29. Jarak kita

5.9K 321 4
                                    

🌸jangan lupa vote🌸


Lagi-lagi kita berpisah.



"Ubah jadwal rapat hari ini."

"Tuan tidak bekerja?"

"Iya."

"Baiklah, akan saya atur."

Hening..

"James."

"Iya, tuan?"

"Terimakasih." Kemudian telepon ditutup sepihak. James merasa terkejut akibat ucapan yang tak lain adalah dari sion, selama ini sion tidak pernah berterima kasih kepadanya. James hanya bisa menatap telepon genggamnya sambil tersenyum terharu, william yang melihat itu menghampiri james dan menepuk bahunya pelan.

"Kau bisa tertawa sedangkan kau belum menepati janjimu sama sekali!" William berdecak kesal.

"Jan-janji apa?" James tau tapi ia pura-pura melupakannya.

William menatap james dengan datar.

"Iya, iya." James hendak kabur dari william tetapi tangannya ditahan.

"Kau bilang iya tapi tidak melaksanakannya!"

"Sejak kapan kau berani membentakku? Bukankah kau selalu menggunakan pak?" James menatap william dengan kesal yang hanya dibalas dengan tatapan datar oleh william.

"Aku tidak akan bersikap sopan kepada orang yang tidak menepati janji!" William pergi meninggalkan james yang sedang menatapnya keheranan.

Demi mendapatkan harga dirinya sebagai laki-laki, james pun menelepon amanda agar membantunya untuk membujuk sion.

***

"Kau tidak bekerja?" Amanda menghampiri sion yang sedang berada di ruang baca serba putih, banyak lemari besar dengan beragam buku.

"Tidak. Kemarilah." Sion menepuk sofa di sampingnya, amanda pun duduk di sebelahnya.

"Sion." Panggil amanda

"Hmm?" Sion masih fokus pada bukunya.

"Buka bajumu."

Hening...

Sion memalingkan wajahnya menatap amanda dengan pelan.

"Cepat, sion!" Amanda memajukan badannya dan tangannya ia angkat untuk membuka baju sion, namun gerakannya dengan cepat ditahan sion.

"A-apa maksudmu?" Sion tiba-tiba merasa gugup.

"Kenapa pipi kau merah?" Amanda heran.

Sion menyentuh pipinya sembari menatap amanda.

"Oh!! Kau berpikir yang tidak-tidak, sion!!" Amanda menjauhkan badannya.

"Kau yang menyuruhku buka baju!" Pipi sion semakin merah, sungguh hal yang langka.

"Aku hanya ingin mengecek lukamu, sion..." amanda menahan tawanya.

"O-ohh, seharusnya kau jelaskan dari tadi." Sion pura-pura fokus kembali ke bukunya.

Amanda duduk mendekati sion, ia mengelus rahang sion dengan lembut. Ia mengecupnya pelan.

"Kau sungguh imut." Bisik amanda di telinga sion, kemudian amanda tertawa.

Perlakuan amanda membuat sion terpancing, tanpa aba-aba sion mendorong bahu amanda hingga gadis itu tertidur di sofa, sion menindihnya. Bisa amanda lihat kedua mata sion mulai menggelap, dadanya naik turun.

Lost✅ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang