49). Kepergian Luthfy

6.7K 553 43
                                    

Aku pernah mempunyai sandaran selainnya, tapi dia pergi. Sampai akhirnya aku sadar, sandaran yang paling tepat adalah Allah💛

***

Tiara menatap gundukan tanah didepannya dengan pandangan Kosong, tak percaya, bingung, dan juga tak terima. Tidak ada suara, hanya ada air mata yang mewakili semuanya. Mewakili bagaimana sakitnya ditinggalkan tanpa berpamitan. Sakitnya ditinggalkan saat semuanya baik-baik saja. Tiara tidak bisa berpikir jernih sekarang.

Sekali lagi, dia memeluk gundukan tanah yang diberi nama Luthfy Ardiansyah dengan pandangan yang sangat membuat semua orang ikut merasakan bagaimana luka yang dirasakan wanita berbadan tiga itu.

Ibu Tiara, dan juga Nadia hanya diam dengan saling berpelukan. Mereka juga ikut merasakan apa yang Tiara sedang rasakan.

"Kenapa harus gini?" Tiara berucap lirih penuh luka. "Kenapa gak ada tanda-tanda sebelumnya? Kemarin mas baik-baik aja. Kemarin mas masih manjain Ara hiks. Kemarin mas masih bilang kalo mas sayang sama-- "

Tiara kira, semuanya baik-baik saja seperti yang dibilang ibunya. Tiara kira, Luthfy sudah membaik seperti kata ibu Peri. Tiara kira, Luthfy tidak akan meninggalkannya secepat ini. Tiara kira, Luthfy akan tetap bersamanya dan membesarkan anak-anaknya kelak.

Ibu Tiara yang sudah tidak kuat pun lansung memeluk Tiara, disusul Nadia.

"Kamu harus kuat sayang.." Beliau mengusap kepala Tiara dengan sayang.

"Kamu kuat Ara. Aku tau kamu bisa lewatin semua ini, biarin kak luthfy tenang di alam sana."

Tiara hanya diam dengan tangis yang semakin histeris. Pandangannya terasa samar, kepalanya berdenyut nyeri, dan tiba-tiba semuanya terasa gelap.

"ARA!" Teriak keduanya kaget saat medapati tubuh Tiara yang tak berdaya.

Siapa sih yang tidak syok dengan keadaan yang menuntutmu untuk sabar, kuat, tabah, dan juga ikhlas. Sedangkan kamu merasa semuanya sebelumnya baik-baik saja.

Dan disinilah Tiara Semarang, diranjang kamar dirinya dengan luthfy dengan keadaan yang jauh dari kata baik. Dirinya masih pingsan membuat ibu Tiara khawatir dan Nadia yang sudah menangis sejak tadi.

"Astagfirullah bu kita harus gimana.."

Ibu Tiara menoleh pada sahabat puterinya. "Ibu gak tau Nad. Kita harus telpon ayahnya buat ngasih tau ini,"

Nadia mengangguk dan membiarkan ibu Tiara menelpon Ali, suaminya.

"Hallo assalamualaikum yah?"

"..."

"Ara yah, dia pingsan tadi dipemakaman."

"..."

"Maaf yah. Biar gimanapun, Ara akan curiga. Dia sekarang masih belum sadar. Ayah kapan pulang?"

"..."

"Iya ayah baik-baik ya disana. Kabarin ibu kalo ada apa-apa. Waalaikumsalam."

Dia mematikan telponnya. Lalu menatap Nadia yang sedang menunggu jawabannya.

Meraih Surga Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang