30 Luka

203 8 0
                                    

Cepet kan... Ehee

Iya dong cepet

Absen boleh lahhh

.

.

.

.

.

.

.

Happy reading
________________

Di sini lah, seorang gadis berkucir kuda sedang membersihkan dan mengobati luka di lutut orang yang sedang menatapnya diam. Gani sangat hati-hati dalam menjalaninya. Sesekali ia meniupkan luka pada lutut Leon agar tak ada rasa sakit.

Padahal bagi Leon, luka itu hanya luka kecil. Bahkan hanya sekedar goresan. Lama-lama pasti akan sembuh sendiri. Namun, jika melihat gadis di depannya ini yang memaksa meminta luka yang ada harus di obati, ia tidak bisa menolaknya.

“Sakit gak?” Tanya Gani saat mengoleskan alkohol pada luka Leon.

“Gak.” Loen Menggeleng.

“Tahan bentar.” Ucap Gani yang justru tau kalau luka tersebut sakit.

“Kan gue bilang, gak sakit.” Ujar Leon.

Gani berhenti lalu menatap kedua mata Leon. “Sekecil apapun luka yang ada. Rasanya bakal tetap sama. Sakit.”

Leon tertegun mendengarnya.
“Tapi rasa sakit itu, gak mempan di diri gue.”

Gani tersenyum menanggapinya. “Sombong.” Lalu melanjutkan membersihkan luka tersebut yang kemudian ia beri obat merah dan setelah sedikit kering ia tutup pakai plester luka.

“Soal kemarin...” Leon berucap.

Kemarin? Pikiran Gani langsung teruju pada saat mereka di rooftop.

Apa Leon akan membahasnya sekarang? Pikir Gani.

“Gue minta maaf.”

Gani melongo mendengarnya. Pergerakan tangannya untuk memasukan p3k pada tempatnya terhenti. Menatap Leon dengan alis terangkat satu.

“Gue udah lancang cium lu.” Ujar Leon tanpa beban. Berbeda dengan Gani. Ia sudah gerogi sejak tadi ditambah Leon yang membahas masalah itu.

Gani sudah mencoba melupakannya. Tapi Leon mencoba mengingatnya. Sial!

“Dan buat-“ Ucap Leon terpotong.

“O-oke. Gue maafin.” Gani sengaja memotongnya karena ia tahu apa yang akan Leon ucapkan lagi. Sudah pasti tentang hubungan mereka.

“Tapi lain kali jangan gitu lagi.” Ucap Gani sedikit kesal.

“Kenapa?”

“Ya, gak boleh lah. Lu maen cium-cium orang.” Tatapannya sebisa mungkin jangan menatap Leon.

Leon tersenyum miring. “Tapi lu suka kan?”

Gani tersedak. Hampir saja ia melempari Leon dengan kotak p3k yang masih di pangkuannya. Yah walau Gani sedikit menyukainya, tapi ia juga tak ingin melakukannya lagi.

“Gak usah aneh-aneh deh.” Gani mendengus kesal. “Sapa juga yang suka.”

Leon terkekeh mendengarnya. “Kalo sama gue?”

Gani mengernyit mendengar kalimat ambigu yang terlontar dari mulut Leon.
“Apa?”

“Suka gak sama gue?” Tanya Leon dengan menaik turunkan kedua alisnya mencoba menggoda Gani.

I LOVE YOU, My Cold Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang