𝕭𝖆𝖇 17

6.3K 1.9K 73
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lex menarik Rangga dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lex menarik Rangga dengan kasar. Ya, sedikit lebih kasar dari yang Rangga pikir normal. Dan itu membuat Rangga berpikir bahwa dugaannya selama ini benar. Lex masih marah padanya.

Mereka awalnya menuju arah yang sama dengan Ree dan Bima –Ree memberitahukan kapan harus belok, atau ada halangan apa di depan mereka. Namun setelah pertigaan ketiga, Rangga berkata sebaiknya mereka berpisah di situ. 

Alhasil Ree dan Bima mengambil lorong paling kanan, Danum mengambil lorong tengah, sementara Rangga dan Lex mengambil lorong paling kiri. Sialnya, lorong yang mereka pilih ternyata penuh dengan stalagtit dan stalagmit.

Rangga dapat merasakan pegangan Lex semakin lama semakin mengencan–

BRUKK

Benturan dengan dinding batu gua membuat Rangga terhuyung ke belakang. Ini adalah keempat kalinya ia terbentur entah stalagtit atau stalagmit. Dan Rangga tahu Lex sengaja membiarkan dirinya terbentur. Karena kesal, Rangga menghentakkan lengannya yang dipegang Lex.

"Bajingan!" Sahutnya, "Aku tahu kau masih marah padaku. Tapi bukan begini caranya!"

"Shhh, Ga," timpal Lex dengan tenang, "Kau bisa saja memberitahukan Kubu Timur akan keberadaan kita."

"Perseta–"

"Kau ingin misi ini berhasil atau tidak?" Tanya Lex tajam.

"Aku seharusnya yang menanyakan hal itu padamu, Lex," geram Rangga, "Kau terus menerus membuat semua hal menjadi personal."

"Dan kau tidak?"

"Ak–"

"Akuilah, Ga, kau sebenarnya senang dapat bertemu dengan Rosea kembali. Sekalipun korupsi keluarga Janya, Rosea adalah teman masa kecilmu. Dan Ree– cih," Lex mendesah kesal.

"Kenapa dengan Ree?"

"Kau sudah tersihir oleh karismanya. Apakah Rangga Si Berengsek dengan isu kepercayaan sudah merasa kesepian hingga satu wanita dengan wajah cantik dapat mempengaruhimu begitu cep–"

Belum sempat Lex menyelesaikan pernyataannya, Rangga sudah melayangkan tinju apinya menuju muka Lex. Api itu menyala dengan sangat cepat dan membuat sekeliling mereka menjadi terang.

Dengan lihai, Lex memundurkan tubuhnya kemudian menangkap tangan kanan Rangga dengan kedua tangannya. Ia memadamkan api Rangga dengan memunculkan tanah yang kemudian membungkus tangan Rangga. Gua yang tadinya terang dengan cepat redup kembali menjadi gelap.

Namun dalam sepersekian detik cahaya itu masih menyala, kedua pria itu dapat melihat ekspresi satu sama lain.

"Coba kalau saja kau tidak selalu melampiaskan amarahmu dengan kekerasan, mungkin Ree akan melirikmu juga," kata Lex lirih.

Dengan menggerutu, ia berusaha memanggil api di sekitar tinjunya, membalut tanah itu bersinar dari dalam. Namun semakin panas api yang dimunculkan Rangga, justru semakin keras tanah itu menjadi.

Tanah liat.

"Apa yang kau inginkan dariku Lex?"

"Aku ingin kau fokus, Ga! Jangan terbuai oleh Rosea dan jangan terbuai oleh Ree. Dia adalah pembunuh terlatih dan tipe kontraktor yang kita sepakat untuk singkirkan dari Judistia. Sesuatu tentang masa lalunya juga mencurigakan."

Amarah Rangga seakan mereda dari kalimat itu.

"Aku tahu kau mengkhawatirkanku, Lex."

"Bajingan, aku tidak khawatir akan kehidupan romansamu," Lex memecah tanah liat yang membungkus tangan Rangga. 

"Aku khawatir akan kelangsungan masa depan Judistia," bisik Lex, "Kita butuh dirimu untuk fokus, Ga. Kita –Bima, Danum, aku, dan semua orang di pemberontakan sudah mengerahkan segalanya untuk ini. Untuk melihat dirimu di takhta itu. Untuk memperbaiki Judistia."

Rangga meraba dalam kegelapan menggunakan tangannya yang bebas hingga mencapai lengan Lex. 

Dengan lembut Ia berkata, "Aku tahu. Lebih dari siapapun aku tahu pengorbanan kalian semua."

"Ini tidak akan sia-sia. Dalam waktu dua bulan, kita akan meruntuhkan dinding Ibukota Judistia dan memulai perbaikan negeri kita." Lanjut Rangga, "Tidak ada yang lebih penting dari itu. Aku berjanji."

Lex membalas Rangga dengan menepuk lengan kanan sahabatnya itu. Tanpa berbicara, Lex mulai menarik Rangga kembali hingga mencapai tempat persembunyian yang sesuai setelah membebaskan tangannya.

Ia tidak ragu akan kecintaan Rangga terhadap Judistia. Tapi entah mengapa janji Rangga tadi tidak menghapuskan keraguannya.

Tanpa mereka sadari, seseorang mendengarkan percakapan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa mereka sadari, seseorang mendengarkan percakapan mereka. Seseorang dengan kemampuan untuk berpindah tempat ketika cahaya api Rangga hampir memberitahukan mereka akan keberadannya. Seseorang dari kru dengan sponsor yang kuat, sehingga setiap anggota dibekali lensa yang membuat mereka dapat melihat dalam kegelapan.

"Pangeran Pemberontak adalah milikku," bisik seseorang itu dalam kegelapan.

'Ultar, jangan gegabah. Jalankan misi sesuai yang kita rencanakan.' Sahut orang lain dalam saluran pikiran mereka.

'Raja menginginkan Pangeran Pemberontak untuk mati di tangan sahabatnya.' 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ᴋᴀᴜ ʜᴀʀᴜꜱ ᴛᴀʜᴜ, ᴋᴀᴍɪ ꜱᴀɴɢᴀᴛ ᴍᴇɴᴀɴᴛɪᴋᴀɴ ᴀᴋꜱɪ ʏᴀɴɢ ᴀᴋᴀɴ ᴛᴇʀᴊᴀᴅɪ ʙᴇʀɪᴋᴜᴛɴʏᴀ

ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ʙɪᴀꜱᴀ, ᴍᴏʜᴏɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ᴠᴏᴛᴇ, ᴅᴀɴ ꜰᴇᴇᴅʙᴀᴄᴋɴʏᴀ. ʙᴜᴋᴀɴ ᴀᴘᴀ-ᴀᴘᴀ, ʜᴀʟ ɪɴɪ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴀᴍɪ ꜱᴇɴᴀɴɢ ꜱᴀᴊᴀ.


ꜱᴀʟᴀᴍ,

ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ʙᴀʟɪᴋ ᴀᴄ-ᴍᴜ.

Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang