[]
Setahun setelah kejadian itu. Gilbast masih suka berdiam diri di ruang kelas Tasya sehabis pulang sekolah. Cowok itu masih suka memandang keluar jendela seperti yang sering Tasya lakukan. Masih sering berjalan-jalan di daerah perumahan Tasya. Masih sering mengingat kenangan singkat mereka.
Kini Gilbast sudah memasuki semester enam. Semester terakhirnya di sekolah menengah atas. Sebentar lagi segalanya akan berubah, waktu bergulir terlalu cepat tapi sedikit lebih lambat bagi Gilbast. Karena cowok itu masih terjebak dalam kenangan masa lalu.
Sudah setahun dan masih tidak ada kabar apapun dari Tasya. Rumah gadis itu juga sudah pindah entah ke mana. Terakhir kali Gilbast ke sana saat ia dan Brian ingin memberikan buku sketsanya. Itu pun tidak luput dari makian Miko. Gilbast masih ingat hari itu, suasana rumah besar itu terlihat lebih ramai daripada biasanya. Ramai yang ganjil.
ᆞᆞᆞㅡ
"Misi! Bang Miko!" Brian berteriak dengan sangat kencang dari luar pagar besi. Pagar besi itu terkancing dari dalam dan tidak terlihat tanda-tanda satpam untuk membantu mereka membukakan gerbang itu.
"Bang Miko, main yuk!"
Gilbast memukul kepala Brian keras. Heran dengan temannya yang tidak pernah serius dalam melakukan sesuatu, cowok itu tidak tahu kalau Gilbast. Sedangkan Brian hanya bisa memberikan cengiran lebar.
"Kali aja keluar."
"Serius Yan."
Gilbast melihat keadaan di dalam sana yang ramai. Beberapa mobil terlihat terparkir begitu saja di depan teras rumah. Ini aneh, karena beberapa kali waktu Gilbast datang kemari tidak pernah ada mobil-mobil yang segitu banyaknya.
Apa ada pesta selamat datang buat Acha?
"Bang Miko, spada! Bang Mikooo!"
Teriakan Brian membuyarkan semua pikiran Gilbast. Cowok itu benar-benar menggunakan suaranya dengan baik. Benar-benar merdu, alias merusak dunia dan gendang telinga Gilbast. Saking nyaringnya. Tapi itu efektif untuk membuat Miko keluar menemui mereka. Keluar dengan wajah kusut dan amat terganggu tentunya.
"Berisik! Mau apa kalian datang lagi ke sini? Udah gue suruh berhenti juga."
"Ehe, maaf Bang. Gue cuma nganterin Tuan Muda."
"Ngapain sih lo ke sini? Gak bosen sama tinju gue?"
Gilbast maju satu langkah, menyodorkan buku sketsa miliknya, "Gue cuma mau ngasih ini Bang. Dan kalau lo mau berbaik hati, gue pengen tahu keadaan Acha."
Miko melihat sekilas buku itu sebelum mengambilnya dengan kasar. Pandangannya lalu teralih pada Gilbast yang tengah memberikan tampang paling menyedihkan yang dia punya. Tapi itu jelas tidak akan membuat Miko luluh begitu saja.
"Udah gue bilang, udah gak ada."
"Jangan bercanda Bang. Kita semua tahu kondisi Acha dengan baik. Dia harusnya bangun sekarang." Gilbast mulai tersulut emosinya lagi. Tidak suka saat eksistensi Tasya dijadikan mainan.
"Ya terus?" Miko sendiri mulai enggan menghadapi Gilbast dan segala amarahnya yang konyol terus-menerus. Dia tidak punya banyak waktu.
"Apa salahnya mau tahu kondisi Acha? Kenapa lo selalu nutupin semua itu ha?"
"Karena lo gak penting bagi hidup adek gue. Lo cuma bakalan nyakitin dia."
Gilbast merangsek maju, hampir saja melayangkan pukulannya pada Miko. Beruntung Brian sempat menarik dan menahannya dengan kuat.
"Nah ini, emosian dan tukang pukul. Apa-apa diselesaikan dengan mukul. Apa jadinya adek gue kalau dibiarin bergaul sama orang macam lo? Bisa-bisa rusak adek gue, entah jadi tukang pukul juga atau jadi samsak amarah lo."
Mendengar hal ini Gilbast seketika terdiam. Emosinya tidak lagi menguasai dan dia melepaskan pegangan Brian. Menarik napas dalam. Menyadari sesuatu.
"Maaf Bang atas sikap gue. Gue begini biar gue bisa lihat Acha." Menyesal. Gilbast jelas Menyesal sudah bersikap bar-bar.
Tapi Miko jelas tidak peduli, "Bagus lo nyadar. Tapi udah telat. Gak ada yang bisa lo lihat dari Acha."
"Bang please. Gue mohon. Apa susahnya kasih tahu gue kondisi Acha sekarang? Gak apa gue gak lihat dia. Gue cuma mau tahu Acha baik-baik atau nggak."
"Menurut lo gimana? Baik gak dia?"
Setelah melontarkan pertanyaan balik, Miko memilih untuk kembali menutup gerbang dan masuk ke dalam. Mengabaikan dua orang yang masih terus berdiri di depan pintu pagar rumahnya hingga sore datang. Mengabaikan teriakan Gilbast yang terus menyahut hingga suara cowok itu serak. Mengabaikan perjuangan Gilbast.
"Bast, udahlah kita pulang aja. Gue capek, ngantuk, laper juga." Brian mulai merengek, duduk berselonjor, dan bersandar pada pagar hitam itu.
"Lo pulang aja sendiri. Gue masih mau di sini."
Mendengar jawaban ini Brian berdiri, menarik baju Gilbast dan memukul tengkuknya. Membuat cowok itu pingsan.
"Maaf Bast, tapi gue udah capek."
ㅡᆞᆞᆞ
Setelah sadar dan mendapati dirinya berada di dalam kamarnya sendiri, Gilbast bergegas segera menuju rumah Tasya. Hanya untuk melihat rumah itu sudah kosong. Tidak ada siapa-siapa dan menurut tetangga yang kebetulan lewat di sekitar sana, mereka baru saja pergi beberapa jam lalu. Esoknya Gilbast marah besar kepada Brian. Tapi memang pada dasarnya Brian mudah untuk mendapatkan maaf orang lain, Gilbast juga dengan mudah memaafkan orang itu. Tentu dengan sebuah hadiah pukulan menyakitkan.
Kini sudah setahun dan segalanya masih terasa seperti mimpi bagi Gilbast. Dia tidak pernah mendapat kabar. Dan dia juga tidak pernah berhenti mencari.
"Sekarang gimana kondisi kamu, Cha?"
[ T H E ᆞ E N D ]
kunci berkicau :
ahahahahah!!
iya End. iya selesai. iya anti klimaks. iya dah iya. protes aja nggak apa. Saya terima semuanya kok. kan dari disclaim juga udah diingetin, "ending mungkin tidak sesuai." Saya kan emang sukanya anti klimaks gini. maafin ya kawan-kawan?
kalau tiba-tiba ada yang tanya soal sequel (kali aja) Saya memang ada pikiran untuk lanjutan ceritanya sih. tapi mungkin tidak lagi kondisi anak SMA. tapi dipikir-pikir draf judul Saya itu banyak, jadi mungkin akan Saya simpan dulu. tunggu kalau ada dorongan untuk menceritakan mereka lagi.
sebenernya Saya malah lebih tertarik sama Brian.. soalnya dia beda. waktu nulis karakter dia rasanya bahagia aja gitu. tapi draf Saya lebih dulu narik saya hehe..
dah lah ini kepanjangan catatannya, mari kita putus di sini terlebih dahulu. dan sambung dilain waktu, karena masih ada bagian EPILOG.
sesuatu yang mengaku sebagai donat pamit undur diri,
jaga kesehatan diri sendiri dan orang lain ya!♡
[] K.R
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity : Are You Mine?🔒
Teen FictionSelesai : 15 Jul 2020 Telah di rombak ulang | BELUM DIREVISI "Hai, aku Gilbast. Mulai detik ini, kamu jadi pacarku." "Aku pastiin kamu akan bahagia, meskipun itu berasal dari sakitku." "Aku ini sabar, apalagi buat ngadepin tingkah kam...