23

16.6K 779 162
                                    

Fani udah siap dengan seragam sekolahnya, dia duduk di meja makan nunggu Ray yang belum dateng. Ngga tau dah tu Ray lagi sibuk ngapain, dandan kali.

"Bibi gak mau makan sekalian?" tanya Fani ke Bi Irah yang sedang menaruh makanan di meja makan.

"Gak usah non, non aja sama den Ray."

"Beneran? Oh ya Bi jangan lupa ntar sore masak yang banyak, Mami mau kesini." kata Fani.

"Siap. Itu den Ray udah dateng, Bibi permisi ke dapur dulu."

Ray dateng langsung ikut duduk.

"Kok gak bangunin gue?" tanya Ray.

"Udah gede ngapain dibangunin. Udah cepet makan."

~*~

Di luar rumah, Fani udah siap naik mobilnya Ray, bahkan udah mau buka pintu mobil, eh tiba-tiba tangannya ditahan sama Ray. Fani menoleh dengan alisnya yang terangkat satu, bingung.

"Eh Fan."

"Ya?"

"Gue gak bisa berangkat sama lo. Lo berangkat naik taxi aja ya ntar gue pesenin."

"Bngst! Kalo bukan suami sendiri udah gue tendang. Sabar Fan. Berbagi suami itu indah."

Fani tersenyum paksa, dan langsung melepaskan tangannya dari pintu mobil Ray. Mau marah, jelas. Mau nangis, jelas. Pasalnya alasan Ray menolak untuk berangkat bareng itu karena Lea. Kenapa harus Lea?

"Oke gapapa. Silahkan berangkat."

"Gakpapa? Gue pesenin taxi ya?"

"Gak usah. Udah sana berangkat."

"Ntar yang itu nungguin lagi. " lanjut Fani dalam hati.

"Yaudah gue berangkat ya, gue tunggu lo disekolah."

Mobil Ray udah pergi.

Fani menghembuskan nafasnya berusaha mengontrol amarahnya plus mengontrol rasa sakitnya.

"Males gue pergi ke sekolah." Fani berjalan keluar dari rumah, Fani putuskan gak kesekolah dulu. Dan dia sekarang gak punya tujuan mau kemana. Jalan aja la, timbang ke sekolah ngeliat mukanya Ray malah bikin enek.

"Lea.... Andai lo gak dateng lagi ke kehidupan Ray. Mungkin gue gak bakal kayak gini."

Fani berjalan terus sampai tiba di tepi sungai yang terletak agak jauh dari rumahnya. Fani duduk di bebatuan yang ada di sungai itu. Lumayan masih pagi, masih adem, udaranya juga masih sejuk cocok banget buat ngademin pikiran.

"Gue tuh bingung. Gue salah ngga sih.
Disatu sisi gue merasa jadi korban. Disisi lain gue ngerasa jadi penghalang hubungan mereka. Apa emang gue jadi penghalang hubungan mereka? Huh sabarin aja..."

Ddrtt...

Fani membuka ponselnya, ada pesan dari Ray. Pasti mau nanya Fani ada di mana sekarang. Fani gak berniat membacanya, membuka pesannya aja nggak, biarin aja. Dia pengin sendiri sekarang.


Ddrttt

Fani menghembuskan nafasnya, membuka kembali ponselnya dengan malas. Kali ini bukan pesan dari Ray tapi dari Gladis. Dan
sama, Fani gak berniat bales.

"Gue chat Lea aja kali yah. Bilang kalo gue istrinya Ray."

Baru mau ngetik pikirannya kembali sadar.

Nikah Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang