Bagian 33

129 11 6
                                    

Dapa POV.

Sudah seminggu Aza enggak masuk sekolah, berarti ya hari ini Aza bakalan masuk sekolah soalnya ada kabar kalau Kak Rama maksa Aza buat masuk sekolah padahal baru pulang jam 3 pagi tadi. Sekarang aku duduk di kantin seperti biasa, ada Nana ada Kak Aghie juga ada Derry. Derry, bocah satu ini terus membuntutiku kemanapun aku pergi, aku jadi takut ada yang salah dengan anak ini.

"Nanti mau kerumah Aza? Saya anter.." kata kak Aghie.

Nana tersenyum lebar, tak menunggu tawarannya diulang dua kali Nana langsung mengangguk. Aku juga.

"Naik apa?" tanya Nana.

"Motor," jawab kak Aghie.

"Yakali kita boncengan bertiga?" tanyaku.

Kak Aghie menggeleng, "Siapa yang bilang mau nganter kamu? Saya cuma mau nganter Lubna,"

Tawa Nana pecah, sialan kan jadi malu. "Bareng gue kalau mau," tiba-tiba Derry ikut bicara. Mengingat dia adalah mantan tetangga Aza juga sainganku, aku menggeleng. "Mendingan pergi sendiri timbang berangkat bareng lo, najis!"

Derry masih memasang muka datar, "Yaudah gue ke sana aja sendiri,"

"Mau ngapain ke rumah Aza? Mau ngelempar es batu!?"

Derry mendelik malas, "Kebangetan lo Dap. Buat apa gue ngelempar es batu ke kepala Aza? Gaada gunanya. Dia gabakal jadi pinter malah makin bodo, nggak nguntungin gue!"

Aku berkacak pinggang, khas dan persis sekali seperti apa yang dilakukan kedua kakak kembarku.

"Nguntungin lah! Dengan begitu peringkat lo naik satu!" seruku.

Nana menggeleng, "Gabaik tau Dap nuduh orang sembarangan mana itu semuakan belum kejadian.. Kalau mau kerumah Aza ya ayo sekalian biar rame.."

Aku berdecak malas, "Sekalian aja ajak satu kelas, biar RAME!"

Nana menatapku seperti memperhatikan anak kecil yang marah. "Apa!?" seruku.

"Dapa.. lo kangen banget ya sama Aza? jadi emosian tau akhir-akhir ini.."

Aku mematung di tempat, kesusahan meneguk saliva.

"Dapa?"

Masih diam tak menjawab pertanyaan Nana. Uggh..

"Enggak!!"

"Apanya yang enggak? kelihatan banget tau!"

Sekarang aku bingung, mau ganti topik pembicaraan juga aku bukan ahlinya, malah kelihatan kalau memang iya aku kangen banget sama si Aza.

"Hahahah!!! Sama Dap gue juga kangen sama Aza! Sebagai temen.. kalau lo sebagai apa?"

Nana menertawakanku. Aku bersiap mencekik lehernya, setidaknya cekikan dapat membantunya berhenti memanasiku.

***

Aku, Nana, Kak Aghie dan tentu saja Derry sudah berdiri di depan halaman rumah Aza. Aku belok menuju halaman samping dan kemudian naik diatas rumah pohon si Dahlia. Berdebu sekali.

"Kok naik sih Dap? Malu ya langsung ketemu Aza? Takut ya?" Nana mulai menggodaku.

"Una!!"

"Malu kenapa Na?" tanya Derry berakting penasaran.

"Malu ketahuan pipinya merah!!"

Aku melempar sandal jepit ke arah Nana, satu-satunya cara agar bisa membuatnya diam.

"Enggak kena!!" serunya.

"JANGAN RIBUT!! AKU LAGI BELAJAR!!!" suara nyaring dan cempreng khas Dahlia membuat kita semua langsung diam.

Unpredictable UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang