41. Pacar terbaik

2.2K 40 2
                                    

Pacar terbaik (ONESHOOT)

PROLOG

Seorang namja tampan fokus menggaris-gariskan pensilnya ke buku gambar, dia ngegambar manga chibi untuk sesosok namja yang keliatannya ceria namun berwajah mesum. Namja tampan yang namanya Donghae itu senyum menatap gambar kemudian mencium gambar itu, "Hyukkie..." desis Hae.

Si Hae melirik HP-nya yang tergeletak di atas meja, dia raih HPnya terus mengetik sms. -Hyuk, udah malam kok belum pulang? Lembur ya?-

Tak lama kemudian dapat balasan dari Hyuk, -Gak chagiya, aku lagi selingkuh..-

Hae mendengus nafas panjang, menatap hpnya penuh pengertian, -Maaf ya ngeganggu, yaudah enjoy ya selingkuhnya..-

-Gapapa Chagi, Saranghaeyo.. :* -

-Nado Saranghae, Hyuk. Kita putus ya chagi. ^_^ -

-Hah????-

Namja Chingu Terbaik (ONESHOOT)

By: Yanz

Ditulis pada, 20 januari 2014, 11:50 WITA dan kelar baru sekarang

NP: Hal negative dalam cerita ini mohon dicerna dan disikapi dengan bijak



Waktu mendengar suara kunci yang membuka pintu kontrakan mereka, Hae menyusut ingusnya, mengusap air mata yang jatuh di pipinya dengan punggung tangan kemudian dia membenarkan kacamata minusnya yang membuat dia terlihat seperti cowok intelek nan cool.

Hae melanjutkan memasukkan baju-bajunya ke koper. Eunhyuk yang baru masuk, tanpa bicara apa-apa langsung menutup koper kemudian meletakkan di atas lemari, Hae menatap tak senang. "Aku mau pulang," ucap Hae.

"Besok deh aku antar. Sekarang udah malam Chagi." ucap Hyuk dengan senyuman tanpa dosanya, seolah tak terjadi apa-apa.

"Jangan memanggilku chagi, Hyuk. Kita kan sudah putus." Hae tersenyum mengejek.

"Balikan deh, kita kan saling mencintai." Hyuk memonyongkan bibirnya, saat mau nyium Hae, si Hae menghindar dan Hyuk malah kecium lemari.

"Kalau ngambek makin Kyeopta deh, jadi makin cinta." rayu Hyuk sambil meluk Hae dari belakang.

"Bau sperma, lain kali kalau habis yadongan mandi dulu ya Hyuk, baru pulang." Hae membalikkan badan, dadanya nyeri sekali mengetahui itu.

"Hehehe.. Habisnya kangen banget sama kamu makanya aku pulang buru-buru.." ucap Hyuk meletin lidah, saat mau mencium Hae malah gagal lagi karena Hae menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Iya, aku juga kangen. Jadi berapa ronde tadi?" Hae menaikkan alis, mencoba memancing.

Hyuk menarik badan Hae ke kasur dan baring bersebelahan, dipeluk lah Hae dengan erat, "Wah cuma dua ronde sih, itu juga kewalahan. Heechul ganas banget sih.. Tapi aku seneng, dia cakep lagi Hae, aku sudah incer dia dari dua minggu lalu! Akhirnya dapat juga." celoteh Hyuk dengan riang gembira.

"Oh ya? Sempit gak?"

"Sempit lah! Nanti lusa kami mau ketemuan lagi." Hyuk ngelengkungin bibirnya dengan imut.

"Wah enak dong.." Donghae pasang wajah takjub.

"Iya dong enak! Oh ya, tadi Heechul liat foto kita berdua di dompetku. Katanya kamu itu type idaman Siwon, namja chingunya. Lain kali aku kenalin sama tuh Siwon, mau gak? Katanya dia mau bayar mahal loh, kalau kamu mau kencan sama dia. Lumayan Chagi, buat kita makan besar nanti!!" Hyuk ngacungin jempolnya penuh semangat.

"Thanks aku gak minat." Hae senyum kalem. "Ehem... Aku mau ke toilet bentar."

"Mau pipis ya? Sini aku bantu pegangin chagi.." Eunhyuk tersenyum mesum.

"Gak... Aku cuma mau nangis bentar." Hae senyum manis.

"Oh gitu, ah tadi aku beli tissue tuh ada dalam keresek. Dihemat ya tissuenya, nangis mulu jadinya sering kehabisan tissue kan. Mahal tuh hehe.. Aku tidur duluan ya, capek.."

"Iya.. Aku tidur di ruang tamu ya, kamu sih gak mandi. Aku kan gak mau tidur sama orang yang bau habis yadongan dengan namja lain.."

Hyuk diam, rupanya tuh cowok udah mengorok dalam sekejab.

Donghae pun masuk dalam kamar mandi sesuai rencana sambil menenteng kresek isi tissue tadi. Hae menatap kaca, wajahnya perlahan menampakkan kesedihan dan dia nangis histeris, dia tahan erangannya dengan tangan supaya tangis histerisnya tak mengganggu tidur Hyuk. Hae letakkan kacamatanya di atas meja, dia menunduk menangis sesegukan dengan bahu bergetar hebat. "Hyuk playboy, aku tau itu dari dulu. Tapi dia mau menjualku.. Itu.. Hikh..." Hae terduduk, dia memeluk lututnya erat dan menangis sejadi-jadinya.

Hae jadi teringat masa lalu mereka, dimana mereka jadian dua tahun lalu.

FLASHBACK

"Gula, kopi, sayuran, snack.. Emm apa lagi ya? Ah ya mentega.." Hae bergegas mendorong trolly belanjaannya ke depan. Ya rutinitas biasa buat namja single dan sebatangkara seperti Hae, belanja bulanan sendiri.

Disisi lain, si Hyuk yang jadi manager di pusat perbelanjaan itu berjalan sembunyi-sembunyi ala ninja buat mematai Hae, "Waw kyeopta banget.. Dari auranya, Ada bakat jadi gay tuh cowok! pasti gampang ditaklukin." desis Hyuk sambil ngusap dagu dan tersenyum licik.

Yaah Hyuk pun memutar otak untuk caper dengan Hae sampai otaknya konek dan seolah ada lampu dan berbunyi 'TING'

Nah jadi si Hae berdiri di rak yang bersebelahan dengan posisi Hae. Hyuk mengintip si Hae membelakanginya, Hae sedang memilih mentega di rak sebelah. Dengan nakalnya Hyuk menjatuhkan kaleng sarden yang ada di rak. Hae yang hanya sendirian di bagian itu langsung panik melihat kaleng-kaleng berjatuhan, "Aigoo.. Gawat.." dengan cepat Hae memunguti kaleng yang nyaris sepuluh itu di lantai.

Bak pahlawan kesiangan si Hyuk datang, "Wah jatuh ya.."

"I-iya.. Maaf Tuan, gak tau kenapa tadi kalengnya jatuhan sendiri."

Hyuk tersenyum tampan, "Oh ya gapapa kok, santai saja. Mungkin susunannya terlalu tinggi makanya jatuh."

"Iya bisa jadi. Wah gak kebayang kalau satu rak ini jatuh, bukan cuma kalengnya yang rusak tapi saya juga habis riwayat."

"Ya benar sekali, berarti Tuhan masih menyayangimu makanya cuma jatuh beberapa kaleng.."

Hae ketawa, "Hehe tuan bisa saja."

Mereka pun membereskan kembali kaleng-kaleng sarden itu ke rak.

Hyuk masang mimik sok mikir, "Kayanya pernah liat ya.. Kamu mirip kenalan aku, siapa ya namamu? Kali aja kita pernah kenal?"

Hae tersenyum ramah sambil menyodorkan tangan, "Kenalin, Donghae."

"Wah nama yang cakep, secakep orangnya. Hehe. Kenalin, Eunhyuk. manager disini."

"Senang bisa berkenalan dengan Tuan manager." Hae berusaha melepaskan tangannya yang sangat menempel di genggam Hyuk. Hae mengerutkan kening, dia merasakan firasat yang mulai gak enak. 'Aneh, kenapa nih cowok kaya modusin aku ya?' pikir Hae terheran-heran.

"Jangan panggil tuan ah, masih muda nih 24 tahun. Keren kan manager muda hohoho.. Panggil aja Hyuk, chagiya juga boleh.." wah Hyuk sudah berani ke tahap menggoda nih.

Hae cuma tertawa tanpa menjawab, 'Damn... Gak salah lagi. Nih namja ada kelainan, kayanya dia emang incar aku. Serem ah.. Musti cepet-cepet pergi!' iner Hae dengan paniknya.

tapi Hyuk ngecrocos lagi, "Aku tinggal di xxx, ditunggu ya surat cintanya."

Tapi Hae cuma tersenyum tipis, ngedorong trollynya. Masih nekat aja nih Hyuk ngegoda Hae, "Boleh minta nopenya gak?"

"Maaf, Hyukkie. Aku harus buru-buru pulang. Aku mau kembali kerja."

"Gak sampe semenit kok nyebutin nope, boleh ya?" Hyuk mengambil buku kecil dan pulpen siap mencatat nope Hae sambil menghalangi jalan Hae, Hyuk juga menaik-turunkan alis dengan senyuman nakal.

"Permisi, Hyuk saya mau pulang.." tegas Hae dengan nada jutek. 'Aaaaargghh tidaak! Apa-apaan sih nih namja! Kaya kehabisan stock yeoja aja. Atau jangan-jangan tampangku yang kelewat cakep ini yang menariknya? Ah suerrr serem sereeem! Baru pertama kali diginiin namja. God save me please!' jerit Hae dalam hati.

"Pin bb deh kalau gitu.." Hyuk gak nyerah. Yaah gitu deh Hyuk kalau ngincer namja harus sampe dapet.

"Mian, gak pakai bbm."

"Nomer hape dong.. Masa pelit sih.. Ya ya?" Hyuk memasang mimik sedih yang menggemaskan yang entah kenapa bikin Hae tersenyum, 'Hm? Apa barusan? Kok rasanya ada gelitikan dan rasa hangat juga di dalam hatiku waktu liat mimik lucunya? Polos banget, iya nih namja kadang keliatan nakal kadang juga polos menggemaskan. Hmm setelah dihitung untung ruginya, kayanya gak ada ruginya nambah kenalan cakep kaya gini. Yaa walaupun kayanya ada kelainan tapi gapapa lah... Kayanya bakal seru.' pikir Hae hingga akhirnya menyebutkan nomer handphonenya, Hyuk seolah bersinar dan mampu bikin Hae berubah pikiran. Ya cowok tinggi, tampan, sexy dan keliatannya bersahabat, siapa yang tahan menolaknya?

Mereka mulai pendekatan seperti orang kebanyakan, kencan beberapa kali, berpacaran bahkan tinggal bersama. Sayang, cuma dua bulan mereka berpacaran dengan bahagia, borok Hyuk terbongkar satu persatu. Hyuk playboy akut.

Kasian Hae yang sudah terlanjur cinta tak akan sanggup kehilangan Hyuk yang melengkapi hidupnya beberapa bulan ini, apalagi Hae sudah rela melepaskan kenormalannya demi Hyuk.

Tapi Walau playboy, si Hyuk ini sangat respect dengan pasangan, hebat di ranjang, bersikap manis dan mapan. Sekilas sih sempurna, Hae mencoba sabar saja, bersikap seolah tak terjadi apa-apa tapi nyatanya Hae cuma manusia biasa.

Sehebat apapun Hyuk kalau tak setia, dia kesakitan juga. Bulan ke lima mereka pacaran Hae memantabkan hati untuk putus, sayangnya Hyuk terlalu hebat menggombal sampai akhirnya mereka nyambung. Yaah putus-nyambung sampai 22 kali. Pahit manis sudah biasa Hae rasakan jadi dia gak shock lagi kalau Hyuk berselingkuh.

END FLASHBACK

Farhan memainkan gelembung yang ada di bak mandi, sedangkan Andre yang duduk di depan Farhan memainkan kaki Farhan dan jilat-jilatin telapak kaki Farhan. Yaah mereka lagi berendam bersama di air hangat berbusa pagi itu.

"Mandi bareng itu emang obat terampuh kan buat hati yang terbakar hehe.." ucap Andre cengengesan sambil meluk betis Farhan dan meletakkan kaki pacarnya itu di bahunya. Dia tarik badan Farhan merapat sampai muka mereka bisa bersentuhan, "Tapi aku masih marah." desis Farhan dingin.

"Kalau gitu, kita main kuda-kudaan aja! Pagi ini aku lagi berstamina!" Andre memamerkan otot tangannya yang kokoh.

Farhan tersenyum sinis, "Otak mesum... Bukannya aku ngebosenin?"

Andre mengerlingkan matanya, "Ayolah.. Kalau aku bosan ngapain kita bertahan dua tahun? You are my best boyfriend. Yaah kau tau sendiri lah aku mudah bosan, mereka yang tidur denganku cuma iklan yang numpang lewat. Tapi kau sinetron yang diutamakan."

"Jeleknya, kenapa perumpamaanku harus sinetron." rajuk Farhan.

"Karena kau bikin penasaran dan gregetan sayangku, manisku, cintaku.. Muaah muaah.." Andre nyiumin muka Farhan dengan gemas.

Farhan mendorong dada Andre dengan telapak kakinya, "Aku lagi gak mood.." Farhan bersandar dan memejamkan matanya.

Tangan Andre malah nakal mainin dada Farhan.
"Han, entah berapa kali aku harus bilang gini. Kau itu ibaratkan ayam KFC yang sangat lezat, tapi kalau makan ayam tiap hari ya bosan. Pengen juga sekali-kali makan steak, makan sushi, makan ikan bakar dan lain lain."

Farhan tertawa renyah, dia usap pipi Andre dengan telapak kakinya, "Yaudah kalau gitu berhenti ya makan ayam. Kan masih banyak makanan lain."

Andre tertawa juga, "Tapi ayam itu favorite aku! Gak lengkap tanpa ayam, si ayam sih makanan utama kalau yang lain itu cuma selingan penghilang bosan. Mengerti? Kau itu keutamaanku, aku mencintaimu dan kau kebutuhanku. Yang lain cuma buat senang-senang. Sayang, kau pacar terbaiiiiik yang pernah masuk dalam hidupku. Cowok tersabar, pengertian walau aku suka selingkuh, gak galak, menggiurkan ranjang, kalau ngambek mudah dibujuk dan dipengaruhi sama gombalan, dapat bonus cakep lagi. Aku sangat beruntung hehe.." Andre memeluk Farhan erat.

"Aku gak sebaik itu."

"Tapi di mataku, kau yang terbaik."

"Kalau aku yang terbaik, kau gak mungkin selingkuh."

"Nananana~ aku gak dengar.. Aku gak dengar.. Nanti malam kita makan malam romantis ya, aku bakal booking restoran terbaik disini!" bujuk Andre. Dia mengarahkan telapak kakinya ke penis Farhan yang sudah mengeras. Farhan terlonjak kaget, menatap Andre dengan mata sayu dan dia pun mengiyakan ajakan Andre.

Mereka juga bercinta di bak mandi itu, Farhan tak mampu menahan diri akan godaan Andre yang begitu kuat. Untuk pagi itu, mereka melupakan masalah sejenak dengan bersenang-senang.

-Malamnya di restoran-

Farhan terdiam dengan wajah dingin begitu dia masuk restoran ternyata ada tiga orang di restoran itu, "Maaf telat, tadi ada pekerjaan tambahan." ucap Farhan datar, dengan sigap Andre menarik kursi dan mempersilakan Farhan duduk dengan gantle. Yaah walau Andre mapan, Farhan tetap kerja sebagai penjual bunga di toko besar yang seperti rumah kaca itu.

"Dimas, kenalin ini Farhan pacar aku dan Farhan perkenalin ini Dimas selingkuhan aku, dan ini Ken pacarnya Dimas." ucap Andre santai. Farhan mengerutkan kening, menatap heran akan suasana yang terlihat seolah tak terjadi apa-apa.

"Senang bisa mengenal kalian." ucap Farhan ramah sambil memaksakan senyuman.

Dimas tersenyum sinis sedangkan Ken cuma pasang muka datar. "Well, kayanya gue lebih layak jadi pacar Andre, jadi mending lu putusin dia ya." celetuk Dimas.

Farhan ketawa ringan, "Hahaha.. Dengan senang hati, ambil aja ya sisaku."

Dimas melotot, "HEH!!" nyolot Dimas.

"Aduh duh.. Baru beberapa detik ketemu udah ribut, kalau gitu Aku dan Dimas mau ke hotel dulu ya sayang, kamu disini aja ya sama Ken.. Bye.." ucap Andre sambil menggenggam tangan Dimas.

Mata Farhan berkaca-kaca, digenggamnya tangannya geram kemudian menggebrak meja dengan kasar. Andre dan Dimas menoleh ke belakang.

Farhan berdiri, berlari ke arah Andre kemudian menendang penisnya, "Aaaaaargghh! Fa-Farhan.. A-apaah yang aakh kau lakukan.. Ukhh.." erang Andre sambil memegangi penisnya dan melompat-lompat kesakitan.

"Itu balasan buat cowok brengsek kaya kamu!" bentak Farhan, lelehan air mata mengaliri pipinya.

"Apa maksudmu? Kenapa kamu marah-marah kaya gini?"

"Bodoh!! Kau masih bertanya apa salahmu? Aku selalu sabar tapi kau semakin ngelunjak akan kesabaranku. Mentang-mentang aku mencintaimu dan selalu jatuh kepelukanmu pada akhirnya, kau tega terang-terangan menusuk jantungku secara berhadapan hah?!! Aku ingin mempertahankanmu, andai kau bisa menjaga sedikit saja perasaanku, selingkuhlah sesukamu aku tak perduli asal aku tak tau! Tapi kau tega memperlakukanku begini!!!"

Andre ternganga, dia tak menyangka kekasihnya yang kalem dan pendiam bisa berbicara sepanjang ini penuh emosi pula, rahang Andre mengeras, mendadak aura tegasnya terlihat. Andre meraih pipi Farhan, "Aku tau aku brengsek dan gak sempurna, tapi aku gak pernah suka bohong dengan siapapun. Dalam hubungan itu apa artinya kesempurnaan kalau isinya cuma kebohongan. Dengan keterbukaanku denganmu sama sikap brengsekku, aku ngarepin kamu bisa mengerti dan memaklumiku."

Farhan tertawa mengejek, "Memaklumi? Sudah cukup kebodohanku selama ini, aku selalu jatuh ke pelukanmu. Aku gak akan lagi sudi bertemu denganmu." Farhan mendorong kasar bahu Andre kemudian berlari keluar restoran.

"Sayang... Tunggu.. Aakhh.." Andre yang mau berjalan tapi kesusahan karena sakit karena tendangan tadi. Dimas merangkul Andre dengan sigap dan menahan Andre agar tak jatuh.

"Udah lah.. Biarin aja dia pergi, kalau dia udah tenang baru dikejar. Orang emosi diajak diskusi mana nyambung. Ken kejar gih, hibur dia."

"Hm.." gumam Ken sambil mengejar Farhan.

"Tapi Dim, aku sedikit khawatir sama ancamannya." lirih Andre sambil menggigit bibir.

"Halah.. Udah, nanti juga dia balik ke pelukan lu. Kaya cerita lu kan, dia itu cinta lu dan gak akan sanggup kehilangan lu. Diapain pun juga dia rela."

"Aku harap."

Disisi lain Farhan berlari di kesunyian trotoar disusul Ken yang mengendarai mobilnya, mobil Ken berjalan pelan berdampingan dengan Farhan sambil membuka kaca mobilnya, "Aku antar, ikutlah bersamaku."

Farhan melirik sekilas, kemudian dia cuek dan tetap berlari kecil.

Ken menghentikan mobilnya dan turun setelah mendapat respon cuek dari Farhan.

"Ikut aku.." ucap Ken sambil menarik kasar tangan Farhan.

Farhan shock melihat cowok tinggi besar yang berpenampilan urakan itu, Farhan menghentak-hentakkan tangannya tapi tak juga lepas karena genggaman Ken terlalu kuat.

Cowok bermuka oriental tapi macho itu memasukkan Farhan kedalam mobil secara paksa. Farhan cuma bisa pasrah sekarang.

Mereka duduk berdampingan tapi diselimuti keheningan hingga akhirnya Ken menyodorkan tissue. Eh Farhan masih cuek, buang muka lagi.

Ken merapatkan badan, Farhan mendadak was-was saat dia merasa udara jadi sesak dan yang tercium aroma parfum Ken yang maskulin. Rupanya Ken mendekat buat melepas kacamata Farhan kemudian ngehapus lelehan air mata Farhan. Farhan cuma diam kaku sambil mengepal tangannya di depan dadanya.

"Terlalu manis untuk menangisi seorang pria brengsek. Kau lebih berharga dari itu." desis Ken dingin.

Farhan tertunduk, dia bingung mau bicara apa. Tapi Ken mengusap poninya membuat Farhan menoleh dan menatap lekat cowok cool di depannya itu.

Farhan langsung memundurkan punggungnya, dia rada deg-degan waktu menatap mata Ken, tuh cowok punya tatapan mematikan yang bisa meluluhkan orang yang menatapnya.

Ken tersenyum tipis saat menyadari muka Farhan memerah. "Jadi kemana kita sekarang?" tanya Ken.

"Entahlah..." jawab Farhan lemas.

"Ingin memakan sesuatu? Kau pasti lapar kan?" tanya Ken.

"Nafsu makanku hilang total." ucap Farhan dingin. Ken geleng-geleng melihat kondisi Farhan yang begitu suram.

Akhirnya Ken mengambil keputusan sendiri secara tegas karena Farhan tak tau mau apa. Ken mulai menjalankan mobilnya hanya dengan kecepatan rendah, sesekali dia menoleh ke arah Farhan yang menempelkan pipi ke kaca jendela.

Melihat sebuah turap di pinggir jalan, Ken punya inisiatif untuk mengajak Farhan kesana. Di turap itu keliatan beberapa orang pacaran sih, tapi dengan jarak renggang. Ada beberapa pedagang jagung, kacang bahkan ice cream juga ada.

Mereka berjalan ke arah turap itu, Farhan sempat merinding waktu Ken pegang pinggulnya untuk mengangkat dia duduk di turap yang agak tinggi.

"Kok bintangnya pada hilang ya?" Ken nyoba basa-basi.

Farhan cuma mendengus, "Bintangnya lagi sedih juga kali jadi kurung diri dalam kamar." ucap Farhan datar.

Ken terkekeh, dia menatap wajah imut yang lagi mendongak menghadap langit dan ngayun-ayunin kaki ke arah sungai. Ya tau kan turap yang biasanya sebagai pembatas sungai?

Ken mencoba manggil beberapa pedagang, seperti jagung dan ice cream tapi Farhan hanya mau mengambil ice cream, itu juga makannya malas-malasan.

"Aku tau aku bukan orang yang menyenangkan, tapi ceritalah.. Mungkin bisa aku bantu."

"Aku kayanya kurang ganteng..." desis Farhan lemas sambil menjilat ice creamnya.

Ken menahan tawa mendengar pernyataan itu, "Tidak ada yang kurang dari sosokmu. Terbungkus sangat rapi dan sempurna." Ken mengusap alis Farhan, "Alis ini, terbentuk rapi dan tebal, mata ini meskipun terlapisi kaca mata masih terlihat kebeningannya, hidung ini tergaris begitu rapi ada lubangnya lagi.. Hidung sempurna itu yang bisa bernafas!" Ken menarik hidung Farhan sehingga membuat Farhan membulatkan matanya kemudian menepis tangan Ken.

Ken gak gentar, dia raih rahang Farhan, mengusap pelan, turun ke dagu dan jari panjangnya mengusap bibir ranum Farhan, "Disini lah puncak kekagumanku, bibir manis yang berbentuk mungil namun terbelah sexy. Pasti mencicipinya bisa membuatku gila.." Ken mendekatkan wajahnya namun..

PLAAK

Tamparan panas justru menerjang wajahnya, Farhan turun dari turap dengan melompat. Dia merajuk, berjalan dengan wajah ketus namun dengan sigap Ken menarik tangan Farhan, menghentak tubuhnya hingga Farhan tertarik menubruk dada Ken.

"Lepas! Maniak!" bentak Farhan kesal. Ken mengeratkan pelukannya. Tapi Farhan semakin memberontak.

Ken melepaskan pelukannya, meremas bahu Farhan kemudian menangkup kedua pipi tembem Farhan. Ken membungkuk untuk mensejajarkan kepalanya dengan Farhan, hidung mereka bersentuhan, "Apapun yang terjadi, aku tak akan membiarkanmu sedih sendirian. Jadi, biarkan aku mendampingmu hm? Aku akan menjagamu."

Wajah Farhan terasa panas, ada percikan kehangatan dari tatapan seorang Ken yang berpenampilan urakan.

Wajah Farhan yang awalnya berang mendadak berubah, seolah mendapatkan sebuah ide.

"Ken..." Farhan menggenggam ujung baju Ken, Ken menegakkan tubuhnya.

"Hm?" gumam Ken sambil memasang mimik bingung.

Farhan mendongakkan wajahnya, dia menatap lekat Ken yang lebih tinggi darinya itu, "Jika mereka mampu bersenang-senang, kenapa kita tidak?" desis Farhan dengan senyuman aneh.

"Aku akan membuatmu senang." Ken mendekap kepala Farhan hingga terbenam di dadanya.

-Dua minggu kemudian-

Matanya menatap fokus pada arah handphonenya, mengetik banyak pesan beruntun, berusaha membuat panggilan namun dia hanya mampu menunduk kemudian menggeleng.
Q
"Sia-sia.." lirih Andre. Dia berusaha menghubungi namun nomernya sudah tak pernah aktif lagi semenjak kejadian itu, keberadaannya pun tak bisa diketahui ada dimana karena rumahnya pun selalu kosong.

Dengan langkah gontai dia mendekati pintu, melangkah masuk ke dalam kontrakannya itu.

Kondisi ruangan yang kosong membuat Andre teringat masa lalu, seharusnya sekarang Farhan menyambutnya dengan senyuman manis, melepaskan sepatu Andre, merendam kaki Andre di air hangat.

Andre menatap meja makan yang kosong, dimana biasanya Farhan menyediakannya makanan.

Andre hanya mampu menghela nafas, dia hempaskan tubuhnya ke kasur. Andre menatap sedih bantal yang berada di sampingnya, meraba bantal itu dan menghirup aroma yang tertinggal. Butiran bening mengaliri pipi Andre saat dia mencium bantal itu. "Rasanya ada luka menganga di dalam sini karena kepergianmu.." Andre meraba dadanya. Dia hanya bisa mengigit bibirnya, terisak dengan bahu bergetar.

"Sayang, apa kau juga merindukanku disana?" Andre berbicara dengan bantal itu tapi tak ada jawaban.

Andre tertunduk, tubuhnya sangat kelelahan karena menghabiskan banyak waktu keliling kota setiap hari demi mencari Farhan. Dia ingat, saat kelelahan seperti sekarang Farhan biasa memeluknya dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang Andre dan mengucapkan dukungan-dukungan moril.

Semakin membuat Andre sesak, setiap ruangan di kontrakan ini memiliki banyak kenangan, bayangan Farhan terus bergerak mengitari ruangan.

Dan ketika Andre sadar semua itu hanya kenangan, dia hanya bisa tertunduk lesu, 'Kenapa bisa semenyesakkan ini kehilanganmu, Han?! Farhan, hal yang sangat menyakitkan ketika aku bangun di pagi hari, aku tersadar bahwa kau tak ada lagi di sampingku. Makhluk yang selama ini jadi bagian hidupku.' lirih Andre dalam hati.

'Kenapa dia bisa bersembunyi selama ini? Apa dia tak merindukanku? Tidak seperti biasanya, Farhan tak pernah bisa bertahan lebih dari tiga hari putus denganku. Han... Apa kau sekarang sudah bahagia tanpaku sampai-sampai tak pulang lagi?' batin Andre, dia melirik dinding di atas kasurnya dimana ada banyak foto dokumentasi kemesraan mereka. Mereka sepasang kekasih yang memang hobi selfie.

Andre nyoba menenggak air walau terasa seperti duri yang melewati tenggorokannya, dia terbatuk. Wajahnya pucat dengan mata sembab, kerinduan yang teramat dalam menggerogoti batinnya.

Tidak ada lagi sosok manis yang menyejukkan hatinya, membuatnya tersenyum, mumbuat wajahnya memanas dan bergelinjang hebat di atas kasur.

Dengan langkah lemas Andre mengambil keripik dan softdrink. Dia duduk di atas kasur berhadapan dengan laptopnya yang menampilkan sebuah video memory manis mereka.

Andre berusaha meredam rasa rindunya, menatap antusias video dimana mereka tamasya dengan para sahabat. Disitu terlihat Farhan dikerjai dengan roti isi cabe sehingga dia kepedasan, mengibas-kibaskan tangan di depan mulutnya dan meminum jus jeruk dengan cepat. Andre yang mengerjai Farhan tertawa-tawa sambil nunjuk-nunjuk wajah Farhan. Andre penasaran saja dengan emosi Farhan, dia mau lihat bagaimana cara Farhan marah.

Tapi bukannya marah, Farhan malah memasang mimik sedih, dengan bibir terbakar yang bergetar. Andre langsung kikuk, dia langsung memeluk mesra Farhan, mengecup pipi menggemaskan pemuda manis yang berwajah cool itu.

Orang yang gak kenal Farhan pasti mengira Farhan cowok cool karena wajahnya yang selalu tenang tanpa ekspresi didukung lagi kacamata kerennya.

Pada kenyataannya pemuda itu sangat manja, memeluki leher Andre, membenamkan wajahnya di leher kekasihnya itu.

Teman-teman yang melihat tertawa-tawa, "Keenakan tuh Andre, habis ngerjain dipeluk. Hajar aja Han!" teriak seseorang yang memegang kamera.

Wajah Andre terlihat ketus mengancam ke arah kamera, yang lain tertawa-tawa.

Ada juga video cctv di ruangan kerjanya yang sengaja Andre minta buat koleksi pribadi.

video dimana Farhan mencoba mencari perhatian Andre dengan meniup gelembung ke arahnya, Saat itu Andre sibuk menghitung laporan keuangan, terlihat Farhan yang bosan menunggu memain-mainkan gelembung yang dia beli di depan toko bunganya.

Melihat reaksi Andre yang cuek dan fokus pada laporan keuangan itu, Farhan mengembungkan pipi dan meletakkan dagunya di meja. Andre yang melihat ekspresi menggemaskan Farhan itu langsung tertawa, berlari ke arah kekasihnya dan langsung menimang-nimang badan mungil Farhan dengan riang gembira. Farhan menariki pipi Andre, mereka tertawa-tawa. Terlihat bahagia di tengah kesibukan.

Andre menutup laptopnya dengan kasar, bukannya mengobati rindu malah membuat hati semakin nyeri.

Semua yang ada di dalam video itu cuma kenangan yang sekarang sudah lenyap.

Andre menggigit bibirnya yang basah akan lelehan ingus dan air mata.

Perlahan namun pasti, hari demi hari berjalan dengan Farhan yang tercoret dari daftar kehidupan Andre kini.

Terdengar decitan pintu..
Rupanya Dimas membuka pintu kamar, menatap heran ke arah Andre yang sangat kusut, Dimas melemparkan sekotak pizza, "Makan gih.."

"Aku lagi gak berselera..." lirih Andre, masih memeluk lutut dengan wajah tertunduk.

"Heh kondisi lu menyedihkan banget dah, ini kah Andre yang selama ini gue kenal? Gue tak kenal lu. Lu sangat cengeng!"

Andre cuma diam, dia mengaku kalah, sekarang titik dimana dia menjadi pria yang sangat lemah.

Dimas bisa merasakan kondisi Andre yang begitu memilukan hingga akhirnya dia angkat suara, "Ok... Ok.. Si mungil itu tinggal bersama Ken.."

"Farhan?" Andre mengangkat wajahnya dengan semangat.

"Yoa.."

"Berikan aku alamatnya!"

*****

Ken menghembuskan asap rokoknya ke udara, dengan rahang terangkat sehingga membuatnya terlihat sexy ditambah lagi dia shirtless.

Farhan menatap Ken, dia berbaring di samping Ken dengan selimut menutupi hingga dagunya, "Kau demam, sebaiknya berhenti merokok dan minum obatmu." bujuk Farhan.

Ken melirik Farhan dan tersenyum nakal, "Suapkan obat itu melalui mulutmu."

Wajah Farhan memerah dia menatap ketus, "Cih..." decaknya kesal.

"Kau mau aku berhenti menghisap rokok?" Ken mematikan rokoknya kemudian merendahkan tubuhnya agar mendekat ke arah Farhan. Farhan mengangguk innocent. "Emmm aku bisa saja berhenti merokok, tapi kau harus menghisap 'rokok dagingku' haha.." ucap Ken genit.

Farhan langsung menjauhkan wajah mesum Ken. 'Sepertinya seme itu memang diciptakan mesum..' batin Farhan sedikit keheranan karena cowok yang dia kenal selalu mesum, teman sekolahnya dulu juga bahkan memaksanya onani. Atau cuma dia doang cowok yang rada risih sama hal-hal mesum?

Well, dua minggu tinggal bersama dan resmi pacaran tak membuat Farhan menyerahkan tubuhnya pada Ken. ciuman pun tidak.

Yaa waktu tidur jadi pengecualian, siapa yang tau jika Ken mencium or menggrepe dirinya secara diam-diam?

Farhan akhirnya membaringkan Ken, mengambil bubur yang ada di atas meja. Menyuapi dengan sabar, dia sedikit deg-degan meliat perut kotak-kotak Ken yang terlihat sexy saat dia berbaring seperti sekarang.

"Aku sudah kenyang, baring disini! Aku butuh sebuah kepala disini.." Ken menepuk dadanya.

Farhan cuma senyum kalem, gak mengiraukan dan dia lebih memilih buat nyuapin Ken lagi dan ngasih obat walau tuh cowok keras kepala banget disuruh minum obat.

Sampai pada akhirnya Ken menghentak tangan Farhan hingga dia terbaring di dada Ken. Farhan terdiam dengan mulut terbuka, dia bisa mendengar jelas dentuman jantung Ken yang lebih cepat dari pada normalnya.

Farhan mencoba membuka topik pembicaraan, "Oh ya.. Emm waktu aku beres-beres kemarin, aku menemukan sebingkai foto di bawah kasur. Mereka keluargamu?"

Ken mengerutkan kening, wajahnya seolah gak bersahabat, "Ehem.. Yeah.." jawab Ken malas-malasan, dia melipat tangannya untuk di baringi dan menatap langit-langit. Posisi itu bikin tangan kekarnya kelihatan sexy dengan bulu halus di ketiaknya.

"Kau tak tinggal bersama mereka?" tanya Farhan lagi. Dia penasaran kayanya.

"Mereka udah mati." jawab Ken datar.

"Meninggal! Kamu gak sopan banget Ken. Lalu Mereka meninggal kenapa?"

Ken mengerutkan kening, diam agak lama, tapi sebelum dia ngebuka mulut mendadak ada ketukan pintu yang kayanya ngajak ribut.

Braaakk! Braak! Braaak!

Farhan dan Ken mendadak emosi, mereka keluar barengan, sama-sama penasaran orang macam apa yang gak sabaran gitu ngetuknya.

Farhan langsung tersentak waktu ngeliat yang di balik pintu adalah Andrea. Ken menatap ketus, dia langsung meluk pinggang Farhan dari belakang dan endus-endus leher Farhan buat memanas-manasi Andre.

Andre tertohok melihat Ken yang telanjang dada, hati Andre luar biasa sakit, rasanya dia akan muntah sekarang juga karena serangan rasa sakit yang luar biasa itu. Rasa sakit yang bikin kepalanya mendidih, 'Apa mereka sedang bercinta?' pikir Andre. "Pulang.." desis Andre dingin sambil menarik tangan Farhan.

"Heh, apa-apaan lu? Jangan tarik-tarik pacar gue!" bentak Ken sambil dorong dada Andre, Ken menarik Farhan ke belakangnya.

"Pa-pacar?" tanya Andre tergagap, matanya berkaca-kaca. Dia semakin miris waktu melihat Farhan bersembunyi di belakang Ken dan meremas lengan Ken seolah meminta pertolongan.

"Ya lah.. Lu sendiri kan yang ngasih Farhan buat gue? Kalau lu mau ambil, telat.. Gue dan Farhan sudah saling memiliki. Lu cuma masa lalu dia, mending lu pergi deh..."

Andre menelan air liurnya, "Farhan, bisa bicara empat mata sebentar?" Andre nyoba ngulurin tangan.

Ken nepis kasar tangan Andre, "Pulang lu, Farhan gak butuh lu!"

"Gue ngomong sama Farhan, bukan sama lu!" bentak Andre berang, digenggamnya tangannya geram.

"Farhan sekarang punya gue! Lu gak punya hak... Pergi.. Pergi dari sini gue bilang! Farhan sudah gak minat sama lu!!!" bentak Ken kasar. Ken mendorong-dorong Andre dengan kasar, terlihat Andre gak perduli, dia cuma menatap lekat Farhan yang berdiri di depan pintu, Farhan seolah berat membiarkan Andre pergi.

Terlihat jelas ada pancaran kerinduan pada matanya, Farhan juga kesakitan, ini yang bikin dia selalu kalah karena tiap kali melihat Andre setelah beberapa hari putus, segala amarah itu hilang, yang ada rasa rindu, kasihan dan cinta.

Farhan menepis segala perasaannya, cukup dia disakiti selama ini. Farhan harus kuat, lagi pula sekarang ada Ken yang bisa menjaganya dengan baik.

Farhan berlari ke dalam dan menerjang bantal, dia gak mau ngasih kesempatan Andre lagi ngomong sama dia sedetik pun. Dia pasti kalah kalau itu terjadi.

Disisi lain Andre dapat hadiah bogem mentah dan tendangan dari Ken, "Heh nih gue kasih tau sama lu, ambil pelajaran deh ketololan elu. Kalau punya barang bagus itu dijaga bukannya disia-siain. Farhan udah jadi milik gue, dan gue gak bakal sia-siain makhluk sekualitas dia. Ambil deh Dimas, kalian pantas, sama-sama bitch... Haha.." Ken meninggalkan Andre yang diam tersungkur.

Petir menyambar, langit mendung dan ikut menangis menerpa wajah Andre hingga air matanya tersamarkan, "Aaaaaarghhh aku bodoh!!!! Ini salahku, Tuhan..." erangnya, dia tertunduk lesu dengan bibir bergetar.

Tapi gak semudah itu Andre menyerah, dia terus mengejar Farhan, mencari kesempatan sebisa mungkin.

Rela hujan-hujanan saat itu menunggu Farhan, tapi yang ditunggu tak kunjung keluar yang ada dia dihajar Ken lagi. Begitu Ken kerja Andre nekat menggedor-gedor pintu, berbagai kebisingan yang dia buat membuat tetangga geram. Diam-diam Farhan kembali bekerja di toko bunga karena bosan akan kebisingan Andre setiap harinya sebelum Andre akan berangkat ataupun pulang bekerja.

Hari itu pun terjadi perkelahian lagi antara Ken dan Andre di toko bunga tempat Farhan bekerja. Kadang hati Farhan kesakitan tiap kali melihat Andre babak belur dihajar Ken, 'Dre, sudah dong.. Jangan keras kepala. Jangan buat aku kasihan melihat pengorbananmu..' desis Farhan dalam hati. Sekuat tenaga dia menahan tangis ketika melihat Andre yang tetap tersenyum menatap lekat ke mata Farhan sedangkan darah segar berkucuran di hidungnya.

'Maaf, aku harus membuatmu membenciku demi keselamatanmu.' tekat Farhan dalam hati.

Farhan yang semulanya bersembunyi di belakang Ken mulai maju, menahan dada Ken agar menghentikan perkelahian dan memeluk pemuda macho itu dari samping.

Farhan menatap dingin ke arah Andrea, "Sebaiknya kau pulang dan jangan kembali. Aku tak bisa memberimu kesempatan lagi, aku mati rasa Dre. Ken bisa membuatku bahagia disini, dibandingkan kau yang selalu menyakitiku." Farhan melirik sekitar, toko bunganya sepi hanya ada mereka bertiga. Dia pun memberanikan diri menarik rahang Ken agar menunduk dan mereka menyatukan bibir, saling melumat dengan mesra.

Andre termundur, diremasnya dadanya dengan kuat demi menahan rasa sakit.

dengan keras kepala Andre terus menatap mereka yang berciuman semakin ganas. Hingga akhirnya Andre memejamkan mata tak tahan.

"Fine, aku kalah." kalimat itu bikin Farhan dan Ken berhenti berciuman. Andre membalikkan tubuhnya untuk berjalan namun dia melirik ke belakang lagi ke arah Farhan dan Ken yang bergenggaman tangan. Andre menatap lekat genggaman itu, begitu dia berbalik air matanya langsung jatuh membasahi lantai.
--------

Gak mudah buat Farhan move on, di lubuk hati yang terdalam sebenarnya Andre itu tetap ada disana, ketampanan dan perlakuan Ken cuma mampu bikin dia kagum dan respect.

Tapi Farhan tetap belajar mencintai cowok satu ini, lagi pula sudah banyak pembuktian yang Ken kasih buat nunjukin kesungguhan dia, salah satu usahanya yaitu ngasih kartu kredit dan ATMnya ke Farhan, meluangkan banyak waktu sepulang bekerja dari bengkel miliknya, Ken berusaha menunjukkan pengabdian penuhnya pada Farhan agar cowok itu gak ragu lagi buat ninggalin Andre.

Kalau cowok lain yang dikasih kepercayaan gitu sudah kena tipu habis-habisan tuh si Ken. Untungnya Farhan anak baik, gak ada sedikit pun niatan dalam hatinya menipu Ken.

Dia bahkan gak enak memakai fasilitas Ken, paling dia pakai kartu kredit buat keperluan konsumsi bersama, dia gak pernah foya-foya. Tau diri aja lah...

Tapi Ken bener-bener menjamin kehidupan Farhan sampai-sampai dia larang Farhan kerja lagi, sebenarnya alasan utama tentu aja takut Farhan ditemui Andre.

Ken menyembunyikan Farhan rapat-rapat dari dunia luar sekarang.

Tapi ada kalanya mereka bersenang-senang di luar kaya sekarang, memilih boneka-boneka di sebuah toko pinggir jalan karena Farhan gak terlalu suka ke tempat elit kaya mall. Sosok yang terlihat cool ini sebenarnya manja dan kekanakan jadi dia sangat senang ketika Ken ngasih dia boneka panda yang ukurannya lebih besar dari dirinya sendiri, "Kau berlebihan Ken, bagaimana membawanya nanti hm?" cibir Farhan.

"Udah ah jangan protes, lucu tau. Ayo berdiri sejajar dengan si panda. Biar aku foto."

Wajah Farhan terlihat girang tapi dia berdiri tegap dengan tangan di masukkan ke kantong, "Apaan, gak kawaii gayanya.." protes Ken.

Farhan menggembungkan pipi, Ken tertawa geli hingga akhirnya Farhan memasang jari peace dengan senyum pepsodentnya.

Manis sekali, panda pun kalah manis.

"Laper, bagaimana kalau kita makan seafood?" tawar Ken sambil merangkul Farhan.

"Hmm ide bagus! Lama gak makan seafood. Ayo!! Em tapi bonekanya?" Farhan memiringkan kepalanya.

"Hahaha gampang, nanti sewa pick up buat antar ke rumah. Ayo baby kita jalan..." Ken merangkul Farhan dengan lembut, sesekali mengusap kepalanya.

Langit senja mulai gelap, lampu-lampu jalanan mulai hidup, di trotoar itu mereka berjalan kaki sambil melihat kanan kiri para pedagang, pohon-pohon di trotoar itu diberikan lampu hias bikin daerah itu semakin indah apalagi di sebrang jalan ada sungai, terlihat pernak pernik bertemakan valentine menghiasi sepanjang jalan, ah ya seminggu lagi hari valentine... Farhan jadi teringat valentine terakhirnya masih dia lalui bersama Andre, tapi sekarang lain. Farhan menoleh ke samping, pria tampan ini lah yang ada disisinya sekarang.. Akan Menjadi valentinenya.

mata Ken mendadak menemukan apa yang dicari, yaitu kedai seafood yang ada di pinggir sungai. Pasti sejuk dan romantis banget suasananya.

Dengan bergenggaman tangan mereka menyebrang namun sebuah suara memecahkan perhatian mereka, "Kak Ken!! Ma, abah di luar ada Kak Ken!!!" teriak seorang gadis dengan berjingkrak-jingkrak di depan sebuah kedai mie pangsit.

Keluarlah sepasang suami istri dengan pakaian sederhana dari kedai yang juga sangat sederhana, rahang Ken mengeras, dia langsung membuang muka, "Ayo terus jalan.." desis Ken sambil menarik tangan Farhan.

"Nak... Nak!" teriak ibu itu sambil berlari tergopoh-gopoh, Ken tetap acuh hingga akhirnya ibu itu terjatuh. Ken berbalik, dia menatap lekat sosok itu, matanya berkaca-kaca.

"Ken, mereka siapa?" tanya Farhan.

"Aku gak kenal, ayo jalan..." Ken merangkul Farhan jalan menjauh.

Farhan menoleh kebelakang, melihat gadis remaja dan seorang ibu menangis meraung-raung meneriakkan namanya, "Ken pulang laah..." suara yang memekikkan telinga Ken, ingin rasanya dia menangis detik ini juga. Sedangkan sang bapak hanya menatap dingin dengan menepuk pundak istrinya.

Berjalan cukup jauh, sosok pedagang mie pangsit itu sudah tak terlihat tapi Farhan masih gelisah, 'Situasi yang janggal... Aku penasaran sebenarnya ada apa ya?' batinnya.

Kemudian sebuah memori muncul dalam benaknya, gambaran dari sebuah bingkai foto di bawah kasur. Dengan kasar Farhan menepis tangan Ken, "Mereka keluargamu kan?!!! Kenapa kau tega mengacuhkan mereka dan berbohong padaku!!!" bentak Farhan.

Ken menatap ketus, "Gak usah campuri privasyku! Mereka bukan siapa-siapa!"

Farhan mundur perlahan, matanya berair dan menatap lirih, "Kau tega Ken... Aku salah menilaimu.. Ternyata kau tak sebaik yang aku kira! Asal kau tau andai aku punya keluarga sekarang aku tak akan menyia-nyiakan mereka! Kau beruntung Ken, masih memiliki keluarga lengkap. Begitu mirisnya aku melihat sebuah situasi dimana seorang anak sukses menjadi pemilik bengkel besar tetapi keluarganya hanya pedagang miskin!!! Kau setega itu Ken!!!" air mata Farhan sukses tumpah sejadi-jadinya. Orang-orang sekitar melirik curiga dan mulai berbisik-bisik.

Dengan tegas Ken menarik tangan kekasihnya itu ke tempat yang lebih sepi, "Kau tak tau apa-apa Farhan!" bisik Ken dengan nada tajam.

"Kalau begitu jelaskan!!!" bentak Farhan. Bahunya bergetar, dia menangis lirih karena sesuatu mengenai keluarga sangat sensitif baginya.

"Hmm.. Mereka yang mengusirku sewaktu aku sekolah dulu. Dan apa yang mereka dapat itu timbal baliknya bukan! Ini bukti kalau aku bisa hidup tanpa mereka!"

"Itu pasti karena kamu nakal kan!"

"Mereka tau jika aku gay dan gak bisa menerima kondisiku. Hanya itu."

Farhan meraih tangan Ken dan menggenggamnya, "Itu masa lalu kalian, sekarang liat orang tuamu. Mereka pasti telah memafkanmu, mereka membutuhkanmu di masa tua mereka Ken.. Apa kau tak kasian melihat kondisi mereka? Mereka sudah renta, sudah seharusnya istirahat dan adikmu butuh pendidikan tinggi. Lihat dirimu Ken, kau mapan, kau berlebihan. Kau bisa membahagiakan mereka sebelum kesempatanmu habis. Tidak seperti aku, aku tidak memiliki kesempatan."

"Tapi..."

"Ken..." Farhan menatap Ken dengan mata sedihnya yang menggemaskan. Ken luluh.

"Hm.. Fine aku bakal minta maaf dan bawa mereka ke tempat yang lebih layak."

"Baguslah..." Farhan menepuk bahu Ken.

Seperti yang diharapkan, Ken pun kembali mendatangi kedai mie itu. Betapa senangnya keluarga Ken melihat kepulangan anak sulung keluarga itu, sang ayah yang awalnya keras mengusir Ken pun melelehkan air mata karena kerinduan yang amat dalam.

"Nak, kau sudah banyak berubah.. Apa kau sehat nak?" tanya sang mama sambil mengusap pipi anaknya yang semakin tampan itu.

"Seperti yang terlihat, ma. Aku sehat." Ken tersenyum lembut sambil mengecup kening mamanya.

Adik Ken yang berumur sekitar 14 tahun itu memeluk Ken dari belakang sambil berjingkrak-jingkrak.

"Aaaaa kakak! Senangnya kakak pulang! Kaka makin tampan nah!" ucap adiknya girang.

Ken tersenyum menoleh adiknya, diusapnya kepala adiknya itu, "Ading yang berubah banyak dari lima tahun lalu, makin tinggi ya! kakak tetap seperti dulu."

"Tapi badan kakak makin besar loh.. Waah tangannya besar.."

"Ahahaha ini otot ding..." jawab Ken sambil mengacak rambut adiknya gemas.

Abah Ken terdiam di samping, Ken melirik sekilas. Mereka saling bertatapan tajam mengingat si abah lah yang menghajarnya habis-habisan lima tahun lalu kemudian mengusirnya. sang mama hanya bisa menangis, abah kekeuh menganggap Ken bukan lagi anggota keluarga mereka dulu.

Tapi sekelam apapun masa itu, ada getaran hangat di dalam hatinya. Ken tersenyum lembut, "Abah..." Ken mendekati abahnya kemudian merengkuh tubuh abahnya yang lebih kecil tenggelam dalam pelukannya. Ken memejamkan mata, begitu pun abahnya. Mereka menangis terisak, tak ada yang sanggup mengucapkan kata-kata, si abah menepuk-nepuk bahu anaknya.

"Bah, maafin Ken.. Ken ri-rindu kalian semua." ucap Ken disela isakannya.

Mama dan adiknya ikut menyusul memeluk mereka.

Di suasana haru itu, Farhan memilih mundur perlahan. Dia merasa gak layak berada di tengah-tengah keluarga itu. Sudah menjadi kepuasan tersendiri baginya bisa menyatukan sebuah keluarga.

Tapi Ken memanggilnya dan melepaskan pelukan keluarganya, "Han, bisa kemari sebentar.." Ken mengusap air matanya dengan punggung tangan dan menarik lengan Farhan.

Farhan tersenyum manis dan berdiri menghadap mereka semua, "Aku mau kenalin kamu sama keluarga aku. Ding, ma, abah ini Farhan.. Umm anu.."

Dengan cepat Farhan memotong ucapan Ken. "Saya sahabatnya Ken. Senang bisa melihat hangatnya sebuah keluarga. Ken jagain ya keluargamu ya!" Farhan menepuk-nepuk bahu Ken sambil tertawa ringan. Ken pun tersenyum lega.

Keluarga mereka menyambut hangat, malam itu acara makan seafood dirubah dengan makan malam hangat bersama keluarga besar.

"Ken kok manggilnya abah mama? Bukan ummi? Suku apa sih? Bingung aku, mukanya oriental tapi manggilnya.. Ehem sorry, kaya panggilan orang desa gitu."

Ken tertawa renyah, "Aku suku dayak dari kalimantan selatan, ya kan kalsel bahasa utamanya banjar, Han. Jadi manggilnya mama abah."

"Oooo pantes, tapi dayak itu bukannya kaya orang barbar gitu terus pake sempak, makan manusia dan berkulit gelap?"

Tawa Ken makin gelak dan menjitak Farhan, "Sembarangan. Yang aku tau dayak itu ada dua jenis, dayak kenyah dan punan. Dan aku ini kategory dayak kenyah dimana biasanya berkulit kuning dan berwajah oriental. Punan tuh yang berkulit gelap. Masalah kanibal, aku rasa itu cuma mitos buat orang jawa kaya kalian."

Farhan memanyunkan bibirnya sambil mengusap kepalanya yang dijitak tadi.

"Kok dayak kaya oriental?"

"Zaman dulu, tepatnya saat masa dinasty ming itu Cina memasuki Kalimantan dan wilayah melayu lainnya secara besar-besaran dengan tujuan berdagang. Jadi terjadi banyak pernikahan silang sehingga banyak orang kalimantan berwajah oriental khususnya dayak."

Farhan pun ber oooo ria mengerti maksud Ken.

"Han.. Thanks ya.."

Farhan yang tadinya memakan mie pangsit menghentikan makannya, "Hm? Buat apa?" Farhan meminum es jeruknya.

"Terimakasih kamu sudah meluluhkan kerasnya keputusanku." Ken menggenggam tangan Farhan.

"Sudah seharusnya Ken. Kamu berasal dari keluarga ini, maka sudah seharusnya kau kembali pulang. Secinta apapun kekasih, suatu hari akan berakhir juga. Cuma keluarga tempat yang akan siap menerimamu kapan saja."

Ken menatap Farhan dengan mata berbinar, "Gak salah aku memilihmu, Han."

Mata Farhan membulat, kemudian dia menunduk, "Ken... Emm aku boleh permisi dulu? Ada yang harus aku urus."

Ken mengerutkan kening, "Kenapa mendadak? Aku antar ya?"

Farhan tersenyum sambil mengusap tangan ken, "Aku bisa sendiri kok. Kamu puas-puasin aja dulu kangen-kangenannya ya? Tolong, aku butuh waktu sendiri."

Ken mengangguk lesu, "Hati-hati.." saat Ken ingin mencium kening Farhan, Farhan menarik wajahnya takut dipergoki keluarga Ken. Dia Berlari keluar, menoleh lagi kemudian tersenyum tipis sebelum hilang dari pintu.

Misteri Ken dan keluarganya

Hal ini membukakan mata Farhan akan sikap berbohong Ken, dia akhirnya mendapatkan sebuah pelajaran yang membuatnya mengambil keputusan berani.

Farhan berlari kecil mengitari sepanjang trotoar, senyumnya mengembang, ada rasa tak sabar dari sorot matanya.

Farhan pulang ke rumah asalnya, rumah sebelum dia mengenal Andre maupun Ken. Tempat yang berdebu dan usang itu dia sulap menjadi rumah yang layak dihuni.

Farhan memilih menyendiri dulu untuk menenangkan hatinya sekaligus melakukan survey.

Ya survey terhadap Andre. Diam-diam Farhan mematai Andre setiap harinya, mencari tau setiap kegiatan Andre yang seperti zombie gila kerja karena gak ada hal lain yang dia lakukan selain bekerja dan istirahat di kontrakannya. Tak ada lagi dunia gemerlapan, tak ada lagi hura-hura.

Sedangkan Ken gelabakan karena kehilangan Farhan, dia kacau dan bingung. Kenapa anak itu hilang? Apa lagi yang salah?

Di sisi lain, suatu hari Farhan bertemu dengan Dimas yang tertawa berbincang dengan cowok tampan lainnya di sebuah kedai ice cream, "Dimas?" tanya Farhan memastikan.

"Hoi.. Lu Farhan, apa kabar?"

Farhan tersenyum tipis, "Lumayan baik. Siapa nih cowok? Gak sama Andre?"

Dimas tertawa kecil, "Apaan... Andre nyuekin gue mulu, kayanya dia cinta mati deh sama lu. Sampai dia berubah drastis gitu cuma karena lu tinggalin. Oh ya ini pacar baru gue, Adam"

Farhan hanya mengangguk-angguk sambil menyambut salaman dari Adam kemudian membalikkan tubuh sambil berpose mikir.

Farhan merenungkan lagi kalimat Dimas, Andre cinta mati dengannya? Farhan hanya bisa tersenyum akan rasa bangga yang dia rasakan.

--------

Dengan wajah datar Andre membenarkan susunan boneka-boneka beruang pink yang menghiasi supermarket tempat dia bekerja. Walaupun diposisikan sebagai manager, Andre tak pernah ragu untuk melakukan pekerjaan bawahan. Lagi pula dia bertekat untuk move on sehingga dia tak akan membiarkan dirinya melamun sebentar saja. Dia harus sibuk agar otaknya tak memiliki kesempatan merenungkan nasib.

Para pegawai berpakaian serba pink karena sekarang tepat hari valentine, Andre pun tak terlepas dari kebijakan owner supermarket itu. Dia mengenakan kemeja putih yang dilapisi blazer dan celana kain pink muda, dasinya juga pink muda dengan garis-garis putih.

Suasana supermarket benar-benar cantik, ada yang buka lapak coklat kotak juga. Andre meraba coklat yang terbungkus kotak besar berbentuk hati itu. Biasanya dia selalu mengambil satu kotak untuk pujaan hatinya.

Tapi sepertinya tahun ini absen dulu dari romansa valentine.

Andre menghela nafas, kembali mengamati kondisi barang, membenarkan posisi barang yang berantakan namun mendadak seseorang yang ingin mengambil barang tersentuh tangannya yang juga menjangkau ke arah rak.

Andre reflek mundur saat melihat siapa orang itu. Farhan mengulum senyum manis saat perhatian Andre teralihkan padanya juga.

Sejam Farhan berkeliling disini bahkan berpapasan dengan Andre tapi pemuda tampan itu tak juga menyadari kehadiran Farhan karena terlalu fokusnya dengan pekerjaan.

Andre menatap dingin ke arah Farhan, tanpa saling sapa or basa-basi Andre langsung memalingkan tubuh dan jalan menjauh.

Farhan ternganga shock, dia diacuhkan? Apa Andre benar-benar menyerah dan sakit hati?

Hup!

Farhan memeluk Andre dari belakang, mengeratkan tangannya, perlahan jemarinya merangkak naik dari pinggang hingga dada Andre. Tak perduli pelanggan lalu lalang ataupun kamera CCTV, Farhan tetap mengeratkan pelukannya.

Rahang Andre mengeras, keningnya berkerut. "Apa lagi sekarang?" tanya Andre lirih. Dia masih bingung kenapa Farhan mendadak berubah lagi.

"Aku merindukanmu." Farhan tersenyum walau wajahnya tertanam di tengkuk Andre. Andre bisa merasakan deru nafas Farhan dan membuatnya ngos-ngosan menahan gejolak nakal hormonnya.

Benar-benar moment yang dia rindukan, tubuhnya merinding merasakan sentuhan Farhan dan mendengar suara Farhan. Rindunya teramat dalam yang membuat dia merasa cintanya akan meledak seketika.

Andre berbalik cepat, merengkuh tubuh Farhan ke pelukannya. Andre memejamkan mata, pelukan hangatnya, desahannya menggambarkan kerapuhannya menahan rindu. Dia memeluk manja tubuh Farhan membuatnya terlihat seperti seme manja yang butuh perhatian. Andre melepaskan pelukan, menatap Farhan kemudian menarik leher Farhan dan mengecup bibir ranum itu penuh cinta. Rindu... Sangat rindu, akal sehat mereka sirna saat itu juga sehingga dunia seakan milik berdua. Didorong lah Farhan ke dinding di pojokan, dijepitnya tubuh Farhan antara tubuh Andre dan dinding. Mereka bercumbu penuh kerinduan dengan tangan yang saling bergenggaman.

Hingga ciuman itu berakhir tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka masing-masing.

Hanya memberi kode, dari tatapan, gerakan tangan dimana jari mereka bertautan atau tawa Farhan yang sesekali seperti orang salah tingkah.

Tak mau menunggu lama, Andre membatalkan lemburnya, membeli sekotak coklat dan boneka beruang pink di supermarketnya tadi. Malam itu mereka pulang bersama namun dari balik pintu Ken menatap dingin.

"Ada yang bisa menjelaskan apa maksudnya ini?" desis Ken ketus.

"Ken, maaf aku rasa Andre pilihan tertepatku." Farhan menggandeng Andre dan berlalu.

Ken tak terima, dihentaknya tangan Farhan hingga mendekatinya, "Tapi kenapa? Apa salahku?!! Bukankah aku sudah menerima kembali keluargaku?"

Andre yang tak mengerti hanya menatap bingung dan menggaruk kepala.

Farhan menatap Andre dan Ken secara bergantian, "Ken thanks atas semua kebaikanmu selama ini. Oh ya kartu kredet, ATM maupun uang yang kau jatahkan aku letakkan di bawah kasur. Ken kau baik, tapi..." Farhan mengusap bahu Ken lembut.

"Tapi kenapa?!!!" bentak Ken.

"Tapi, sebejad apapun Andre, dia gak pernah membohongiku. Asal kau tau, aku tak pernah bisa menerima kebohongan."

"Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya! Aku sudah mengakuinya, bukan!!" Ken menggeleng-geleng tak habis pikir akan keputusan Farhan yang lebih memilih si brengsek Andre.

"Maaf, bagiku Andre masih yang terbaik."

Mata Ken membesar, "Jadi martabat Andre masih di atasku bagimu?"

"Iya.. Maaf Ken."

Ken kesal, dia merasa tak mau kalah dari semua ini. Kekalahan bukan hal yang menyenangkan baginya. Apa lagi demi alasan yang tak masuk akal.

"Alasanmu berbelat-belit. Bilang aja kau masih mencintai Andre kan?"

Mata Farhan membulat, kemudian dia tersenyum kalem, "Tidak bisa dipungkiri lagi, aku memang sudah terlanjur memberikan hatiku dengannya."

Ken dan Andre terdiam.

Ken menatap Andre yang menatap lekat Farhan penuh cinta dan kesungguhan. Ken memejamkan matanya kuat-kuat hingga akhirnya dia membuka mata.

'Aku mungkin masih bisa move on karena perkenalanku dengan Farhan hanya sebentar, tapi Farhan dan Andre.. Aku sendiri bisa merasakan ada magnet yang membuat mereka sangat sulit terpisahkan. Apalagi hubungan mereka sudah lama, masing-masing belum mampu move on. Sudah waktunya aku mundur.' pikir Ken.

Ken tersenyum tipis akhirnya, "Ingat pesanku waktu itu, Ndre. Jangan pernah sia-siakan hartamu."

"Pasti, aku janji!" Andre memberi toss pada Ken.

"Hoi! Ngapain lu pada nimbrung disini?" tanya Dimas yang datang bersama Adam dan cowok mungil di sebelah Adam.

Wajah Andre girang, "Hei yo Dimas!" Andre memeluk Dimas tapi Farhan langsung mencubit pinggangnya.

"Kumat hah kumat?" geram Farhan.

"Hehehe maaf khilaf sayangku.." Andre menarik kepala kekasihnya itu dan mengecup keningnya.

"Dasar lu genit aja, Ndre. Oh ya kenalin nih Adam pacar baru gue, ini Firly adiknya." ucap Dimas sambil senyum lima jari.

Mereka saling bersalaman. Saat giliran Ken yang menyalami Firly mendadak mata Ken membesar karena mendadak dia merasakan ada sengatan di hatinya. Cowok SMA itu memandang Ken terheran-heran karena tangannya tak bisa lepas.

Dimas tersenyum penuh pengertian, disenggolnya Firly dengan pantatnya hingga Firly terjatuh menindihi Ken.

Mereka semua tertawa-tawa sedangkan Firly dan Ken salah tingkah dengan wajah memerah.

Sejak saat itu, mereka berenam menjadi sahabat dan sering melakukan triple date jika ada waktu luang.

END


NP: ini remake dari film taiwan gak tau judulnya apa. Tapi dicampur imaginasiku, inspirasi dr meme comic, terinspirasi akan kegenitanku juga lol dan thanks buat vina, sabaku, bang ryan, ide kencan dari kalian aku gabungin jadi satu. <3 pokoknya ambil inspirasi dr berbagai hal. Ditulis dengan susah payah selama berminggu-minggu dan kayanya gak memuaskan mohon maaf. Heran, gak tau kenapa kali ini lama betul proses penulisanku. Biasanya 3 jam kelar.

Lagi mood jelek. Tapi kangen nulis.

Thanks juga buat bang Aziz yang sudah bantu konkrit jadi aku bisa edit2 kesalahanku.

Eniwei, happy valentine! Kalaupun kalian gak bisa ngerayain atau gak punya pasangan buat ngerayain semoga cerpen ini bisa membantu memaniskan hari kalian.

Tinggalkan kesan dan pesan terakhir ^_^

Kilau Pelangi (Cerpen Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang