Bagian 24: Pulang

2.1K 242 22
                                    


Pintu lift terbuka dan Malik langsung membuang muka saat berhadapan dengan sosok Bunga.

Ia marah.

Ia jijik.

Bahkan setelah malam itu, Bunga masih mencoba menarik perhatiannya.

Ya... tiga hari berlalu. Malik ingat, pagi itu ia menyelesaikan segala urusannya dan langsung pulang. Tidak bersama Bunga. Pulang sendirian. Bahkan lelaki itu tidak mau bicara dengan wanita aneh tersebut.

"Hai Malik." Sapa Bunga. Senyum sumringah menggoda tersemat di bibir.

Sementara Malik merapatkan tubuhnya pada Mas Jo. Beruntung ia tidak terjebak di dalam lift sendirian. Ada Mas Jo.

Masalah malam itu juga tidak ia ceritakan pada siapa-siapa. Kecuali Syabil --sahabatnya.

Malik masih menghargai Bunga. Yeah... itu termasuk aib memang.

"Pulang naik apa?" Tanya Bunga. Matanya tertuju pada Malik.

"Bus." Mas Jo yang menjawab.

Kemudian wanita itu terdiam. Merasa kalau Malik masih marah.

Pintu lift terbuka. Ketiganya keluar bersamaan. Seketika Malik berjalan cepat. Melihat itu Bunga berjalan cepat. Berusaha menyusul. Entah buat apa.

Jengah, lelaki itu berbalik. Menatap tajam pada wanita centil yang memang terkenal di kalangan pegawai karena tampilan seksinya.

Seperti hari ini. Ia memakai rok sepan ketat sebatas atas lutut. Kemudian kemeja pink yang menutupi bagian atas tubuhnya terlalu pas. Hingga terkesan ketat dan memamerkan lekuk tubuh.

Malik jelas tidak tertarik. Malah memandang rendah ke arah wanita itu.

"Lo kenapa sih? Gue kan udah bilang, gue nggak suma sama lo. Gue juga udah nikah," ucap Malik jengah.

Ia merasa geram. Gara-gara Bunga, ia harus ribut dengan Pelita. Tiga hari sudah terlewati sejak malam mengesalkan itu.

"Lo tuh cuma alasan bilang udah nikah. Gue tau. Sengaja kan? Sori, semakin lo nilak gue semakin tertantang." Balas Bunga. Seringai terbit di bibirnya.

"Lik!" Panggilan dari pintu depan lobi mengalihkan fokus mereka.

Tangan Syabil melambai sambil memamerkan cengiran.

Lelaki itu memilih segera menyingkir. Menghampiri sahabatnya yang selalu ceria. Lalu cepat-cepat meninggalkan kantor menuju pelataran parkir.



"Gila tuh cewek." Komentar Syabil setelah mendengar apa yang terjadi tadi. "Nggak ada harga dirinya."

Malik mengangguk. Ia menerima helm yang Syabil berikan. Memasangnya dan langsung duduk di boncengan motor matic sang sahabat.

Sore ini keduanya berencana untuk makan bersama di warung dekat rumah Pelita. Sejak pulang dari Jogja, lelaki itu memilih tinggal di rumah mertuanya. Selain lebih dekat dari kantor, ia merasa menjadi dekat dengan Pelita.

Sepanjang jalan mereka berbincang mengenai pekerjaan dan curhatan Syabil. Apa lagi jika tidak tentang kebingungannya. Syabil galau kareba berhadapan dengan tiga gadis yang berhasil menawan hatinya.

"Ngeri lo. Potensial banget berbagi hati." Cibir Malik.

Syabil terkekeh. Kemudian terinterupsi karena suara klakson mobil di belakang mereka. Padahal motor melaju pelan dan dipinggir.

Mobil jazz hitam itu menyalip mereka. Namun sangat dekat, hingga menyerempet motor.

Syabil hilang keseimbangan. Keduanya pun terjatuh. Malik yang menjadi penumpang terjatuh di sisi kanan. Sementara sang sahabat ke sisi kiri.

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang