Ree menemukan satu kru sedang duduk di ruang tengah. Rangga, di kursi besarnya, Danum dan Bima di kursi meja makan, dan Lex di kursi yang paling besar.
Mereka telah menunggunya.
"Yak, aku butuh minuman lebih," kata Danum akhirnya memecahkan keheningan. Ia beranjak ke dapur dan mengambil satu botol anggur merah beserta satu gelas.
Ketika Danum menyerahkan gelas itu pada Ree, Rangga bertanya, "Dari mana kau?"
"Perpustakaan."
Lex menatap Ree tajam. "Jadi selama ini... Kau adalah Sang Karma yang legendaris itu.."
Ree mengangguk lemah.
"Jadi kau mendapatkan kekuatan dari Naga Hitam hanya dengan menatap matanya?" Tanya Rangga.
Ree memaksa dirinya untuk mengangguk lagi. "Itu adalah bayarannya. Hadapi ketakutan dan kau akan mendapatkan kekuatan."
Sedikit kebohongan, pikir Ree. Karena Ree tidak hanya menatap Naga Hitam saat itu. Ia menatapnya dan mengambil kekuatannya menggunakan magis. Magis yang sama yang ia telah gunakan pada Tia untuk mendapatkan kekuatan penyembuh.
"Tidak mengubah fakta bahwa kau mengorbankan nyawa untuk kontrak pertamamu." Tanya Lex dengan nada rendah, "Apakah itu tetap benar?"
"Itu masih benar," kata Ree dengan lelah. "Setidaknya segala paradigma kalian tentang Sang Karma sudah terhapuskan."
"Aku kira dia adalah pria," renung Bima.
"Itu adalah pemikiran patriarki, Bim. Kau sangat kuno," seru Danum di sela minumannya.
"Bagaimana kau tahu kau akan berhasil.. melawan Naga Hitam?" Tanya Rangga kembali.
"Aku tidak tahu." Ree meneguk anggurnya sebelum berkata kembali. "Tapi saat itu... aku rela mencoba apapun."
Untuk sesaat hanya keheningan yang menemani mereka.
"Aku turut berduka cita..." Kata Bima pelan, "Mengenai teman-temanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turnamen Mentari | Seri 1 | END
FantasíaDi dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa kontrak sudah diramalkan. Karena kemampuannya sebagai Pemagis Murni, adik Ree diculik dan dipaksa m...