Bagian 19

62 10 0
                                    

Aza POV.

"Zada tumben kamu belajar,"

Aku menoleh, menutup bukuku agar tidak dilihat oleh Rafi, si wakil ketua kelas. "A-apasih, sibuk aja, sana!" usirku.

Dapa yang duduk di sebelahku mengintip isi buku tulisku, "Njirrr seputih kulit gue isi buku lo Za!"

Aku melonjak kaget, melotot, "Apasih Dap!"

Rafi duduk di kursi depan mejaku, membuka paksa buku tulisku. "Sini sini Abang bantu!"

Aku menutup telingaku, tidak siap mendengar seruan Rafi setelah melihat isi coretan bukuku. Iya, Bukuku tidak seputih kulit Dapa! lagian kan Dapa memang tidak putih!

"Bentar deh.. lo yang gambar ini Zad? Keknya gue kenal sama wajah ini.."

"Itu kak Gavin!!" seru Dapa.

Aku menampar mulut Dapa, "Bisa diem nggak sih!?"

Dapa mengaduh kesakitan mengusap mulutnya yang nyeri, "Sorry Dap, lo ngeselin sih,"

"Yi gi giti jigi kili Zi.."

"Ngomong yang bener!"

"Lanjutkan pergaduhan kalian, Zad nanti jadwal piket lo kan?"

"Iya, kenapa?"

"Yaudah cuman kasih tau aja, btw gambaran lo bagus banget sumpah, gue aja kalah!"

Aku tersenyum malu, "Ah nggak juga.."

"Sok rendah hati lo Za!" semprot Dapa. Aku siap melayangkan tamparan lagi ke mulutnya tapi tertahan karena kasihan melihat wajahnya yang ketakutan.

"Eh, akhir-akhir ini lo jarang ketemu sama Una," kata Dapa sambil menurunkan tanganku.

"Maksud lo? dari pagi sampe siang gue duduk sebangku sama si Una masih lo bilang jarang ketemu?"

"Bukan gitu maksud gue Za.. Lo jarang ngobrol aja, kayaknya yang ada masalah bukan cuma lo ajadeh Za, Nana pasti juga ada masalah,"

Aku mengendikkan bahu, "Engga tau ya.. yang pasti gaada urusannya sama gue,"

"Hmm.."

Dapa mulai fokus kembali pada layar hpnya, memang ya baginya no game no life.

"Dapa lo gaada niat mau ke kantin gitu?"

"Hmm.."

"Gue--"

"Hmmm"

Lihat, lihat! Dapa sibuk pada gamenya! Ini yang membuatku malas mengajaknya kemana-mana. Karena kesibukan Dapa aku terpaksa harus ke kantin sendiri, walaupun sekitar 10 menit lagi bel masuk berbunyi.

.

.

.

"Kenyang!!" seruku memegangi perut yang penuh. Nah, kalau sudah makan sampai kenyang seperti ini yang akan selanjutnya terjadi adalah rasa kantuk akan menyerang. Dipastikan 88% aku akan tidur ditengah pelajaran.

"Sikat gigi Za.." peringatku pada diri sendiri.

Aku berjalan meninggalkan kantin. Sesekali aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok lelaki yang bagiku ia adalah pangeran sekolah.

"Kucing!" sapaku ketika melewati seekor kucing hitam. Hidungku gatal, aku ingin mendekat dan mengusapnya tapi rasa gatal di hidung tidak tertahankan. Aku bersin berkali-kali kemudian memilih pergi dan mengurungkan niatku.

Ah, besok lagi kalau lewat sana harus pakai masker..

"HATCHUU!!"

Aku memperlambat tempo jalanku lalu berhenti dengan sempurna di koridor jendela samping taman. "Kak Jein?"

Unpredictable UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang