10 Khawatir

284 8 0
                                    

SPAM KOMEN!!

VOTE DULU LAHH 😍
.

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca :)

______

Di dalam Uks, seorang gadis masih enggan untuk membuka matanya. Sakit yang di rasakan begitu sakit. Hingga ia tak bisa menahanya.

Setelah guru pengawas menjelaskan bahwa maag Gani kambuh dan mengatakan bahwa perut Gani kosong, Leon segera berhambur ke kantin membeli makanan apa saja. Dari mulai roti, nasi, sayur, siomay, dan berbagai minuman.

Entah apa yang dipikirannya itu membuat dirinya membeli makanan sebanyak itu. Mungkinkah Gani juga akan menghabiskannya? Leon tak peduli.

Sesampainya di UKS, Gani masih saja terpejam. Tak mau membuka matanya.

Hingga bel masuk mereka berdua masih saja di ruang UKS.

Mata Gani mulai membuka perlahan. Rasanya begitu berat. Seperti habis koma, lebay.
Mulai membiasakan dengan cahaya sekitar. Hingga matanya menangkap sosok lelaki yang tengah duduk disampingnya sambil menatapnya datar.

Ya, Leon hanya berdiam sampai Gani mengetahui dirinya disini. “Makan.” Ucapnya datar.

Alis Gani mengernyit. Posisinya berubah menjadi duduk dan bersandar pada ujung ranjang.

Gani bingung kenapa dirinya bisa disini. Mencoba mengingat kembali. Dan akhirnya baru ingat. Sebelum dia sadarkan diri ia sempat menahan sakit di perutnya. Lalu dirinya di gendong. Siapa yang menggendong? Leon?

Matanya menatap Leon dan sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa. Jelas Leon yang menggendongnya.

Hingga matanya berhenti disamping Leon. Sebuah plastik kresek dengan isi yang lumayan banyak.

Leon menyodorkan air putih, tau pasti tenggorokan Gani kering.

Gani pun tak sungkan untuk menerimanya. Meminumnya hingga setengah botol.

“Ini apa?” Tanya Gani sambil menunjuk kresek.

Leon mengikuti arah telunjuk Gani. “Makanan.”

“Buat?”

“Lo.”

Gani terkejut. Pasalnya makanan ini mana bisa dimakan sendirian. Ya, dia akui sendiri dirinya sedang kelaparan. Tapi ini terlalu berlebihan.

“Nih makan.” Leon menyodorkan semua plastik kresek ke arah Gani.

“Tapi, ini banyak banget.”

“Yang penting lo gak sakit lagi. Nyusahin tau gak.” Tanganya masih menggantung menunggu uluran tangan Gani untuk menerimanya.

I LOVE YOU, My Cold Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang