𝕭𝖆𝖇 53

6.1K 1.8K 84
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andreas bergemetar melihat tiga bola api itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andreas bergemetar melihat tiga bola api itu. Semakin lama pijarannya semakin mendekat. Ia melihat para penonton di koloseum sangat ketakutan. Mereka mulai berdoa, mulai menangis, bahkan ada yang mengompol.

Bocah itu kemudian melirik Rosea. 

Rosea seharusnya menjadi pahlawan di cerita ini, bukan? Semua pembunuhan dan pekerjaan kotor yang telah mereka lakukan... pada akhirnya akan menyelamatkan dunia, bukan?

Sementara pikirannya mulai berspiral, menumbuhkan keraguan yang menggerogoti dirinya.

Andreas melihat Rosea memukuli, menjambak, dan memperdalam luka Ree di hadapannya. Gadis yang seharusnya menjadi Putri Pertama telah menjadi seperti... binatang buas. Gaunnya terkoyak-koyak, cipratan darah melukis wajah dan lengannya. Ia tidak bertingkah seperti putri kerajaan sama sekali.

Kemudian apa yang Rangga katakan... untuk pertama kalinya Andreas mempertanyakan, Apakah mungkin selama ini Ree benar?

Ia tidak bisa melepas pandangannya pada tiga bola pijar itu. Hawa panas mulai terasa di wajahnya meski bulu kuduknya tetap berdiri.

"Pu– putri... apa yang akan kita lakukan?"

"Sudah kubilang, aku akan menjadi Putri Pertama," kata Rosea sambal terengah-engah, "Itulah yang diramalkan."

Rosea kemudian berdiri dan berjalan gontai menuju Andreas. Putri itu sempat hampir terjatuh namun Andreas menangkapnya. Dengan bantuan Andreas, Rosea kembali berdiri. 

Lalu dengan cepat Rosea menusuk Andreas dari belakang.

Bocah itu awalnya tidak dapat memproses apa yang terjadi. Tetapi tak lama ia merasakan rasa sakit yang sangat dasyat dari dadanya. Tenggorokkannya seakan tercekik dan ia memuntahkan darah ke atas pasir arena.

"Meski tidak perlu berurutan," bisik Rosea, "Seharusnya aku mendapatkan kontrak pertama dulu dari membunuh Raja dan Ratu Judistia. Tapi kakakmu itu tidak mau mengatakan nama Sang Bunda, dan kita sudah kehabisan waktu."

Andreas merasakan kedua kakinya melemas. Pandangannya menjadi berputar seketika tubuhnya mulai jatuh.

Dalam situasi yang menegangkan, terkadang otak punya kemampuan untuk membuat semuanya masuk akal. Sebuah ingatan atau sebuah pemahaman mengenai apa yang terjadi. Untuk Andreas, hal itu adalah sebuah kalimat dalam ramalan.

Satu murni, semua magis dapat kau bentuk

Ia akhirnya sadar. 

Ia tidak pernah ditakdirkan untuk menjadi pahlawan. Ia adalah korban yang diperlukan. Ia adalah Pemagis Murni untuk memenuhi kontrak kedua Putri Pertama. Dan Wiseman... Ia adalah dewa kuno, seorang yang sakral untuk kontrak terakhir Putri Pertama.

Satu sakral, panggillah Ia

Rosea tidak pernah berniat menyelamatkan dunia. Ia bahkan yang membuat dunia dalam marabahaya. Dalam pretensi untuk menyelamatkan dunia, Rosea menjatuhkan satu kontinen dalam ancaman lautan api. 

Inikah pahlawan yang diramalkan?

Rangga benar, Kairav benar.

Ree selama ini benar.

Rosea tidak mungkin adalah pahlawan yang diramalkan itu. Ia justru adalah kegelapan yang menyelimuti setiap celah koloseum. Ia bekerja sama dengan Nareen, ia tidak peduli bila harus mengorbankan nyawa, ia... memperalat Andreas.

Andreas tertawa ketir dalam hatinya. 

Dirinya terlalu terbutakan oleh embel 'Penyelamat Dunia.' Pemuda itu ingin menjadi pahlawan. Menjadi seseorang yang hebat. Ia pikir, kekuatan yang diberikan padanya adalah tanda para dewa memilihnya untuk suatu hal besar. 

Ia pikir, setelah menghadapi kemalangan... Mulai dari kehilangan keluarganya hingga menghadapi penjara Nareen, ia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan pada dunia. Bahwa dia bukanlah bocah lugu yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bahwa ia dapat diandalkan oleh satu dunia.

Ia terbutakan oleh hasrat untuk mendapatkan pengakuan itu. Hingga ia lupa orang yang selama ini selalu menyelamatkannya. Selalu menerima Andreas apa-adanya. Tanpa titel Pemagis Murni ataupun Penyelamat Dunia, Ree telah menyayangi Andreas dengan tulus. Kakaknya itu bahkan mengejar Andreas hingga Turnamen Mentari untuk memastikan keselamatannya.

Penyesalan selalu datang di akhir, bukan? Hati Andreas rasanya lebih tercabik dari dalam dan bukannya dari pisau yang tertancap di punggung. Ia mengingat ketika Ree mengunjungi kamarnya dan memeluknya.

"Aku di sini," kata Ree lembut. 

Sebuah bulir air mata berguling turun dari mata Andreas.

Ia selalu ada untukku... Tapi aku tidak pernah ada untuknya...

Dengan jelas Andreas mendengar teriakan kakaknya. 



ᴋᴀᴍɪ ᴍᴇᴍᴜᴛᴀʀ ʙᴏʟᴀ ᴍᴀᴛᴀ ꜱᴇʟᴀᴍᴀ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ɪɴɪ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴋᴀᴍɪ ᴍᴇᴍᴜᴛᴀʀ ʙᴏʟᴀ ᴍᴀᴛᴀ ꜱᴇʟᴀᴍᴀ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ɪɴɪ. 

 ᴋᴇɴᴀᴘᴀ ꜱɪʜ ᴀᴜᴛʜᴏʀ ʜᴀʀᴜꜱ ᴍᴇɴʏᴀᴊɪᴋᴀɴ ꜱᴇɢɪ ᴘᴀɴᴅᴀɴɢ ᴘᴇɴɢᴋʜɪᴀɴᴀᴛ ɪᴛᴜ? 

 ᴄᴋᴄᴋᴄᴋᴄᴋ 


 ꜱᴀʟᴀᴍ, 

 ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴋᴇꜱᴀʟ.


The little girl represents life and the wolf represents death. The little girl smiled. 'Do you know why people like me and not you?''Because you are a beautiful lie and I'm the painfull truth.' Replied the wolf.The little girl grew silent.

–Random comment from youtube.


(Author) Haii 3 bab lagi nih seri ini selesai 

Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang