Yanz present~
Kuroshitsuji Fanfiction
Tittle: My Guardian Angel
"Silahkan dipakai Tuan Muda," katanya menyodorkan seragamku, matanya merah dan menatap sayu, dia seperti vampire ditambah lagi kulitnya yang sangat putih, pucat, pakaiannya pun sangatlah rapi dengan kemeja beserta jas hitam, seperti seorang buttler.
"Siapa kau?" tanyaku.
Dia hanya tersenyum, "Nama saya Sebastian Michaelis. Anda Tuan Muda Ciel Phantomhive kan? Saya adalah asisten ayah Tuan Muda di perusahaan, dikarenakan tempat kost saya sedang digusur, ayah Tuan Muda menawarkan menetap disini, walau pun saya sempat menolak tapi beliau berkata kalau beliau memiliki anak yang sangat manis dan kesepian jadi saya tertarik," katanya panjang lebar dan tersenyum lembut lagi.
Aku mendengus, "Jangan memanggilku Tuan Muda karena aku sudah dewasa, kau tidak bisa melihatnya hah? Dan jangan berbicara dengan bahasa yang terlalu formal, terlalu aneh untuk kudengar."
"Baiklah Ciel."
"Keluar!" kataku ketus. Dia membungkuk, kemudian menuruti perkataanku.
Dengan cepat aku memakai seragam SMAku, ya aku sudah kelas 2 SMA sekarang dan menurutku aku sudah dewasa. Pagi tetap sama seperti biasa, dihiasi dengan teriakan dan umpatan kedua orang tuaku. Ini semua membuatku gila, keluargaku semakin hancur saja. Aku berusaha tidak perduli, mengambil roti dengan cepat dan pergi dari rumah jahanam itu untuk ke sekolah bersama supirku. Kutatap pemandangan dari balik jendela mobil, air mataku jatuh meski pun aku seka berkali-kali. Hei, siapa pun kalian pasti akan terpukul bukan jika keluarga kalian terancam hancur?
Aku semakin iri ketika melihat sepasang suami istri mengantarkan anak mereka ke sekolah, mereka terlihat bahagia. Aku merindukan masa itu.
Keseharian di sekolah juga seperti biasa, aku belajar dengan serius tanpa bergaul. Tak ada satu pun orang yang mau berteman dengan orang yang dingin sepertiku, aku sama sekali tidak ramah. Aku pun tidak butuh mereka, aku bisa hidup sendiri, itu sudah biasa.
Aneh? Ya kalian mungkin menganggapku aneh, bagaimana bisa pemuda tampan sepertiku tapi anti social. Cukup bayak yang berusaha mendekatiku tapi tak bertahan lama.
Setelah sekolah usai pun aku tidak ada niatan berkunjung kemana pun, aku hanya ingin segera pulang, mengurung diri di kamar seperti biasa. Karena aku suka keheningan yang membuatku tenang.
Aku terkejut melihat Sebastian ada di depan sekolahku, dikerubuti banyak gadis. Dengan bangganya dia mengibaskan rambut dan tersenyum ramah untuk tebar pesona sehingga membuat banyak gadis labil di sana berteriak histeris, aku hanya mendengus kesal.
"Sedang apa kau disini?" suaraku langsung membubarkan gumpalan gadis tak jelas tadi. Seolah aku memiliki aura hitam mematikan mereka semua mundur dengan perasaan takut. Sebastian tersenyum ramah.
"Aku menjemputmu Ciel, aku khawatir jika anak kecil sepertimu pulang sendiri," katanya masih dengan senyuman yang kuras dimirip-miripin sama malaikat.
"AKU BUKAN ANAK KECIL BODOH! Dan aku punya supir, kau kemanakan supirku?!!" teriakku murka. Semua orang memperhatikan kami, Sebastian tetap dengan senyumannya.
Dia tidak membalas perkataanku melainkan membuka pintu belakang dan mempersilahkanku masuk, aku terdiam memandangnya ketus. Orang bodoh macam apa dia. Dia mengusap kepalaku, berdiri ke belakangku dan mendorongku masuk, aku meronta-ronta namun kalah kuat dengannya. Menyebalkan.
Sepanjang jalan dia berusaha mengajakku mengobrol namun hanya kudiamkan.
"Kau semakin manis saja kalau manyun begitu," katanya sambil melirikku sesaat di spion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilau Pelangi (Cerpen Gay)
RomanceKumpulan cerpen gay dengan berbagai rating, judul dan tema