16. Banana Cake Boy

4.1K 97 4
                                    

Banana Cake Boy

By Yanz

TIK... TIK..

Aku angkat telapak tanganku dan merasakan tetesan hujan yang jatuh di telapak tanganku, tetesan yang mulanya kecil namun semakin deras dan membuat beberapa orang disekitarku berlarian mencari tempat berteduh. Lain halnya denganku, aku hanya terpaku menatap langit yang sekarang sangat gelap seperti sudah jam 18:30, padahal sekarang baru jam 13:17, berjalan mengelilingi kota tanpa tujuan sejak tadi. haaah... aku menghela nafas panjang lagi, entah berapa kali hari ini aku melakukannya, suasana sekarang seolah mewakili betapa galaunya perasaanku sekarang.

Kusentuh dadaku, seperti ada belati tajam yang menancap di sana. Yang ada dalam benakku selalu kata 'kenapa?'. Kenapa aku harus kehilangan kekasih yang sangat aku cintai? Kenapa dia harus meninggalkanku selamanya?

Saat aku menundukkan kepalaku, air mataku tumpah dan membaur bersama air hujan namun, tiba-tiba...

"Mas, jangan hujan-hujanan, lebih baik mampir di toko kami," sapa seorang pemuda manis dengan membagi payung merahnya padaku.

Sekilas aku menatap wajahnya yang begitu ramah dengan tatapan mata yang begitu polos seperti anak kecil, dan menatap sebuah toko kue cantik yang dia tunjuk dengan jempolnya, "Eemmm baiklah."

@@@@@@

"Haahh... sepi sekali toko, hari ini," ucapnya dengan wajah lesu setelah itu duduk di bangku sebelahku.

Dengan santai aku mengeringkan rambutku dengan handuk, "Hujan-hujan begini mana ada yang mau keluar rumah hanya untuk membeli kue," jawabku ketus.

Dia langsung menghela nafas lagi, jadi semakin manis, aku penasaran berapa umur pemuda di hadapanku ini, "TAPI REJEKI TIDAK AKAN KEMANA!!!" teriaknya bersemangat.

"Hm... ngomong-ngomong umurmu berapa?"

"20 tahun, kenapa mas?"

"Jangan memanggilku mas, namaku Johan aku juga 20 tahun. Emm... hanya saja... kau seperti anak kecil."

"APA?!!! Ahahaha aku sudah sering mendengarnya, aku memang awet muda, namaku Vicky," jawabnya dengan riang.

Aku tersenyum tipis, menatapnya begitu menyenangkan sampai-sampai aku lupa dengan kegalauanku, "Oiya... kenapa tadi hujan-hujan ?" tanya Vicky

"Galau."

Matanya langsung membesar menunjukkan expresi kaget, "Johan galau kenapa?''

"Ini masalah pribadiku."

Dengan wajah cemas dia kembali berkata, "Lebih baik dishare biar bebannya gak ditanggung sendiri."

"Emmm.. kekasihku yang sangat aku cintai meninggal..." ucapku kembali tertunduk.

"Aish... aku tidak bisa bayangkan bagaimana rasanya diposisimu, pasti sangat sakit. Tapi kau tidak boleh putus asa, biarkan dia tenang di dunia barunya, kita Cuma bisa berdoa, kau harus ikhlas."

"Entahlah... apa aku mampu..."

"Ah... tunggu sebentar, ada pelanggan yang harus kulayani," ucapnya ramah, aku langsung menggenggam tangannya, seolah tidak membiarkannya pergi.

Alisnya sedikit berkerut karena bingung, "Permisi, Johan aku harus melayani pelanggan."

"Disini saja temani aku."

Dia tersenyum tipis, "Aku akan segera kembali."

Perasaan barusan... aku bingung dengan apa yang kurasakan barusan, jantungku berdesir-desir, apa mungkin karena tangan halusnya yang seperti perempuan atau sifat riangnya yang mengingatkanku dengan Sari, kekasihku yang sudah pergi.

Kilau Pelangi (Cerpen Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang