Punya pasangan tapi hidup seperti single?Itu yang sedang dijalani oleh Malik dan Pelita. Keduanya adalah pasangan suami-istri, namun hidupnya bagai muda-mudi lajang.
Setiap hari menghabiskan waktu dengan bekerja. Malamnya karena lelah, hanya memberi kabar seadanya.
Ya. Malik tidak lagi secara rutin membuat panggilan video. Ia menuruti Pelita yang memang sedang sangat sibuk. Tiap kali lelaki itu melihat istrinya dari layar ponsel, wajah Pelita jelas pucat serta lelah.
Jadi, mereka akhirnya setuju untuk melakukan panggilan video satu minggu sekali. Di hari biasa, cukup memberi lewat pesan chat.
"Gabut banget lo kayaknya malming?" Tegur Syabil.
Malik mengajaknya pergi nongkrong di kafe langganan. Dekat rumah Pelita.
Rencananya, Ia juga akan menginap di rumah mertua. Malik pikir, tidur di kamar Pelita mungkin bisa mengobati rindunya.
Dasar bucin.
"Ya gabutlah. Mau kencan juga partner-nya nan jauh disana," jawab lelaki itu mendramatisir. "Lo juga gabut kan?"
Sambil cengengesan Syabil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Bukannya kalo malming gini lo VC sama Pelita?" Lagi dan lagi Syabil ingin tahu.
"Orangnya lagi sibuk. Nugas ke luar kota. Katanya tempatnya agak terpencil gitu, jadi susah sinyal." Jelas Malik dengan wajah bete.
Sudah tiga bulan sejak status Malik dan Pelita berubah dari sahabat menjadi pasutri.
"Sabar." Syabil berusaha menenangkan. "Tapi ya, kalo gue jadi lo...-" ucapannya tertahan.
"Kenapa kalo lo jadi gue?" Malik jadi penasaran.
Syabil menggeleng, lalu menyeruput es americano pesanannya. "Ntar salah lagi. Bisa jadi Syabil penyet di ulek sama si Pet."
Untungnya, Malik bukan tipe orang yang sangat penasaran. Jika ada yang enggan bicara, maka ia berhenti sampai di sana.
"Ngomong-ngomong, lo pergi jalan sama si..." topik beralih. Malik mengerutkan kening, mengingat-ngingat nama gadis yang sedang mendekati sahabatnya. "Jeni!"
Syabil menghela nafas, "nggak deket gitu. Dianya aja ngajakin gue ketemuan berapa kali."
"Demen kan lo sama dia?" Goda Malik.
Sahabat lelaki itu bergeming. Kepalanya bergerak antara mengangguk atau menggeleng.
Labil.
"Nggak tau."
"Lah?"
"Pusing gue."
Mendengar itu Malik hanya cekikikan. Tahu bahwa Syabil sedang dilemma.
Sepak terjang cerita cinta mereka kan mirip. Naksir juga dengan satu gadis yang sama. Bertahun-tahun. Beruntung, Malik yang mendapat balasan.
"Tapi Bil, kalo misalnya umur gue nggak panjang... terus lo masih sendiri, gue nitip Pelita ya," ujar Malik.
"Heh! Lo tuh ngomong ngaco banget!" Hardik lelaki berkulit eksotis itu.
"Namanya umur, siapa yang tau." Malik berucap santai.
.
.
.Pelita membuka pintu kamar hotelnya, lalu merebahkan diri. Hari ini pekerjaan yang menguras tenaga.
Pemotretan untuk majalah edisi musim panas memang luar biasa.
Sebagai jurnalis fashion, tentu wanita itu harus mengikuti tiap proses model yang memperagakan busana-busana sesuai tema.
KAMU SEDANG MEMBACA
JETLAG (Complete)
Fanfiction[Sequel Pelita] Siangku Malammu Malamku Siangmu Bahkan setelah perpisahan hari itu. Dekap hangat waktu itu. Belum memperjelas situasi mereka. Tiga tahun pun berlalu tanpa ada kata tentang 'kamu dan aku menjadi kita'. Waktu dan jarak. Apakah dua fak...