Bagian 9: Malik dan Usahanya

1.7K 219 29
                                    

Dengan wajah kuyu karena masih jet lag, Malik memaksakan diri kembali ke kantor. Padahal ia baru sampai tanah air semalam. Lalu tidur dan berangkat pagi buta.

Untungnya sang adik rela mengantarkan Malik berangkat ke kantor sebelum jalanan ramai dan macet.

"Lo kemana nih, Mas? Hampir seminggu ngilang. Di telpon nggak bisa." Dumal Maula.

Sambil duduk bersandar Malik menatap sang adik yang sedikit mirip dengannya. Bedanya, Maula punya wajah smiley yang terlihat sangat ramah.

"London."

"Hah? London? London di Inggris?" Tanya Maula.

"Iya."

"Hah?"

Mobil range rover hitam itu berhenti mendadak. Selain karena sang sopir yang kaget, juga lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah dengan cepat.

"Biasa aja kenapa?"

"Bukan gitu... maksudnya selama lima hari kemarin, lo ke London? Ngapain?"

"Mencari kepastian."

"Kepastian apa lagi?" Maula sampai menepuk keningnya. Heran, tumben sekali mendapati sang kakak yang bersikap absurd seperti ini.

"Ul." Panggil Malik. "Lo nggak naksir Kejora kan?"

"Random banget pertanyaan lo, Mas. Ya enggaklah. Gue belum ngurusin masalah cewek. Kuliah aja pusing seribu keliling." Sanggah pemuda dua puluh satu tahun itu.

"Bener ya... awas lo sampe suka Kejora." Ancam Malik.

"Emang kenapa? Lo naksir Kejora?" Mata kecil Maula terbelalak.

"Bukan. Gue naksir kakaknya."

"Hah?"

Lama-lama Malik kesal juga mendengar hah-heh-hah-heh keluar dari mulut si bungsu.

"Kak Pelita? Lo naksir Kak Pelita?"

"Iya. Makanya ke London. Nemuin dia. Minta kepastian."

"Terus? Sekarang udah pasti apa belom?"

"Pasti."

"Pastinya gimana nih? Di terima apa di tolak?"

"Di gantungin."

Bibir Maula terkatup. Sekilas ia melirik sang kakak yang nampak sangat lelah.

"Lo mau kerja dengan muka begitu, Mas? Mending istirahat aja deh." Pemuda itu khawatir juga dengan kondisi Malik.

"Nggak. Gue bisa. Udah empat hari nggak masuk kantor, nggak enak banget sama yang lain." Putus lelaki itu.

Maula akhirnya hanya mengedikkan bahu. Sudah tahu bagaimana watak sang kakak. Kalau bilang bisa, pasti akan diusahakannya hingga benar-benar bisa. Segigih itu memang seorang Malik.


Tiba di kantor, Malik langsung duduk bersandar di kursinya. Beberapa pegawai yang sudah datang menjadikannya pusat perhatian.

"Kemana aja lo? Empat hari nggak ada kabar?" Tanya Frans teman satu divisinya.

"Ada urusan." Jawab lelaki itu.

"Tau nggak, lo di cari sama Bunga. Itu tuh... sekretaris Pak Dirga yang cakep itu loh."

"Terus?"

"Ya gue cuma kasih tau aja. Doi bolak-balik ngintipin kubikel lo. Enak ya, di taksir cewek cantik seksi aduhai." Ucap Frans. Ia kemudian menggeser kursi beroda miliknya kembali ke tempat semula.

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang