Bonus: Syukuran Rumah

2.3K 236 12
                                    


Punya mantan yang diam-diam masih bucin, sangat menguntungkan Pelita. Walau harus menghadapi drama cemburu tidak penting Malik. Setidaknya masalah mereka tentang tempat tinggal dapat terselesaikan dengan baik. 

Hanya butuh waktu satu minggu hingga akhirnya mereka bisa pindah. Ke rumah baru yang sebelumnya milik tante Dani --mantan pacar Pelita. 

Seperti orang-orang, Malik juga ingin mengadakan acara syukuran. Kecil-kecilan saja. Sekalian memperlihatkan rumah yang ia beli pada sanak-saudara dan teman-teman dekat. Jadilah, dua pasangan muda ini mengadakan syukuran. 

Berbekal sumbangan menu katering sang paman, Pelita bisa bisa bernafas lega. Ia tidak perlu repot-repot mengurus konsumsi. Tinggak mengerahkan bala bantuan gratisan untuk mengatur segalanya. 

"Kuenya langsung di depan aja, Jora." Pelita memberi perintah pada sang adik perempuan. 

"Bintang, itu yang karpet biru dikebasin dulu. Banyak debunya." Titah wanita itu lagi.

"Maula, tolong angkatin air minum ke depan ya." Kali ini mintanya baik-baik dan manis pada sang adik ipar. 

"Banyu... Bara... Sofanya digotong ke teras depan. Bukan ditumpuk di halaman belakang!" Hardik Pelita dengan galak memerintah adik kembarnya. 

Perannya sebagai Nyonya rumah benar-benar sempurna. Sementara Malik, hanya bisa duduk berselonjor kaki di dalam kamar. Merasa tidak berguna karena kondisinya. Padahal ia sempat membayangkan ikut sibuk ini-itu mempersiapkan acara. Bukannya malah terima beres. 

"Kenapa sih? Paling enggak aku tuh bantu lipet tisu atau apalah." Protes lelaki itu saat Pelita masuk ke dalam kamar baru mereka. 

"Bukan gitu, masalahnya tisu dan lain-lain udah rapi dari sananya. Ya nggak mungkin kamu ngangkut sofa kan?" Wanita itu duduk di tepi ranjang. Memainkan rambut Malik yang mulai panjang dan menjuntai hingga menutupi alis tebalnya. 

"Tamu-tamunya kapan datang?" Tanya Malik lagi. Setidaknya ia ingin keluar untuk menyapa tamu.

Mata Pelita melirik jam di dinding, "sekarang."

Bersamaan dengan itu, suara salam terdengar. Itu kedua orang tua Pelita dan Malik. Sepertinya mereka datang bersama-sama. Menuruti permintaan Malik untuk meminimalisasi penggunaan mobil. Karena perumahan tempat mereka tinggal cukup sempit. Tidak ada lahan parkir luas untuk menampung mobil-mobil yang akan tiba. 

Bahkan keluarga Syabil menggunakan taksi online. Jadi tidak perlu pusing untuk parkir sana-sini. Termasuk keluarga crazy rich lain --Pakde dan bude Malik. Mereka juga memilih diantarkan sopir. 

Rumah yang tidak begitu luas itu kini menjadi penuh. Para undangan yang merupakan keluarga dekat memenuhi ruang tamu hingga ruang keluarga. Para anak muda berkumpul di dekat kolam ikan halaman belakang. Sementara bapak-ibu mengobrol santai sambil menyantap makanan. 

"Mario!" Panggil Pakde Adri. "Kamu kapan? Adikmu sudah nikah. Syukuran rumah juga. Bentar lagi pasti ngundang akikah." 

Para anak muda terbahak melihat ekspresi Mas Rio. Wajahnya yang putih memerah karena salah tingkah. Ia memang lebih tua dari Malik, tapi kalah dalam urusan percintaan. Miris.

"Paling bentar lagi Pakde juga mau mantu." Kali ini Syandana --kakak Syabil-- yang berceletuk. 

"Siapa? Anak pakde kan banyak? Kamu mau sama salah satunya?" Pakde Adri membalas.

"Itu, si Selina." Dana menunjuk gadis seumuran Banyu-Bara yang asik menikmati es buah bersama Kejora. 

"Gue?" Selina menunjuk dirinya sendiri. "Kok bisa? Sama siapa?" 

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang