11

20.1K 979 5
                                    

"DUGONG! AYO BERANGKAT!" teriak Ray dari dalam mobilnya yang berhenti tepat didepan rumah Fani.

"SEBENTAR GUE SEPATUAN DULU!" balas Fani ngga kalah seru. Agaknya tetangga disitu sudah bisa memaklumi perilaku diluar wajar mereka berdua. Sudah terbiasa juga teriakan Ray dan Fani yang menggelegar itu.

Seselesainya Fani memakai sepatu, Fani langsung keluar dan masuk ke mobil Ray. Ngga ada adu mulut kali ini di mobil. Diem semua, Fani juga sibuk main handphone. Pada kesambet kali. Tapi nggapapa toh ini masi pagi, jangan keburu buru naik darah.

"Curut." celetuk Fani.

"Hm?"

"Nanti malem gue mau pergi sama temen temen."

Alis Ray terangkat satu memincing ke Fani "Siapa?"

"Temen lama aja pengin kumpul lagi."

"Cowok? Cewek?" tanya Ray.

"Ih nanya mulu lo. Dua cowok satu cewek tambah gue jadi dua cewek."

"Ngga. Gue ga ijinin."

Fani melotot mendengar perkataan Ray, "Ish! Kenapa sih? Gue mau pergi juga ijin sama lo!"

"Karena ada cowoknya."

Baru tadi dibilang pada gak adu mulut, tapi ini lagi pada adu mulut.

"Masa gak boleh. Ketemu aja! Lagian jarang jarang!" kekeh Fani.

"Gue ijinin kalo gue ikut!"

Kali ini mata Fani tambah melebar hampir mau keluar itu bola mata, ditambah mulutnya yang menganga. Sepersekian detik Fani dengan posisi diam seperti itu akhirnya dia tersadar dan langsung mendengus sebal.

"Kentut jerapah lo!"

"Mau pergi asal gue ikut atau ngga sama sekali? hm?"

"Kan kan mana gue udah janji mau dateng. Nyebelin banget sih ini orang, pengin gue gorok!"

"Ish iya iya lo ikut. PUAS!"

"Puas." kata Ray santai sambil tersenyum manis berbeda dengan Fani yang mukanya datar ngga ada senyum sama sekali.

~*~

Mobil Ray masuk ke parkiran sekolah. Ngga ada ngomong apa apa Fani langsung aja turun dari mobil Ray. Fani berjalan dengan muka yang cemberut, kaki yang di hentak hentakin ke tanah. Sama mulut yang gak bisa diem, ngoceh terus sepanjang dia melewati koridor.

"Sumpah deh nyebelinnya minta ampun! Musnah aja lo sana! Dasar curut nyebelin! Kentutnya jerapah emang, kenapa si dia ribet banget jadi orang! Ganteng kaga songong iya!"

Fani masuk ke kelasnya lalu duduk dengan kasar, bodoamat pantatnya yang sakit tubrukan sama kursi yang penting dia lagi sebel. Lalu Gladis yang memang sudah ada dikelas, liat Fani seperti itu, jadi bingung sendiri.

"Lo kenapa Fan? Kusem amat muka lo." tanya Gladis.

"Gak!"

"Masa? Muka lo aja kaya asem jawa gitu. Cerita dong."

"Gak!" kata Fani sambil nutupin muka pake tangan.

"Huft yaud-eh Fan cincin lo baru?" celetuk gladis yang membuat Fani mati kutu.

"Mati gue! Bunuh gue sekarang aja plis. Gue mesti ngomong apa?"

Fani tidak lagi menutupi muka dengan tangannya, dia berusaha menyembunyikan tangannya agar perhatian Gladis tidak lagi ke arah cincin,  "Hah? Oh cincin, iya baru." katanya.

"Bagus, kaya cincin tunangan gitu, mana pakenya dijari manis lagi. Cantik."

"Bisa aja lo ah." Fani tersenyum getir

Nikah Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang