16

20.1K 934 68
                                    

Fani sedang berjalan di atas altar untuk melakukan pemberkatan pernikahannya dengan Ray. Fani sadar, sebagai anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tua. Fani udah engga mikir kedepannya, mau bahagia atau engga semua sudah di tangan tuhan. Dan jangan lupakan hati Fani belum sepenuhnya untuk Ray. Tapi mau bagaimana lagi. Coba saja dulu dijalani.

Mereka sedang melakukan proses pemberkatan di salah satu gereja. Tidak banyak yang hadir, cuma keluarga Fani,  keluarga Ray sama beberapa rekan kerja Bram dan Alex. Ya karena pernikahan mereka itu kan tertutup, jadi sangat tidak mungkin untuk mengundang teman teman Ray dan Fani.

Pendeta mempersilahkan mereka untuk mengucap janji pernikahan itu. Sebelum Ray mengucapkan janji itu, Fani sedikit berbisik ke Ray. "Lo gak usah gugup! Bayangin ngga ada orang!"

"Tangan gue basah dugong!" bisik Ray.

"Lo kira lo doang! Gue juga kali!"

Lagi kayak gini masih aja berantem.

Akhirnya dengan keberanian yang Ray kumpulkan dia berhasil mengucapkan janji itu. Dan bergantianlah, sekarang giliran Fani.
Fani menutup matanya lalu langsung mengucap janji itu dengan satu tarikan nafas.

Setelah itu semuanya lega dan seneng kaya baru dapet gajian. Dengan itu Ray dan Fani sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Aneh bukan dibilang suami istri?

"Gue tadi ngomong apa ya?"

"Nyata ngga sih ini?"

"Sekarang kalian bisa memasangkan cincin untuk tanda ikatan." ucap pendeta.

Fani sama Ray saling memasangkan cincin di jari manis. Btw cincin nikahnya ini beda sama cincin tunangan terus cincin tunangannya Fani dipake buat bandul kalung kalo Ray dipake buat bandul gelang.

Dan perlu diketahui juga cincin nikahannya mereka itu Alex yang pesan, memesanya pun sengaja bentuk agak beda dari cincin nikah biasa. Biar tidak terlalu jelas kalau itu cincin nikah.

"Gue udah nikah sama lo? Cubit gue coba?" kata Fani.

Ray yang disuru Fani untuk mencubit pipinya pun nurut-nurut aja.

"Ah sakit goblok!"

"Lo yang suruh!"

"Jangan keras keras! nyebelin lo ah!"

"WOY TURUN JANGAN BERDUA DISITU TERUS. " teriak Bang Dimas.

~*~

Waktunya acara resepsi. Resepsi pernikahan mereka diadakan di gedung yang cukup mewah begitu ya. Kali ini yang datang tamunya lebih banyak. Ya tentu saja tamu dari rekan rekan orangtua mereka tidak mungkin juga teman-teman Ray dan Fani. Tidak ada satupun teman Ray dan Fani yang hadir diacara itu.

Semua rangkaian acara mereka jalanin. Sampe boyokan Fani.

"Selamat broo. Jagain tuh istrinya." kata Bang Dimas memberi selamat kepada Ray.

"Ngga usah dijagain Bang, kalo dijagain ngamuk kaya Dugong!" kata Ray.

"Ntar gue ambil." 

"Sini berantem sama gue bang!"

"Hahah sans cuma bercanda."  ucap Dimas dan kini berganti menjabat tangan Fani. "Fani selamat hidup bareng si Ray yang kadang kaya monyet itu. Sabar sabarin yah."

"Tenang aja. Bawel dikit gue iket di pohon!"

"Good."

Lanjut ke Kak Ara ya anaknya Om Wisnu.

"Selamat Ray." ucap kak Ara, "Yang dulu kayaknya balik lagi." lanjutnya, tapi kali ini sedikit berbisik.

"Yang dulu? Siapa? Kok gue penasaran yah?"

Nikah Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang