Hari masih sangat pagi ketika Pelita dan Malik keluar dari area flat. Mereka rencananya akan liburan --well bahasa Pelita begitu.Dalam versi Malik, ini adalah bulan madu.
Tidak salah juga. Memang mereka pasangan pengantin baru kan?
"Kamu emang udah pernah kesana?" Tanya Malik yang sudah membuang sapaan elo-gue.
"Pernah." Jawab Pelita.
Keduanya berjalan beriringan dengan sedikit jarak. Sadar akan hal itu, Malik merapat. Tangannya meraih jemari Pelita dan menautkannya erat. Wanita dua puluh lima tahun itu tidak menolak, tapi juga tidak menggenggam balik jemari Malik.
Setelah diskusi panjang, Pelita akhirnya mengajak Malik ke kawasan Cotswolds. Sebuah rangkaian perbukitan di bagian tengah-selatan Inggris. Terbentang melewati beberapa wilayah, termasuk Oxfordshire. Tapi mereka tidak ke Oxford.
Pelita bilang, akan lebih bagus menjadikan Cirencester Town sebagai base camp. Dari sana, mereka bisa ke penjuru Cotswolds dengan lebih leluasa karena lokasinya berada di tengah-tengah.
Menuju kesana Pelita lagi-lagi menyarankan untuk naik kerera api, lalu naik taksi menuju pusat kota.
Tapi...
Keputusan itu harus berjalan alot. Semalaman Malik dan Pelita berdebat. Pelita mau menggunakan kereta, sementara Malik ingin menyewa mobil saja.
"Gimana?" Tanya lelaki tampan yang statusnya sudah berubah dari sahabat menjadi suami seorang Pelita.
Mereka berdiri di persimpangan jalan. Jika belok kanan, menuju stasiun. Ke arah kiri, ada tempat persewaan mobil.
"Gini aja. Kita suit." Pelita menatap mata Malik dengan tatapan tajamnya. Kilat api kemenangan membara dalam sorotnya.
Wanita itu memang cukup ambisius dan tidak mau kalah. Sangat kompetitif.
"Oke." Walau ragu dan yakin akan kalah, Malik akhirnya bersiap.
"Batu gunting kertas!" Seru Pelita.
Jemari Malik terkepal, sementara jemari Pelita memperlihatkan kelima jari kanannya. Batu vs kertas.
Wanita itu tersenyum jumawa. Puas. Bangga dengan pencapaiannya.
Terpaksa Malik pasrah dan membiarkan Pelita menarik tangannya.
Hei... setidaknya kali ini wanita itulah yang menautkan jemarinya pada jemari Malik agar tidak terlepas.
Dalam diam, Malik tersenyum kecil.
.
.
.Menaiki kereta api di Inggris itu seru. Walau harganya lumayan, tapi fasilitasnya oke.
Berangkat di pagi hari membuat mereka mendapat pelayanan sarapan.
Hanya sandwich, tapi enak dan cukup mengenyangkan.
"Gue pesen tempat nginep nih. Kalau self Catering itu kayak sewa bungalow dan semacam pondok-pondok kayu." Jelas Pelita. Ia memperlihatkan layar ponsel pada Malik.
"Bed and Breakfast gimana?"
"Hmm... malah kayak sewa rumah a la kastil gitu. Ngapain? Emang kita pergi rombongan?"
"Ya udah, hotel." Telunjuk Malik menekan icon hotel.
"Sini, gue aja yang pilih." Wanita itu menarik ponselnya dan tidak membiarkan Malik memilih akomodasi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JETLAG (Complete)
Fanfiction[Sequel Pelita] Siangku Malammu Malamku Siangmu Bahkan setelah perpisahan hari itu. Dekap hangat waktu itu. Belum memperjelas situasi mereka. Tiga tahun pun berlalu tanpa ada kata tentang 'kamu dan aku menjadi kita'. Waktu dan jarak. Apakah dua fak...