𝕭𝖆𝖇 22

6K 1.9K 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuatu menarik lengan Rangga, tapi bagaimana mungkin? Tubuhnya terlentang di lantai gua, bagaimana mungkin ada yang dapat menariknya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuatu menarik lengan Rangga, tapi bagaimana mungkin? Tubuhnya terlentang di lantai gua, bagaimana mungkin ada yang dapat menariknya?

Rangga dapat merasakan sesuatu yang ringan mengelilingi tubuhnya dan membawa tubuhnya semakin dalam menuju kegelapan di bawah lantai berbatu. Rangga hendak berteriak, namun Ree membungkam mulutnya dengan tangan. Sementara tubuh mereka terus menerus tersedot oleh lantai bebatuan. 

Hingga tidak ada bagian tubuh yang tersisa, hanya bayangan yang terlalu gelap di tempat itu dan ruang kosong di balik tanah liat yang sudah mengeras.

Butuh beberapa detik untuk Rangga akhirnya menyadari bahwa ia tidak dapat melihat apapun. Dan ketika Ree menarik Rangga, ia merasa pusing. Penglihatannya menjadi buram dan abu-abu, bahkan ketika ia tahu mereka sudah keluar dari dalam tanah liat itu. Dunia terasa terombang-ambing dan banyak sekali suara berkecamuk.

Ia ingin muntah rasanya.

Namun tak lama kemudian, penglihatannya menajam dan perasaan terombang-ambing itu menghilang. Ia dapat melihat tubuhnya kembali.

Mereka sekarang berada di gua lain. Goa di atas bukaan tempat mereka berada tadi. Goa yang ditatap oleh perempuan bernama Kinara itu.

Ketika Rangga mendongakkan kepalanya, ia melihat perempuan itu –yang ia kira sudah menjadi debu, berdiri di hadapannya. Dan di samping perempuan itu... seekor naga sedang memerhatikan Rangga dengan mata ularnya. Dari mulut naga itu, kepulan asap keluar membawa hawa panas.

Rangga berada di goa naga yang terletak di bawah arena turnamen. Tetapi saat itu, semua orang mungkin saja akan menanyakan hal ini pada dirinya sendiri, apakah ini dunia akhirat?

"Kita tetap butuh untuk melumpuhkan Rema. Bila tidak dia dapat membaca rencana kita," bisik Kinara.

"Serahkan padaku," kata Ree. Kemudian kedua perempuan itu melihat ke belakang pundak kiri Rangga. Ketika Rangga menoleh ia melihat temannya, Bima, mengangguk kepada kedua perempuan itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang