Bagian 13: Malik In Action

1.7K 209 9
                                    


"Astaghfirullah! Gue kira lo jin iprit!" Pekik Syabil begitu membuka mata. Ia terlonjak dari posisi tidur menjadi duduk.

Sementara Malik terkekeh. Ia duduk di sebelah sang sahabat dengan senyum sumringah. Satu tangannya ia gunakan untuk merangkul bahu Syabil.

"Kenapa lo? Senyum-senyum gitu? Kesambet?" Tuduh Syabil. Wajah bantal serta jejak iler tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Kesambet apaan? Gue lagi seneng. Nggak liat dari tadi gue senyum ceria gini?"

Berbanding terbalik dengan sang sahabat. Malik berpakaian rapi. Wajahnya segar dengan wangi parfum mahal menguar dari tubuhnya. Pakaian lelaki itu juga rapi. Ganteng paripurnalah pagi ini.

"Lo tuh ngerecokin hibernasi gue aja. Ngapain sih? Mau curhat?" Tanya Syabil dengan nada jengah. Masalahnya, Malik selalu datang untuk sesi curhat.

"Gue mau ngajak lo cari cincin..."

"Hah? Lo mau beliin gue cincin? Lo... lo sekarang belok? Naksir gue?!" Mata Syabil sampai melotot. Ia beringsut menjauh dari Malik dan melepaskan rangkulan sang sahabat.

"Mandi sana! Gue tungguin di depan." Tanpa ampun Malik menoyor kepala sahabatnya sebelum akhirnya keluar dari kamar dengan satu kasur bertingkat tersebut.

Ya, pagi ini di tanggal merah, Malik segera beraksi. Setelah mendapat lampu hijau dari sang pujaan hati, tentu saja ia tidak mau membuang waktu. Takutnya pikiran Pelita berubah.

Hal pertama yang lelaki itu akan lakukan adalah membeli cincin. Walau sang pujaan hati tinggal nan jauh di sana, tidak membuatnya gentar. Ia sudah mengundang seseorang yang kira-kira punya ukuran jari serupa dengan Pelita untuk menemaninya.

"Aku masih belum percaya sih, Lik. Beneran?" Seorang gadis seumuran dengan Malik menatap lelaki itu dengan mata kecilnya.

"Benerlah, Lin."

"Pelita mau? Setuju?"

Malik mengangguk. Senyum sumringahnya tercetak jelas sekali di wajah tampan itu.

"Both of you truly crazy in love." Komentarnya.

Dua orang itu sedang duduk di ruang tamu rumah keluarga Syabil. Kebetulan rumah sedang sepi. Tadi adik Malik, Syana yang mempersilakan dua orang ini untuk masuk sebelum akhirnya pergi.

"Ayo!" Ajak Syabil yang terlihat lebih segar. "Loh... ada Alin." Ucapnya saat melihat sosok lain di ruang tamu.

"Kamu habis numpahin minyak wangi ya?" Tanya Alin.

"Hah? Emang kenapa?" Syabil malah bertanya balik.

"Baunya terlalu nyengat." Komentar gadis itu. Kemudian memimpin jalan keluar rumah.

Malik hanya cekikikan, kemudian merangkul pundak sang sahabat.

"Pasti lo belum mandi? Cuma cuci muka sikat gigi doang?" Tebak Malik.

"Udah."

"Kapan?"

"Semalem."

Dan Malik pun akhirnya terbahak.


"Mpok, duduknya kenapa di belakang sih? Biar gue aja yang di belakang." Tegur Syabil pada Alin. Gadis bermata kecil dan hari ini mengenakan kerudung berwarna hitam itu menggeleng.

"Udah sih... emang Mpok Alin begitu. Tadi juga waktu gue jemput, dia udah duduk di belakang."

"Sopir dong lo, Bul?"

"It's okay." Gumam Malik.

Mobil pun berjalan perlahan meninggalkan area perumahan. Melaju di jalanan yang lancar ketika hari libur.

JETLAG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang