44). Perkiraan Hamil

7.8K 588 25
                                    

Harusnya aku sadar, kita tidak akan pernah menyatu. Ada berbagai kemungkinan untuk kita bersatu. Entah itu soal restu, ataupun kamu sudah ada yang baru.

***

Pagi-pagi sekali Tiara sudah dibuat khawatir oleh Luthfy. Pasalnya suaminya itu sudah beberapa kali bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan, atau lebih tepatnya mual-mual.

Seperti sekarang, Luthfy sedang berusaha mengeluarkan apa yang membuatnya mual-mual dan ternyata masih cairan putih. Sedangkan Tiara berdiri dibelakang Luthfy dengan tangan yang memijat tengkuk Luthfy.

"Udah mas?"

Luthfy mengangguk lesu, dia membalikan badannya dan langsung memeluk Tiara dengan manja. Tiara menghela napas, sedari tadi juga Luthfy tidak mau lepas darinya. Tiara menuntun Luthfy berjalan menuju ranjang dengan sedikit kesusahan.

"Mas diem dulu disini, Ara mau buatin teh anget ya buat mas."

Luthfy mengangguk, Dia membaringkan dirinya di kasur. "Jangan lama-lama ya?"

"Iya, mas."

Luthfy memperhatikan Tiara yang pergi daru kamar mereka. Dia memijat kepalanya yang terasa sangat pusing. Tangannya meraba nakas, mengambil ponselnya dan mencari nama Hasby.

"Hallo Assalamualaikum Luth?"

Suara Hasby terdengar setelah panggilannya menyambung.

"Waalaikumsalam Has. Lagi sibuk gak?"

"Enggak kok. Emangnya kenapa?"

"Bisa kesini gak? Ana lagi gak enak badan."

"Okedeh ana berangkat kesana sekarang."

"Makasih ya Has. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Luthfy menghela napasnya pelan, Dia kembali menaruh ponselnya dinakas. Saat akan memejamkan matanya, pintu kamar terbuka. Rupanya Tiara sudah selesai membuatkannya teh panas.

"Mas, ini diminum dulu ya."

Tiara membantu Luthfy agar duduk dengan pelan-pelan. Lalu meminumkan teh yang sedikit hangat itu pada Luthfy, setelah selesai dia menyimpan gelasnya di nakas.

"Mas kita ke dokter aja ya? Ara khawatir."

Luthfy menggeleng. "Gak usah sayang, nanti Hasby kesini."

Tiara mengangguk mengerti.

"Yaudah, sekarang mas istirahat aja dulu ya? Ara mau bikin sarapan."

Luthfy menggeleng lemah. Dia menggenggam tangan Tiara dan membawanya tepat di dadanya untuk dia peluk.

"Gak boleh. Pokoknya kamu harus temenin mas disini."

"Yaudah Ara temenin. Mas tidur ya?"

Tiara mencoba mengalah. Dia memperbaiki duduknya agar nyaman, sebelah tangannya yang tidak digenggam Luthfy ia gunakan untuk mengelus kepala Luthfy. Luthfy terlihat menyedihkan sekarang, namun tak urung membuat ketampanannya berkurang.

Meraih Surga Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang