Pagi hari di kediaman keluarga Hernandez. Seperti hari libur lainnya, pasti sibuk. Sejak subuh, Ibu Zi sudah menginstruksikan anak-anaknya untuk beres-beres rumah.Para lelaki mendapat tugas membersihkan halaman dan bagian dalam rumah. Sementara Kejora bersama ibu memasak untuk sarapan.
Ketika seluruh pekerjaan sudah selesai, keluarga itu dikejutkan dengan kedatangan tamu. Tapi mereka sudah biasa, mungkin karena tamu itu adalah sahabat lekat sang tuan dan nyonya rumah.
"Assalamualaikum." Sapa wanita paruh baya bermata cokelat terang. Di belakangnya, sang suami dan anak ketiga menyusul.
"Waalaikumsalam." Ibu menjawab dan menyambut mereka dengan senyum merekah.
Pagi masih menunjuk angka sembilan pada jam digital yang tergantung di tembok rumah. Namun para tamu sudah datang dan duduk di ruang tamu dengan gerak-gerik lebih formal. Tidak seperti biasanya.
Malik merapatkan duduk ke arah mami. Posisi duduknya di sofa adalah Mami-Malik-Papi. Sementara di seberang mereka ada Ibu Zi bersama anak lelaki sulungnya -Banyu. Kemudian sang tuan rumah duduk di sofa tunggal.
"Di minum dulu." Si bungsu Kejora menginterupsi sambil membawa nampan berisi minuman teh hangat. Kemudian si bungsu Bintang menyusul sambil membawa toples berisi jajanan.
Setelah keduanya menyingkir, mulut Mami Dira mulai bergerak. Mengutarakan maksud kedatangan mereka pagi ini.
"Jadi, kami kesini dalam rangka mempererat tali kekeluargaan." Ucap Mami Dira. Kemudian memberi isyarat pada sang suami untuk lanjut bicara.
Pasangan suami istri pemilik rumah memerhatikan mereka. Menunggu penjelasan yang akan mereka utarakan.
"Ya... jadi, putra kami. Malik. Bermaksud meminang putri kalian. Pelita." Ucap Papi akhirnya.
Bibir Ibu Zi melengkung ke atas, sementara Banyu malah melongo. Kemudian tatapan Malik beralih pada Bapak Ghani.
Keningnya berkerut, kemudian menatap lelaki dua puluh lima tahun tersebut.
"Memangnya kamu sama Pelita punya hubungan spesial?" Tanya pria berdarah Indonesia-Spanyol itu.
"Spesial sekali uncle." Jawab Malik.
Terdengar suara cekikikan dari balik tembok penghalang ruang tamu dan ruang keluarga. Malik bisa pastikan, tiga adik Pelita lainnya sedang menguping pembicaraan dan sekarang mulai heboh.
"Tapi kamu tau sendiri, Pelita sekarang ada di tempat jauh."
"Kami aware. Aku pikir jarak bukan halangan kan?" Celetuk Mami Dira.
"Jelas itu halang rintang terbesar. Lagipula Pelita belum ada cerita tentang ini. Bahkan tentang hubungannya dengan Malik." Lanjut Bapak Ghani.
"Ada. Cerita sama ibu." Ibu Zi bersuara. "Cuma nggak bilang kalau Malik bakalan datang sama orang tuanya dalam waktu dekat ini."
Bapak Ghani kembali mengernyit, "saya masih keberatan. Pelita jauh di sana untuk mengembangkan diri. Mencari pengalaman dan untuk interaksi dengan orang baru. Terus, kalau Malik datang begini dan melamar. Tujuannya lebih serius untuk menikah kan? Berarti Pelita harus pulang. Meninggalkan segalanya di sana."
Sejak tadi subuh, Malik masih optimis. Ia punya hubungan yang sangat baik dengan Uncle Ghani. Lelaki itu sangat percaya diri jika niatnya akan disambut hangat oleh pria tersebut.
"Kami udah bicarain masalah itu, dan sepakat untuk nggak ganggu kariri masing-masing. Selama beberapa waktu LDR." Jelas Malik akhirnya. Mami dan papi diam saja. Bukannya tidak mau membantu, tapi mereka membiarkan Malik mengatasi hal ini sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JETLAG (Complete)
Fanfiction[Sequel Pelita] Siangku Malammu Malamku Siangmu Bahkan setelah perpisahan hari itu. Dekap hangat waktu itu. Belum memperjelas situasi mereka. Tiga tahun pun berlalu tanpa ada kata tentang 'kamu dan aku menjadi kita'. Waktu dan jarak. Apakah dua fak...