Bagian 13

69 15 0
                                    

Aza POV.

Meera menatapku marah, tangannya mengepal keras, ditariknya lenganku, kemudian didorong sampai keluar dari kamarnya. Sementara mataku masih berkaca-kaca.

"Kak Meera..?"

"DIAM KAU ZADA!!!" bentaknya sambil menutup pintu kamar dengan keras. Aku terdiam di depan kamar mataku berkaca-kaca.

.

.

.

Flashback..

Aku memang masih marah pada Dapa. Kebetulan sore ini aku pulang bersama Una dan berpapasan dengan Dapa. Seperti biasanya Dapa menyapa Una tapi tidak denganku, Dapa langsung menatapku tanpa ekspresi dan mengabaikanku. Aneh rasanya marahan lebih dari 3 hari, ya aku juga tahu itu tidak di perbolehkan dan ini sedikit berlebihan. Tapi terserahlah, salah siapa Dapa memakiku sore kemarin-kemarin.

Aku melempar tas ke sofa rumah, melepas sepatu. Rumah gelap sekali, mungkin Bunda sedang pergi, Ayah kerja diluar kota, Rama dan Jihan masih sekolah, Dahlia ada les, sementara Meera... mungkin dia sudah pulang, lampu kamarnya sudah menyala.

"Kak Meera!!" panggilku dari ruang tamu.

Tidak ada balasan, atau mungkin saja Meera tidak mendengarnya.

Aku naik keatas, ingin merebahkan tubuhku yang kaku diatas kasur empuk. Tapi disaat aku melewati kamar Meera suara dering hp membuatku masuk kedalam kamarnya dengan ragu.

2 Panggilan tidak terjawab.

Aku menatap layar hp Meera, seketika nomor yang tidak terjawab itu menelpon kembali aku mengangkatnya. Penasaran, bisa saja itu pacar si Meera, aku tidak pernah tahu kehidupan si Meera, well, tidak ada yang tahu tepatnya.

"Halo?"

"..."

Selama semenit aku terdiam mendengarkan suara dari balik layar hp milik Meera. Mataku membulat. Pundak di tepuk dua kali, aku menoleh, mendapati Meera dengan rambutnya yang basah.

"Siapa?"

"..." jawabku.

Seketika Meera ikut membulatkan matanya, ekspresi antara senang dan terkejut, sementara aku menatapnya tidak mengerti.

"Ada yang tahu hal ini..?"

Meera tergagap, menarik hpnya dari tanganku. "Bukan urusanmu!"

"Memang bukan urusanku tapi urusan kita se-keluarga! kapan Kak Meera akan berangkat!?"

Meera menepis tanganku, menatapku marah, tangannya mengepal, menarik lenganku dan mendorong keluar dari kamarnya.

"Kak Meera..?"

"DIAM KAU ZADA!" teriaknya kemudian membanting pintu kamar. "JANGAN BILANG KEPADA SIAPAPUN SOAL INI!!"

Unpredictable UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang