04 Gudang

435 13 0
                                    

update nih, ada yang nungguin gak yah?

budayakan untuk vote yah..

.

.

.

Suasana Sore kembali bertambah tegang kala seseorang tak diminta datang dengan menyalahkan Gani. Gani tau siapa ia. Kini orang tersebut sudah berada di antara Gani dan Mita. Matanya yang tajam dengan muka datar, terkesan begitu dingin, entah ia datang darimana hingga menuduhnya.

"Loh loh kok gue sih?" Gani tak terima. Ia bisa mengalah saja sudah cukup. Apa ia juga harus dituduuh juga?

Leon mengarahkan Lulu dan Mita untuk pergi dari sini.

"Heh lu gak tau apa-apa. Jadi, gak usah nuduh orang!" Gani sedikit mengeraskan suaranya begitu pertanyaan pertama tak dijawab.

Kini tinggal mereka berdua yang sedang berdebat. Semua orang minggir. Biarlah mereka yang menyelesaikan, tak ada yang berani melerainya.

"Jelas lu yang salah disini." Kekeh Leon.

"Lu ngebelain tuh orang?!"

"Nggak."

"Lu gak tau kan. Jadi, st-"

"Minta maaf ke Mita!"

What!! "Gue gak salah. Nih yah" Gani menghela napas "Dia yang tiba-tiba jalan di tengah lapangan, bahkan dia juga tau kan disini lagi buat main basket, masih aja lewat sini. Tuh banyak jalan, kenapa harus disin!"

"Lu gak bisa ngawasin mereka."

Oh God

"Dia yang gak bisa ngertiin kondisinya. Dia tau kan ini lapangan basket lagi buat main basket, bukannya bekel. Harusnya dia jalan di jalan lain dong, mentang-mentang anak yang punya bisa seenaknya gitu yah."

Leon menaikan bahu acuh, "Lu yang salah disini."

Emosi Gani sudah tak tertahan sekarang. "Kenapa sih! Lu tuh nyolot banget! Lu juga anak yang dipandang baik disini, tapi lu malah gak tau kalau lu udah belain orang yang salah. Lu..." tiba-tiba ucapan Gani terpotong oleh panggilan.

"GANI!" Suara Pak Hilman sebagai yang bertanggung jawab salah satunya tentang basket, juga yang menugaskan Gani.

Mati sudah Gani, pasti gurunya itu sudah mengetahuinya. Karena Mita dan Lulu sudah mengadu ke gurunya itu, walau gurunya itu tak tau bagaimana kejadian yang sebetulnya.

"Kamu ngapain dari tadi duduk disana. Kenapa ada siswi yang terkena bola. Kenapa kamu tidak mengawasinya Gani?!"

"Pak saya gak salah. Oke saya minta maaf akan kelalaian saya. Tapi soal terkena bola bukannya Mita yang salah?"

"Sudahlah bapak akan menghukum kamu. Bersihkan gudang setelah ini selesai." Perintah Pak Hilman.

"Tapi pak ini udah hampir malam. Tunda aja besok yah pak?

"Gak ada besok-besok, nanti kamu malah kabur dari hukuman. Pokoknya sekarang bapak minta."

"Pak..." Wajah Gani memelas, namun, gurunya berlalau begitu saja.

Ia menggeram kesal. Menatap orang di depannya yang mungkin merasa menang juga kali ini.

"Puas lu!" Gani buru-buru pergi. Ia tak mau semua orang mendengar isaknya sekarang.

Leon manatap iba Gani, sebenarnya tak ada niatan Leon untuk menuduhnya dan membuatnya mendapat hukuman. Ia pikir Gani akan mengalah dan menerima saja. namun, semua berbeda. Leon di landa rasa bersalah. Apa ia harus membantu Gani? Oh tidak gengsinya begitu tinggi.

I LOVE YOU, My Cold Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang