Kenangan Bersama Rendy
By: Yanz
Catatan: ini cerita pengalaman nyata dari sodara Indimas Fauzy Fawas, waktu dia curhatin ke aku. HAPPY READING~
Siang yang begitu terik membuatku berkeringat dan menyeka keringat yang menetes di dahiku. Namun cuaca yang extrim ini tak membuatku putus semangat mengejar mimpiku. Hari ini adalah debut pertamaku untuk menjadi seorang foto model di agency milik ayahku. Namaku Indimas Fauzy Fawas, 14 tahun, namun panggil saja aku Dimas.
Aku berlarian di lantai keramik putih itu karena semangatku yang membara, dan aku membuka pintu yang telah di tunjukkan receptionis (bener gak tulisannya?) tadi. Ketika masuk aku telah di sambut sang photographer dan seorang pemuda tampan dengan senyuman merekah.
"Oh... Nak Dimas?" Tanya photographer itu.
"Iya, benar om, saya Dimas," jawabku sesopan mungkin sambil menuntukkan senyum termanis.
"Saya Bram, dan ini perkenalkan partnermu Nak Rendy."
"Salam kenal Om Bram, salam kenal Kak Rendy," kataku sambil menyalami mereka secara bergantian.
Om Bram pun menyiapkan kameranya sedangkan aku dan Rendy berbincang-bincang sejenak sambil mendekatkan diri. Kesan pertama yang Rendy tunjukkan adalah dia seorang pemuda yang ramah dan supel, itu membuatku merasa nyaman berpartner dengan pemuda 19 tahun itu.
Setelah selesai berfoto untuk promosi sebuah produk pakaian aku pun memberesi tasku, "Dek, ponimu basah," kata Rendy sambil menyeka keringat yang ada di dahiku.
"Hehehe... iya kak, panas sekali soalnya."
"Sudah siang rupanya. Bagaimana kalau kita makan bareng? Nanti aku traktir."
"Waw... boleh tuh kak!" balasku dengan semangat.
Kami pun berjalan santai di koridor sambil mengobrol dan mengakrabkan diri. Sampainya di parkiran aku begitu terpesona melihat penampakan mobil sport yang sangat kinclong yang dia bawa! Waah, benar-benar hebat, sudah ganteng, keren, baik kendaraannya serasi pula. Gadis mana pun pasti akan klepek-klepek dibuatnya, andai aku perempuan aku mau jadi pacarnya hehe... lumayan buat dipamerkan.
Kami pun pergi ke sebuah restoran cina dan memesan banyak makanan di meja bundar yang bisa berputar. Mataku benar-benar dipuaskan dengan makanan siang ini. Selesai makan dia mengeluarkan uang Rp.600.000 aku jadi merasa tidak enak karena harus menyantap makanan semahal dan semewah ini tapi dia sama sekali tidak keberatan dan menenangkanku supaya aku tidak terlalu memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu.
Setelah itu dia mau mengantarku pulang. Dia juga menawarkanku menyetir, walau sedikit ragu tapi aku mencobanya. Tentu akan aman jika ada sang ahli di sebelahku. Dan sesampainya di rumah aku menawarkannya masuk hanya saja dia menolak dan pamit duluan. Masih tercetak jelas wajahnya di pandanganku walau dia telah meluncur.
Oiya, sebelumnya kami sempat bertukaran nope jadinya walau beberapa hari ini kami tidak dipertemukan dalam satu projek tapi kami tetap kontak dengan lancar. Hingga pada suatu hari akhirnya kami dipertemukan kembali dalam suatu projek yaitu fashion show pakaian remaja. Aku begitu tersanjung bisa mendapatkan kesempatan muncul di depan umum dengan debut awalku ini.
Aku dan para model lain bejalan dengan tampang datar namun dengan indahnya di catwalk, jantungku rasanya berdesir bahagia bisa berkesempatan di lihat banyak orang.
Selesai fashion show aku pun masuk ke ruang ganti. Saat aku buka tirai, aku terkejut dan malu ternyata di dalamnya ada Rendy yang sedang membuka baju, terlihat cukup jelas perutnya yang six pack dan tengannya yang kokoh, kemudian dengan cepat dia memakai baju, "Ma-maaf kak. Aku tidak tau," kataku malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilau Pelangi (Cerpen Gay)
RomanceKumpulan cerpen gay dengan berbagai rating, judul dan tema