Bagian 19: Wander Around II

1.7K 218 14
                                    


Bucin?

Hmm... mungkin itu definisi yang tepat untuk ditujukan pada Malik.

Rasanya, lelaki itu tidak puas memandangi Pelita. Matanya fokus pada wanita yang sekarang sedang menggigit croissant di hadapannya.

"Kenapa sih? Ngeliatin terus?" Lama-lama Pelita risih juga.

Bayangkan, mata Malik terus mengawasinya sejak kemarin.

"Biar puas aja. Anggap lagi nge-charge sebelum jauh-jauhan lagi." Jelas Malik.

"Whatever." Tanggap wanita itu dengan nada malas.

Ya... ini Pelita yang tidak gampang baper dengan beragam kata manis serta gombalan.

"Hari ini kita kemana?" Tanya Lelaki itu akhirnya. Ia menghabiskan jus jeruk yang sisa seperempat di dalam gelas.

"Musium." Jawab Pelita.

Satu lagi yang Malik hafal mati tentang Pelita. Gadis itu suka mengunjungi musium. Katanya, menengok ke masa lalu itu terkadang perlu untuk memperbaiki keadaan masa depan.

Woman with brain ya begitu. Membuat Malik semakin suka berkali lipat.

Selesai sarapan di hotel, mereka segera berjalan menuju musium yang jaraknya tidak begitu jauh. Cukup ditempuh dengan jalan kaki.

Corinium Museum

Tulisan itu terukir di atas pintu masuk.

Dengan bersemangat, Pelita masuk lebih dulu. Meninggalkan Malik yang sibuk memotret.

Jadi, musium ini masih berada di Cirencester Town. Isinya tentang sejarah Cotswolds dari masa pra-sejarah sampai akhir abad-19.

Mata Pelita terbuka lebar. Ia membaca tiap keterangan pada setiap barang dan diorama yang ditampilkan.

Sementara si wanita mengagumi sekitarnya, Malik malah tidak henti mengagumi wanita itu.

Senyum kecil tak lepas tersungging di bibirnya. Apalagi saat Pelita membaca keterangan dengan serius.

Cantik.

Begitu pikir Malik. Baginya Pelita adalah wanita tercantik di dunia. No debat.

Mereka berkeliling melihat koleksi musium berupa ukiran, patung, dan beberapa rekonstruksi bergaya roma.

Ada juga rekonstruksi orang-orang Anglo-saxon.

"Nenek moyang lo, begini modelannya dulu." Tunjuk Pelita pada rekonstruksi tubuh seorang pria dan anak kecil.

"Ya... ya..." lelaki itu mengangguk saja. Jujur dia sebenarnya tidak begiti tertarik.

Merasa Malik bosan, akhirnya Pelita mengalah.


Hari masih cukup pagi dan mereka juga berencana untuk pindah lokasi ke Bourton-on-the-water. Kota kecil dalam kawasan cotswolds yang juga dijuluki the venice of the cotswolds.

Sesampainya di lokasi, mereka segera menuju hotel yang tidak jauh beda penampakannya dengan yang sebelumnya.

"Jalan-jalan sekitar the model village gimana?" Tawar Pelita.

Jadi di desa ini terdapat duplikat atau versi mininya. Dibuat dari bebatuan cotswolds dan sangat detail. Rumah juga taman-taman di Bourton-on-the-water termodelkan secara apik.

"Ntar sore dikit aja. Rebahan sebentar." Malik terlihat enggan berjalan.

Memang dari wajahnya lelaki itu jelas lelah. Bagaimana tidak? Kegiatannya padat begitu sampai London.

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang