"Sini." Malik menarik tangan Pelita. Mengaitkan jemarinya erat pada jemari wanita cantik itu.
Keduanya berjalan beriringan menuju sebuah hall di dalam hotel bintang lima.
Untuk pertama kalinya, mereka menghadiri sebuah acara bersama sebagai pasangan. Bukan menemani teman seperti sebelumnya.
Acara hari ini pun sungguh istimewa. Ini merupakan reuni SMA. Malik bisa membayangkan betapa hebohnya teman-teman dikala remaja saat melihat kehadirannya bersama Pelita.
Berbanding terbalik dengan rasa antusias Malik. Pelita malah sejak awal enggan untuk datang. Berbagai alasan agar tidak ikut ia lontarkan. Namun Malik adalah orang yang gigih. Ada saja alasan lain yang mampu membuat Pelita menyerah.
"Nggak usah gini juga." Protes wanita itu sambil berusaha melepas tautan tangan mereka.
"Kenapa sih?"
"Risih."
Pelita tidak akan mempertimbangkan apa-apa. Secara jelas ia mengungkapkan yang dirasanya.
"Oke. Fine."
Seperti biasa, Malik merajuk. Ia melepas tautan tangannya. Kemudian bergeser dua langkah ke kanan. Sehingga mereka berjalan dengan jarak yang cukup jauh.
Tidak mau ambil pusing, Pelita hanya mengedikkan bahu. Kemudian mempercepat langkah untuk masuk ke dalam area acara.
Reuni ini khusus angkatan Malik, Pelita, dan Syabil. Sayang, si Syabil tidak bisa hadir karena sedang ada tugas kantor keluar kota. Kalau tidak, pasti mereka sudah seperti roda bajaj.
Tema acara yang diusung adalah putih abu. Walau tidak memakai seragam, tapi warna pakaian undangannya harus putih dan abu-abu.
Sejujurnya Pelita tidak begitu suka hadir. Kenangannya saat SMA dulu kurang menyenangkan. Mungkin karena ia adalah murid pindahan dari luar negeri. Segalanya terasa asing. Bahkan cara bergaul dengan teman sebaya di sekolah juga sulit ia lakukan. Makanya, Pelita akan merasa lebih bahagia jika rebahan di rumah saja.
"OMG! Itu kan Malik!" Jeritan tertahan beberapa perempuan menyambut kedatangan Pelita dan Malik. Dalam waktu singkat, para perempuan 'fans' Malik menyerbu.
Sepopuler itu dulu si Malik. Tidak heran jika dilihat dari tampang. Pastinya populer material. Belum lagi status sebagai anak konglomerat yang jelas terlihat dari mobil-mobil yang digunakan untuk mengantar-jemput.
Jika seperti ini, Pelita akan menyingkir. Memilih untuk mencari tempat aman supaya bisa duduk dengan tenang.
Biarlah Malik kewalahan. Itu kan fans-nya.
"Pelita?" Sapa seseorang yang tidak asing.
"Miko?" Balas wanita itu.
Lelaki bernama Miko tersenyum lebar. Begitu tampan dan manis. Matanya sampai membentuk garis dan ikut tersenyum.
Ingatan Pelita seakan ditarik kembali menuju garis waktu beberapa tahun silam. Tentang Miko dan segalanya di waktu putih-abu.
-
Saat SMA
Sebulan telah berlalu sejak Pelita sekolah di tanah air. Selama itu ia mengalami banyak sekali kendala untuk menyesuaikan diri. Bukan hanya bahasa, tapi juga cara bergaul serta budaya anak muda Indonesia yang sangat berbeda dari di Eropa.
Jadi, Pelita berubah menjadi pendiam. Selalu menyendiri di kelas. Tidak ada niat sama sekali dengan para gadis cerewet cenderung perundung dan sok cantik yang menjadi teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JETLAG (Complete)
Fiksi Penggemar[Sequel Pelita] Siangku Malammu Malamku Siangmu Bahkan setelah perpisahan hari itu. Dekap hangat waktu itu. Belum memperjelas situasi mereka. Tiga tahun pun berlalu tanpa ada kata tentang 'kamu dan aku menjadi kita'. Waktu dan jarak. Apakah dua fak...