40 Alasan Leon

170 8 0
                                    

Selamat bermalaman dengan Leon dan Gani

Sama seperti kemarin,
Vote yuk
Comen yuk
Yuk bisa yuk

.

.

.

.

.

.

.

Happy reading
__________________

Tanpa dugaan.

Leon membawa Gani ke apartemennya. Dari penampilan Leon, sepertinya Leon baru saja pulang dari mainnya bersama teman-temannya. Gani pikir, Leon akan membawanya ke suatu tempat untuk berjalan-jalan.

Tapi, malah di bawa ke apartemen. Memang sih Gani sudah sering datang ke tempat tinggal kedua Leon. Tetapi masih aja ada sedikit rasa gerogi jika mereka berduaan di tempat ini.

“Ngapain ke sini?” Tanya Gani tepat saat Leon sedang membuka pintu mobil.

Leon tak menjawab, ia memutari mobil sampai di depan pintu penumpang dimana Gani keluar. Leon segera menggandeng Gani dengan lembut.

Memasuki gedung, hingga mereka sampai di depan pintu apartemen. Gani menatap Leon yang sedang mencoba membuka pintu berpassword itu. Tangannya masih setia Leon cekal. Seperti takut kehilangan anaknya saja.

Untuk sikap Leon selama mereka bersatu, Leon cukup lembut dan penyayang. Namun, dingin dan irit bicara masih saja Leon tunjukan. Sedangkan Gani, ia pun sama. Sama-sama masih menunjukan sikap dinginnya. Namun bagi Gani sendiri, akhir-akhir ini dirinya sering tersenyum. Rasanya tak ada lagi kesepian.

“Laper gak?” tanya Leon baru saja keluar dari kamar lalu mendekat ke arah Gani yang sedang duduk di sofa apartemen Leon.

“Udah makan tadi.” Makan-makanan ringan maksudnya. Untuk makan berat seperti nasi dan lauk pauknya, Gani belum makan. Hanya saja ia masih merasa kenyang.

Leon hanya mengangguk.

“Barusan ketemu Ilyas?” tanya Leon lagi.

Gani menatap Leon yang sudah ada di sampingnya ikut duduk.

“Hm.”

“Dia ngapain lagi?”

“Gak ngapa-ngapain.”

“Jangan pernah deket sama Ilyas.”

Gani menaikan sebelah alisnya. Kenapa Leon selalu memintanya untuk menjauhi Ilyas. Bahkan tanpa di suruh pun Gani perlahan akan menjauh. Kan sudah ada Leon, buat apa dirinya masih memikirkan Ilyas.

“Apa karena alasan yang sama?” Tanya balik Gani. Leon mengangguk.

Benar dugaanya, jika Leon mengatakan pada Gani untuk menjauhi Ilyas, dan tepat saat itu juga Leon mengatakan, bahwa ia tak mau pacarnya kenapa-kenapa. Tanda kutip untuk pacar jelas Gani orangnya.

Gani berdecak sebal akan hal itu. Apa jika Gani nekad mendekati Ilyas, dirinya akan terluka?

“Aku ngantuk.” Ujar Leon tiba-tiba membuat Gani melebarkan matanya.

Aku? Barusan Leon mengatakan aku?

“Tumben.” Gumam Gani masih bisa mendengarnya.

“Tumben?” Leon membeo, “kan aku juga manusia, aku bisa ngantuk kapan aja Gani.” Ujar Leon tanpa mengetahui arti kata yang Gani keluarkan.

I LOVE YOU, My Cold Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang