sambil menahan perih nya tamparan yang Anton berikan. Dan dia pun pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua tanpa sepatah kata.

"Mas, apa yang kamu lakukan? Kamu sudah keterlaluan mas." Liris Dewi yang tak menyangka Anton tega menampar Upi.

"Dia anak kamu Mas, tega kamu menapar dia seperti itu." Air mata dewi pun sudah tak terbendung lagi. tanpa pikir panjang Dewi langsung meningglakan Anton yang sedari tadi haya diam mematung.

"Apa yang sudah aku lakukan terhadapa anak ku sendiri?" batin Anton yang menyesal dengan perlakuannya ke pada Upi.

Tangan Anton yang semula kekar, kini mendadak menjadi lemas dan gemetar. Melihat tangannya sendiri telah menampar putri nya sendiri dengan keji.

Hati Upi sangat sakit. Baru pertama kali nya dia mendapatkan tamparan dari papanya. Seumur hidup nya dia tidak pernah merasakan sakitnya sebuah tamparan.

Tapi kali ini dia benar benar mendapatkan tamparan yang begitu menyakitkan dari papanya sendiri.

Air matanya tak tertahankan lagi. Mata nya begitu sembap dan pipinya yang sedikit lebam. Dia hanya bisa menangis menahan perih yang membekas di pipi kanan nya.

Jika dia tau apa yang akan terjadi pada dirinya, dia tidak akan pulang kerumah jika peristiwa ini akan terjadi. Upi lebih baik membiarkan dia di hukum karena tidak membawa buku dari pada mendapat tamparan dari papanya.

Upi tidak ingin Ody dan keluarganya mengetahui apa yang baru saja terjadi. Setelah Upi sampai di depan rumah Ody, Upi langsung menghapus air mata yang membasahi pipi nya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah Upi masuk Nampak nya kondis cukup aman. Oran tua Ody tidak ada di sofa tempat biasa mereka berkumpul. Upi pun langsung mempercepat langkah nya menuju kamar Ody.

Sesekali dia melihat jam dinding yang menunjukkan setengah sebelas malam. Sudah pasti orang tua Melody sudah tidur. Dia berharp melody pun sudah tidur. Dengan sangat perlahan dia membuka pintu kama Ody.

"Upi!"

"Dari mana aja kenapa baru pulang? Ini udah malem." Tanya Melody yang membuat Upi kaget.

Dia kira Melody sudah Tidur tapi ternyata dia belum tidur.

"Ody, kenapa belum tidur?" Tanya Upi dengan nada sehabis menangis

"Ya aku nungguin kamu pulang lah. Habis aku telponin gak di angkat, eh tau nya Handpone kamu ketinggalan." Jawab Ody sambil memprhatikan wajah Upi yang lebam.

"Ody ini udah malam gak baik buat kesehatan kamu." Ucap nya sambil memasukkan barang yang sudah dia bawa.

"Upi, muka lo kenapa?" Tanya Melody khawatir sambil memegang dagu Upi

"E..engk, engga papa. Gue jatoh aja tadi." Jawab Upi berbohong. Melody tau kalo luka lebam ini bukan karena Upi terjatuh melainkan karena pukulan.

"Siapa yang tega nampar lo kaya gini? Siapa?" Tanya Melodi dengan nada tinggi. Upi udah tak mampu membendung air matanya lagi. Dia langsung menangis dalam pelukan melody. Dia menangis sejadi-jadinya. Dan menceritakn semua nya kepada Melody.

"Papa, Papa yang nampar gue hisk.." jawab Upi dengan berlinang air mata. Ody terkejut melihat pengakuan Upi.

Dia tidak menyangka bawah Anton Papa Upi yang di kenal nya baik ternyata tega beruat seperti itu.

"Gue salah apa Ody sampai Papa nampar gue hisk..? Gue Cuma pengen mereka punya waktu aja buat gue hisk... gak lebih hisk..." Lirih nya sambil menangis begitu terpukul.

"Mungkin papa kamu gak sengaja ngelakuinnya. Mungkin papa kamu dalam keadaan emosi makadari itu dia sampai melakukan itu. Tapi itu tidak sengaja. Aku mengenal Om Anton itu baik. Kamu tidak boleh berfikir negatif sama papa mu." Ucap Melody sambil memeluk Upi.

"Mana ada orang tua yang tega menampar anak nya sendiri kalo bukan Papa ku hisk..." Saut nya sambil terus menangis. Ody pun mencoba menenangkan Upi.

"Sudah Upi gak usah sedih terus. Ini sudah malam. Sebaik nya kita tidur, karena besok kita masih sekolah. Aku ngerti perasaan kamu. Aku yakin semua itu gak sengaja. Jadi jangan di masukin di hati ya." Ucap Melody tersenyum sambil menatap Upi yang masih terus menangis.

Upi pun beruaha tenang dan mennghapus semua air matanya. Mata nya yang sembab dan juga bengkak karena habis menangis. Upi pun menyudahi untuk menangis, tidak ada gunanya dia terus menangis.

Kejadia itu sudah terjadi dan sudah membekas diingatannya. Hari sudah larut malam. Dan mereka masih harus sekolah besok. Ody tau apa yang sedang Upi rasakan. Ody mencoba mengerti dan Ody tidak ingin melihat sahabat nya itu terus menangis.




 Ody mencoba mengerti dan Ody tidak ingin melihat sahabat nya itu terus menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat malam 😁
Sesuai janji author klo hari ini bakal update sesuai jadwal.

Demi kalian biar gak penasaran sama kelanjutan cerita ini seperti apa.

Oh iya author kepikiran untuk buat cash/pemeran LEUKIMIA nih. Cuma author belom tau siapa yg cocok sesuai tokoh yang ada.

Nah buat kalian yg punya saran buat cast pemeran bisa komen kok.

1. Cast Melody

2. Cast Upi

3. Cast Glen

4. Cast Luna

5. Cast Anwar

6. Cast Dokter Rian

Nah mungkin buat mereka aja dlu, kira" siapa yg cocok buat peranin jdi mereka.
Enak nya cast lokal atau Luar nih? 😁 author bingung 😵

Jgan lupa komen dan juga VOTE yah, oh iya klo ada yg TYPO dari chapter ini komen yah, kasih tau aja, biar author benerin 😁

Follow juga akun IG author
@timah_fatimah12

Sekian dan terimakasih 😁

Ada yg mau di tanyain?

Revisi, 7 September 2021

LEUKIMIA (Selesai) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang