13

18.9K 929 4
                                    

"Mah ayo berangkat, nanti telat!" teriak Fani dari depan rumah memanggil Amy yang masih sibuk siap-siap didalam rumah, entah apa yang disiapin Fani juga ngga tahu.

"Iya Fani, sebentar. Kamu ngga mau sarapan dulu?" tanya Amy sembari mengunci pintu rumahnya.

"Ngga ah. Udah ayo berangkat."

Jadi hari ini itu disekolah Fani ada acara pengambilan rapor. Amy selaku mama yang baik hati dan sayang anak bersedia hadir dan mengambil m rapor ujian kenaikan kelas anaknya. Yap benar udah kenaikan kelas, jadi bentar lagi Fani sama Ray nikah. Tinggal menghitung hari aja.

Dan ya 3 bulan kemaren hubungan Fani sama Ray bisa dibilang masi biasa saja, kalau kalian berharap mereka ada kemajuan entah itu saling suka dan lain-lain itu engga, pastinya nasih sering adu mulut. Padahal orangtua mereka penginnya 3 bulan itu hubungan Fani sama Ray bisa lebih akur, lebih romantis, tapi ngga mungkin.

Yaudah lah ya emang takdirnya ngga bisa akur. Akur paling kalo lagi ada maunya. Tapi entah ngga bisa akur atau belum bisa akur, ngga ada yang tau.

"Mah nanti kalo nilai Fani jelek jangan dimarahin ya. " ucap Fani memasang wajah paling imutnya dihadapan Amy

"Tergantung."

"Ihh Mama ah."

"Iya sayang. Mama ngga bakal marahin, paling sentil dikit." kata Amy sambil tertawa diakhir dia berbicara.

"Tau ah."

~*~

Sesampainya disekolah, Fani dan Amy berjalan bergandengan menuju kelas Fani. Siapapun yang melihat Fani dan Amy kala itu pasti mengira bahwa mereka bukan sepasang ibu dan anak, tapi lebih cocok dianggap kakak beradik, karena sama-sama cantik.

"Eh Sinta, udah lama dateng?" kata Amy menyapa Sinta ketika baru sampai didepan kelas anaknya dan langsung melihat calon besannya yang sudah hadir disitu. Langsung  dah itu jiwa jiwa mak rempong mencuat.

Fani hanya bisa tersenyum singkat kala mata Sinta bertemu dengan manik matanya lalu Fani memilih untuk mencari sahabatnya, si Gladis.

"Eh Mel, lo tau Gladis dimana?" tanya Fani ke temannya yang bernama Meli.

"Mmm.. pergi tadi sama Bundanya ke kantin kali."

"Ohh oke makasih yah."

Fani berjalan menuju bangku didepan kelasnya, memilih untuk duduk disitu bergabung bersama Amy dan Sinta daripada menyusul Gladis ke kantin.

"Kamu ngga sama Gladis?" tanya Amy.

Fani menggeleng pelan, "Gladis lagi pergi sama bundanya." lalu Fani menoleh ke arah sinta, "Apa kabar Mih?" lanjutnya

"Kabar baik sayang, ngga sama Ray?"

"Males, masih pagi."

"Hushh! ngga boleh gitu." kata Amy sambil menyenggol lengan Fani pelan, memberi kode agar Fani menjaga mulutnya didepan Sinta.

"Udah biasa kok My. Mereka kan berantem berantem manis gitu." kata Sinta sambil tertawa.

"Berantem berantem manis? Gimana tu?"

Fani memincingkan matanya kala dia melihat seonggok manusia menyebalkan sedang berjalan di koridor menuju ke arah dirinya. Ketika matanya menangkap dengan jelas kedatangan Ray dalam hati Fani langsung mencak mencak tidak jelas. Baru saja diomongin kenapa langsung nongol. Entah kenapa hanya melihat wajah Ray saja sudah bisa membuat Fani kesal setengah mati.

Fani pura-pura tidak menyadari keberadaan Ray, kala Ray sudah tiba tepat didepannya. Dari sudut mata, Fani bisa melihat Ray sedang memperhatikannya. 

"Kenapa lo disini?" tanya Ray dengan nada sinis.

Nikah Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang