Setelah memastikan anggota krunya sudah tertidur, Ree meleburkan diri dalam bayangan. Ia harus mengunjungi adiknya. Memastikan bocah itu tidak apa-apa.
Saat itu jam menunjukkan sudah subuh. Dalam kediaman Pandawa, Ree berhati-hati untuk tidak bergerak dalam ruangan yang bercahaya. Meski tampaknya semua ruangan sudah termatikan lampunya. Kecuali kamar Andreas.
Ree memasuki kamar yang familiar itu. Ia dapat melihat bocah itu terduduk di kasurnya. Matanya sayu dan berair.
Andreas langsung dapat mengetahui keberadaan Ree ketika gadis itu memunculkan dirinya. Bocah itu tidak terkejut.
"Aku tidak ingin berbicara denganmu," kata bocah itu, "Pergilah."
Ree tidak mengindahkan permintaan Andreas. Ia justru mendekat, kedua tangannya menggapai kepala Andreas kemudian menyandarkan kepala bocah itu pada dadanya. Ree tidak memiliki kata-kata apapun untuk meredakan perasaan Andreas.
Ia teringat pertama kali ia membunuh orang adalah lima tahun yang lalu. Seorang prajurit Nareen hendak menebasnya dengan pedang, maka Ree menusuknya terlebih dahulu. Hari itu mereka melawan puluhan pasukan Nareen sedangkan mereka hanya berlima. Setelah Ree membunuh orang pertamanya, ia tidak memiliki waktu untuk merasa menyesal. Bila ia ragu sedikitpun, nyawa teman-temannya menjadi taruhannya.
Tetapi di akhir hari itu, ketika mereka kembali ke gubuk... Ree hanya terdiam. Ia tidak nafsu makan, pun tidak bisa tidur. Wajah-wajah orang yang dibunuhnya kian menghantuiya.
Ia ingat, malam itu Xi mendatangi kamarnya. Pemuda itu memeluknya, Xi hanya merangkulnya sepanjang malam. Hingga Ree akhirnya tertidur, merasakan kehangatan Xi. Ree masih ingat aroma pemuda itu. Musk dan vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turnamen Mentari | Seri 1 | END
FantasiaDi dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa kontrak sudah diramalkan. Karena kemampuannya sebagai Pemagis Murni, adik Ree diculik dan dipaksa m...