Kepulangan Pelita memang membuat semua orang bersuka cita. Terutama Malik. Lelaki itu bisa 24/7 bersama terus dengan wanitanya. Cintanya. Dunianya.Tapi hal ini juga menimbulkan satu kericuhan baru antara ibu dan mami.
Hari ini setelah dua hari Pelita pulang, ia dan Malik duduk di sofa ruang tamu. Berdampingan satu sama lain. Sementara ibu dan mami duduk di sofa tunggal yang saling berhadapan. Meja ruang tamu memisahkan jarak keduanya.
"Sudah dua hari mereka tinggal di sini. Gantian dong ketempat aku. Kamu jangan serakah gitu, Zi. Anak-anak kamu yang lain kan selalu tinggal di rumah." Dumal mami pada ibu.
Ibu berdecih, "terus lu pikir anak gue yang tiga tahun ini di mana? Bolak-balik rumah - kantor London?" Balas ibu dengan sengit.
Ibu Zi memang terkenal sangar. Galak dan tidak takut apa pun. Bahasa sekarang itu disebut bar-bar.
"Loh... sekarang Pelita juga anakku. Malik sudah nikahi dia, otomatis jadi anakku." Mami melawan.
"Dir, lu pikir gue susah payah ngelahirin Pelita terus karena nikah jadi bukan anak gue gitu?" Ibu tambah nyolot. Bahkan menunjuk-nunjuk wajah Pelita dan Malik.
Dua pasangan muda itu hanya menoleh kiri-kanan. Menyimak dua ibu yang seperti sedang memperebutkan hak asuh anak.
Dalam hati Malik menyesal. Seharusnya saat memutuskan menikah, ia juga perlu siap tempat tinggal terpisah dari para orang tua.
Akibatnya sekarang terpampang nyata.
Ruang tamu rumah keluarga Pelita kini dilingkupi atmosfir mencekam. Aura menyeramkan menguar dari tubuh ibu dan mami.
Jika diperkirakan, ibu akan menang dalam duel pergulatan fisik. Tapi mami akan unggul ketika adu argumen.
"Yaelah nih ibu-ibu ribut amat. Itu anak menantunya puyeng loh." Celetuk Bintang yang tengah bersiap berangkat menuju kampus. "Jora! Buruan! Telat nih!" Teriak pemuda itu ke arah tangga.
Tidak lama, sosok gadis jelita yang sedikit mirip Pelita muncul.
"Udah sih... biarin Mas Malik sama Kak Pelita tinggal sendiri aja. Ribet banget tiap malem dengerin omelan-omelan Kak Pelita ke Mas Malik. Tembok kamarnya nggak soundproof." Timpal Kejora. Ia duduk di undakan tangga terbawah sambil memakai sepatunya.
"Lama lo!" Satu kaki Kejora ditarik Bintang. Pemuda itu memasangkan kaos kaki pada kembarannya.
"Berangkat ya," Bintang dan Kejora mencium tangan semua orang di ruang tamu. Lalu pamit pergi.
Keadaan kembali hening. Kini dua ibu itu menatap anak masing-masing.
"Kalian maunya gimana?" Tanya ibu akhirnya.
"Kita..." Pelita menyikut bahu Malik.
"Kita mau cari tempat sendiri aja, Bu, Mi." Ucap lelaki itu dengan mantap dan tegas.
"Udah dapat tempatnya?" Tanya mami.
Dua insan itu menggeleng lemah.
"Malik cari hari ini." Lelaki itu langsung menyambar.
"Dengan kaki kamu yang begitu?" Ibu terdengar sangsi.
"Emang kenapa sama kaki Malik? Kamu pikir dia nggak punya koneksi? Kalau cuma cari rumah aja, gampang." Jelas mami dengan jumawa.
Ya... crazy rich seperti keluarga mami pasti bisa mendapatkan apa saja dengan gampang.
"Nggak mau, Mi. Malik sama Pelita mau usaha sendiri. Cari sendiri." Putus lelaki itu. Ia berdiri. Pelita segera menyusul dan membantu Malik berjalan menuju kamar di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JETLAG (Complete)
Fanfiction[Sequel Pelita] Siangku Malammu Malamku Siangmu Bahkan setelah perpisahan hari itu. Dekap hangat waktu itu. Belum memperjelas situasi mereka. Tiga tahun pun berlalu tanpa ada kata tentang 'kamu dan aku menjadi kita'. Waktu dan jarak. Apakah dua fak...