Bagian 20: Distance

1.8K 222 14
                                    


Pelita pasrah saja tubuhnya direngkuh oleh Malik. Untung saja mereka ada di bandara Inggris, bukan Indonesia. Pasti akan jadi tontonan. Sementara di negeri Pangeran William ini, pelukan seperti itu biasa saja. Bukan cuma mereka, ada banyak pasangan lain yang melakukan hal sama. 

"Nanti kalo kangen gimana?" Ucap Malik. Ia masih enggan melepasa pelukannya.

"Chat, telpon, video call. Jaman sekarang komunikasinya canggih, Lik." Bahkan penghujung waktu sebelum mereka berpisah, Pelita masih berujar tenang. 

Kalau ditanya apakah wanita itu tidak akan merindukan Malik, jelas jawabannya pasti rindu. Tapi kan ia sudah terlatih selama tiga tahun terakhir. Lagipula baginya, melepas rindu di era modern seperti ini tidaklah susah. Ada ragam cara komunikasi yang bisa mereka gunakan. 

Malik melepas pelukannya karena harus segera masuk ke dalam terminal keberangkatan. Menatap Pelita lamat-lamat, ia kembali mengikis jarak dan mencium wanita itu cukup lama. 

"I'll be back." Gumamnya.

Lelaki itu pun melangkah. Semakin lama menjauh dan Pelita hanya bisa melihat punggung lebarnya. 

"I'll miss you." Bisiknya lirih.



Setenang atau se-cool apa pun, Pelita tetaplah wanita berperasaan. Hampir satu minggu bersama-sama, jelas mengukir banyak cerita baru di antara keduanya.Jika dulu hanya akan bertemu beberapa jam sehari, kemarin mereka selalu bersama dari pagi hingga pagi lagi. 

Tapi kita sedang membicarakan Pelita yang sangat pandai menekan rasa di hatinya. Ia tidak akan berlarut dalam rindu. Seperti sebelumnya, wanita itu akan tenggelam ke dalam sibuk rutinitas kerja yang tanpa jeda. 


.

.

.


Layaknya pasangan baru dan dimabuk cinta, setiap saat Malik berusaha berkomunikasi dengan Pelita. Ia bahkan rela mencuri-curi waktu istirahat di kantor hanya untuk melakukan panggilan video bersama Pelita.

"Ya gitu... insecure si Syabil." Adu Malik. 

Ya pembicaraan mereka apalagi kalau bukan seputar kehidupan masing-masing, juga kabar orang-orang sekitar. 

"Hmmm... wajar. Syabil juga manusia. Sementara Alin kan setengah malaikat." Tanggap wanita itu. 

Walau ekspresinya datar, tapi tetap mengundang gelak tawa pada diri Malik.

Maklum, bucin.

"Kerjaan kamu yang waktu itu udah kelar?" Kembali ke tema. Malik sebenarnya rindu dan sedang berusaha mencari celah agar Pelita bisa mengambil waktu liburnya dan pulang." 

"Udah." 

"Bisa ambil cuti dong?"

"Nggak bisa. Kalau ambilnya nyicil satu-dua hari bisa aja. Tapi los jadi seminggu, impossible." Jelas Pelita. Mematahkan harapan.

Padahal belum seminggu mereka berpisah. 

"Oh iya. Seminggu ini gue bakalan sibuk. Mau keluar kota juga, jadi kayaknya nggak bisa sering berkabar." Pelita memberi informasi.

Sedih? Jelas Malik akan sangat sedih dan uring-uringan. 

Panggilan video pun berakhir karena Pelita harus segera berangkat kerja dan jam istirahat Malik telah habis. 

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang