Bagian 12: Cinta Pakai Logika

1.6K 221 16
                                    


Serius. Gue udah ngomong ke Mami. Katanya dalam waktu dekat mau ngomong ke Ibu Zi sama Bapak Ghani.

Balasan pesan yang baru saja Pelita terima membuat dirinya terbelalak dan tersedak kopi yang sedang ia minum.

"Uhuk! Uhuk!"

Dada dan tenggorokan gadis itu terasa terbakar. Mungkin karena kopi yang juga masih panas.

Hari sudah sore. Menjelang malam bahkan. Gadis itu berjalan perlahan sambil terus membaca pesan dari Malik. Mencernanya. Satu tangan Pelita memegang gelas kertas berisi kopi yang baru ia beli di toko roti dekat flat.

"Udah gila emang si Malik." Cibirnya. "Kayaknya kena hasut si Syabil."

Bukan sekedar menuduh. Beberapa waktu lalu, Syabil -sahabatnya juga, menyinggung masalah ini.

Ingatan gadis itu pun melayang ke pekan lalu. Lelaki itu menghubunginya ketika masih jam kerja.

"Lo pasti jago jemur baju ya?" Tanya Syabil tiba-tiba di tengah percakapan.

"Hah?"

"Kayaknya sih iya."

"Kok gitu?"

"Soalnya lo jago gantung perasaan sohib gue." Merujuk pada rasa yang Malik punya.

"Apaan sih!" Pelita terdengar tidak suka.

"Habis... bule udah jauh-jauh dateng sampai dapet SP tau nggak? Gara-gara di bolos nggak ada keterangan. Lo tau sendiri, dia kerja jadi pegawai biasa... nggak ada embel-embel nama bokapnya." Kali ini lelaki itu terdengar seperti mendumal.

"Ya salahnya sendiri, bolos. Padahal ada kesempatan buat cuti."

"Soalnya doi kangen. Kenapa sih, lo alot banget?"

"Alot gimana? Lo pikir gue daging empal?"

Syabil terdengar sedang terkekeh. Kemudian menghela napas.

"Jangam bikin usaha gue buat mundur jadi sia-sia dong... satu-satunya orang yang gue relain milikin lo tuh cuma Malik. Gimana kalau kalian nikah aja deh... biar nggak ribet-ribet." Ungakapn hati seorang Syabil.

"Apa sih lo. Nggak jelas banget ngomongnya."

Dan gadis itu sadar, Syabil yang memang kompor pasti menjadi penyumbang ide. Memantik kenekatan seorang Malik.

Sampai di flat, Pelita mendapati ruang tengah yang penuh dengan kardus. Sebagian sudah terisi barang-barang. Seperti seseorang akan pindahan.

"Grace?" Ucapnya. Masih berdiri di ambang pintu.

"Hai, Pelita." Gadis dengan wajah Asia itu memamerkan cengiran. "Aku sudah putuskan untuk pindah ke New York. Mengikuti Connor."

"Kamu pindah?" Mata Pelita terbelalak. "Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Sebenarnya sudah lama aku berencana ikut Connor. Bahkan minggu lalu ingin memberitahukan padamu. Tapi kamu sangat sibuk dan selalu pulang larut." Cerita Grace dengan ekspresi penuh sesal.

Pelita masuk lebih dalam. Ia duduk di sofa, bersebelahan dengan Grace yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam kardus.

"Nyonya Jules sudah memasang iklan untuk mendapatkan orang baru. Supaya kamu tidak sendiri di sini. Kecuali kalau kamu mau bayar sewa secara penuh."

Nyonya Jules adalah induk semang mereka. Pemilik gedung flat empat lantai ini. Wanita itu menempati flat di lantai bawah.

"Bukannya kamu masih ingin mengejar karir? Bagaimana dengan pekerjaanmu di sini?" Cecar Pelita.

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang