𝕭𝖆𝖇 14

6.9K 2K 94
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, Ree tidak merencanakan untuk memprovokasi Rangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, Ree tidak merencanakan untuk memprovokasi Rangga. Tapi ia mendapatkan dirinya tidak bisa berhenti mengeluarkan pernyataan tadi.

Ia memaksudkan semua perkataannya.

Kendati demikian, hasil provokasi itu tidak buruk pula. Karena distraksi itu, ia sempat dapat menarik bayangan semua orang di ruangan itu. Bahkan bayangan Kai. Tanpa adegan tadi, bisa saja Kai menyadari kembali. Meski sampai sekarang ia masih tidak tahu apakah Kai benar-benar dapat merasakan bayangan Ree atau tidak.

Ree dapat membaca bayangan teman satu kru Kai pula, namanya Danver. Dan ternyata kru Penyihir Putih mendapatkan bocoran mengenai permainan selanjutnya. Namun ketika Ree mencoba membaca bayangan Kai...

Ree sudah lupa kapan terakhir kali ia merasakan ketakutan.

Sudah lama sekali.

Sekalipun kali ini, Ree tidak sampai bergemetar.

Kai... bukanlah seorang manusia biasa. Ia adalah makhluk kuno. Bayangannya memberitahukan Ree bahwa Kai sudah berkelana di dunia selama ratusan tahun lamanya. Yang berarti, Kai adalah seorang Manusia Abadi. Manusia yang memiliki umur yang sangat panjang.

Dan selama ini Ree pikir Manusia Abadi adalah mitos belaka.

Nanti, ia harus memberitahukan ini kepada kru Rangga. Nanti.

Ketika ia keluar dari ruangan latihan, Ia sebenarnya tidak punya tujuan lain. Ree hanya mengikuti kemanapun kakinya membawanya. Dan nyatanya batu itu membawa Ree ke lantai perpustakaan.

Barisan-barisan lemari buku berjajar mengisi penjuru ruangan. Diselingi oleh meja-meja kayu yang panjang. Perpustakaan itu terdiri dari dua lantai, dua tangga yang setengah melingkar berdiri kokoh di kedua sisi ruangan. Sebuah kandelir raksasa bertengger di tengah langit-langit, lampu kristal itu hampir menyentuh lantai tingkat dua, bila saja bagian tengah tingkat dua tidak bolong. Seorang pria tua yang ringkih dan bungkuk terlihat sedang mensortir buku di lantai dua.

"Sudah lama perpustakaan ini tidak dikunjungi," kata pria itu, "Apalagi oleh seorang kontraktor yang tidak biasa."

Lagi-lagi sebutan itu, 'tidak biasa.' 

Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang